Sejak malam itu, setiap bertemu, Lily dan Gideon sama-sama menunjukkan wajah penuh kebencian. Setiap kali berpapasan tanpa sengaja, keduanya saling memalingkan muka. Tak sudi untuk saling menyapa. Dan dalam kondisi yang lebih memungkinkan, mereka saling menghindar.
Teman-teman di kampus mendengar kabar miring, Gideon diputusin Lily karena cewek itu malu punya pacar antik. Gideon tak mau merubah penampilan, padahal pacarnya seorang selebgram. Tentu saja sang pacar merasa malu.
Gideon cuek saja mendengar berita itu, toh yang terjadi malah kebalikannya, Gideon dan Lily cuma berteman, tak pernah jadian. Lily saja yang suka kege-eran, mengumumkan ke semua orang, Gideon itu cowoknya.
Berita itu juga terdengar di telinga Thalita, tapi gadis itu mengabaikannya. Bukan lagi urusannya, begitu jawab Thalita, pada setiap yang bertanya.
"Kamu gak mau gitu, CLBK lagi sama Bang Gideon?" tanya Deasy suatu kali.
"Kan aku lagi CLBK nih, Des! Kamu belum tau ya? Apa kamu mau tau?" canda Thalita.
"Serius? Kamu CLBK lagi sama Bang Gideon? Haduh, Tha, kayak gak ada cowok lain aja sih?"
"Karena banyak cowok lain, makanya aku CLBK. Cari lain bukan kembali. Ngapain juga balik sama Bang Gideon. Lagian kamu aneh deh, Des! Katanya gak boleh balikan, kok malah nanya aku balikan apa enggak."
"Ya kali aja, kan Bang Gideon udah putus sama si Seleb."
"Ogah banget aku pacaran sama bekasnya si Seleb. Yang ada, dia tuh yang pacaran sama bekasku."
"Awas aja ya, kalau sampai balikan!"
"Tentu tidak Deasy. Dunia gak selebar daun pisang, cowok juga belum punah, ngapain balikan sama mantan."
Tampak Gideon mendekat ke arah Deasy dan Thalita, keduanya memang sedang ngobrol di kantin kampus.
"Boleh gabung, gak?" tanya Gideon.
"Duduk saja disini, Bang! Kami udah selesai kok. Yuk, Tha! Katanya kamu mau ketemu dosen kan?"
Deasy memberi kode pada Thalita melalui kerlingan matanya. Thalita mengerti, dan mengikuti Deasy meninggalkan kantin. Gideon tampak kecewa, usahanya mendekati Thalita kembali, gagal total. Cowok itu kemudian beranjak meninggalkan kantin, hilang sudah selera makannya.
"Kamu harus hati-hati lho, Tha!"
"Lha kenapa, Des?"
"Kamu gak lihat Bang Gideon tadi? Tampaknya dia masih sangat berharap sama kamu."
"Ya biarin aja dia berharap, yang penting kan aku enggak."
"Beneran kamu udah gak ada rasa sama dia?"
"Entahlah, Des. Mungkin masih ada, tapi sudah ketutup rasa kecewa aja sih. Aku kecewa sama dia, bisa-bisanya dia lebih milih si Nenek Lampir itu timbang aku. Terus, ketika dicampakkan sama si Nenek Lampir, mau balik lagi. Enak aja."
"Yeah, asal kamu gak kebawa perasaan aja sih. Takutnya nanti kamu kecewa lagi. Kecewa untuk yang kedua kali, jauh lebih sakit dari yang pertama."
"Yup, paham kok. Makanya untuk sementara aku akan menghindar dari Bang Gideon. Sampai rasaku untuk dia hilang, dan menganggap dia tak lebih dari sekedar teman."
"Good girl."
Tanpa diketahui kedua cewek itu, ternyata Gideon mengikuti mereka dan mendengar semua obrolan keduanya. Gideon semakin menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan. Tergoda untuk mendekati Lily. Jujur saja, saat itu, Gideon sedang merasa bosan. Hubungannya dengan Thalita berjalan sangat mulus. Jarang berantem.
Thalita terlalu pengertian pada Gideon, cewek itu bisa menerima kelebihan Gideon, terlebih kekurangannya. Demikian juga sebaliknya. Gideon bisa mengimbangi kebawelan dan keusilan Thalita. Tak pernah Gideon sakit hati, meski Thalita sering mengoloknya sebagai cowok katrok, jadul, dari jaman batu, antik, dan sejenisnya.
Ternyata hubungan yang terlalu baik-baik saja, bisa menimbulkan kebosanan. Hal ini yang menjadi pemicu bagi Gideon untuk melirik Lily. Sedang Thalita, gadis itu menghindari kebosanan dengan kegiatannya menulis. Saat jenuh dengan kisah cintanya, Thalita membuat cerita galau dalam novelnya. Dan semuanya, akan kembali baik-baik saja.
Pulang ke rumah, wajah Gideon tampak kusut, hingga menarik perhatian Karin, adiknya, untuk berbuat usil pada abangnya.
"Lecek amat, Bang? Amat aja gak lecek, lho. Sekarang dia sudah rapi tuh."
"Siapa yang rapi?" tanya Gideon sambil menjatuhkan diri di sofa sebelah Karin.
"Ya si Amat. Dia yang udah rapi. Kenapa, Bang? Berantem lagi sama Nenek Lampir?"
Gideon menghela napas, kemudian mengambil keripik di tangan Karin, dan menggigitnya dengan gemas. Seolah itu Thalita.
"Abang sudah gak ada hubungan sama mahluk itu, Rin. Ini soal Thalita."
"Thalita kenapa?"
"Tadi Abang gak sengaja dengar obrolan dia dengan Deasy. Thalita bilang, dia kecewa banget sama Abang. Dan dia gak bakal mau balikan sama Abang sampai kapan pun."
"Hem! Karin paham sih, apa yang dirasain sama Thalita. Ingat, Bang, kecewa itu levelnya di atas marah! Orang kecewa, bisa memaafkan tapi susah untuk melupakan."
Kembali Gideon menghela napas. Cowok itu merasa, perkataan Karin ada benarnya. Terlihat dari apa yang tadi Thalita katakan pada Deasy. Gadis itu kecewa, hingga mengesampingkan rasa sayangnya pada dirinya. Memaafkan, tapi tak melupakan.
"Terus, apa harus apa, Rin?"
"Ya harus melupakan Thalita! Karena gak ada lagi harapan bagi Abang, untuk mendapatkan cintanya lagi. Mending Abang kejar aja tuh Mak Lampir!"
"Mending Abang jadi perjaka tua, timbang dekat-dekat lagi sama Lily."
"Yakin?"
"Sangat yakin. Bersama Lily, Abang merasa jadi jongos. Disuruh ini itu, bawa ini bawa itu, ambilin ini ambilin itu, banyak deh. Thalita aja gak pernah tuh kayak gitu."
"Jadi, sekarang Abang baru nyesel? Kemarin-kemarin Abang ke mana?"
"Sebenarnya, Abang itu cuma pengen lihat Thalita cemburu sama Abang. Makanya Abang dekati Lily."
"Tapi ternyata?"
"Ternyata Abang malah diputusin. Tau gitu, Abang gak bakalan dekat-dekat sama cewek lain."
"Penyesalan datangnya selalu terlambat, Bang. Makanya, pikir masak-masak sebelum bertindak. Kalau Thalita CLBK, kan Abang juga yang bakal repot."
"Kalau CLBK sama Abang, ya Abang malah bahagia."
"Bukan cinta lama belum kelar, Bang! Tapi cari lagi bukan kembali. Artinya, Thalita bakal cari cowok lain."
"Abang yakin kok, kalau Thalita bakal balik sama Abang. Dia gak bakal bisa nemuin cowok kayak Abang gini. Limited edition."
Gideon bicara sambil menepuk dadanya dengan banga. Cowok itu yakin, ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Thalita sulit berpaling. Dia istimewa, tak ada duanya.
"Haduh, jadi cowok antik kok malah banga. Aneh tau!"
"Terserah! Yang jelas Abang sangat yakin, Thalita bakal milih balikan sama Abang. Cuma Abang yang ada di hati Thalita."
"Ya ya ya. Kita buktikan aja nanti! Abang balikan sama Thalita, atau Thalita punya pacar baru. Yang jelas, bukan mahluk aneh kayak Abang gini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments