Part 8 : Mencoba Merayu

Sudah seminggu ini, Thalita terus menghindar dari Gideon. Bahkan sekedar membalas chat saja, Thalita tak mau. Ya, Gideon memang sudah mengalah. Mengirim chat via aplikasi hijau, tak lagi lewat SMS. Tapi semuanya bernasib sama, dibaca saja tapi tak dibalas.

Gideon sudah hampir putus asa. Entah cara apa lagi yang harus digunakan, untuk kembali mendekati Thalita. Semuanya telah gagal. Malam ini, Gideon menyelinap ke dalam kamar Karin, sang adik, untuk meminta saran.

"Rin, Abang harus apa, nih?"

"Beliin Karin martabak!"

"Kemarin kan udah."

"Karin mau lagi!"

"Bantuin Abang baikan sama Thalita! Nanti Abang beliin martabak. Boleh makan sepuasnya deh!"

"Serius, Bang?" wajah Karin tampak berbinar senang.

"Serius, dong! Kapan sih Abang pernah bohong?"

"Heleh! Sering banget Abang bohong ke Karin. Cuma gak ketahuan aja. Emang Abang ada masalah apa sama Thalita?"

"Abang juga gak tau. Tiba-tiba saja Thalita ngambek dan terus menghindar dari Abang. Di chat juga dia gak pernah mau bales. Cuma dibaca aja. Bingung Abang jadinya."

"Coba deh Abang ingat-ingat! Sejak kapan Thalita mulai berubah sikap?"

"Sejak Abang pergi ke kebun raya sendirian, terus ketemu Lily di sana."

"Lily? Siapa tuh?"

"Teman sekelas Abang. Kami ngerjain tugas bareng setelah itu."

"Yang Abang dandan keren waktu itu?"

Gideon hanya mengangguk lesu. Memang sejak hari itu, Thalita berubah sikap. Tak lagi bersikap manis, tapi malah jutek and judes. Membuat Gideon merasa takut.

"Emang kenapa sih, kok Abang dandan keren gitu, kalau cuma mau ngerjain tugas? Biasa juga mau ketemu Thalita yang notabene pacar Abang, Abang gak dandan."

"Ya beda dong, Rin. Lily itu selebgram. Dia yang nyuruh Abang dandan keren waktu ke rumahnya, karena mau diajakin syuting toktik."

"Hah? Terus Abang mau?"

"Mau lah. Tinggal action geal-geol doang udah dapat cuan. Siapa coba yang gak mau?"

"Hem gitu. Bener juga sih. Emang Abang dapat cuan banyak, dari hasil syuting toktik?"

"Bukan Abang yang dapat, tapi Lily."

"Abang gak dibagi?"

Gideon menggeleng lemah. Memang dia tak menikmati cuan hasil syuting, semuanya buat Lily, karena memang cewek itu yang punya konten. Gideon hanya membantu. Tapi---karena hal itu, Gideon dan Thalita jadi berantem.

"Abang naksir sama Lily?"

"Siapa yang gak naksir sama cewek secantik itu? Pinter nyari duit juga."

"Kalau boleh milih, Abang pilih Lily apa Thalita?"

"Ya pilih Lily, tapi Abang juga gak mau kehilangan Thalita."

"Maruk!! Udah sana, Abang pergi!! Karin ngantuk, mau tidur!!"

"Kok tidur? Bantuin Abang dong,Rin!!"

"Ogah!! Pikir aja sendiri!!"

Karin mendorong abangnya keluar dari kamar, kemudian menutup pintu serta menguncinya rapat-rapat. Gadis itu merasa kesal. Abangnya ternyata cowok br*ngs*k. Menyia-nyiakan pacarnya yang baik, dan melirik cewek lain. Cewek yang jelas-jelas cuma mengambil manfaat dari abangnya itu.

Gideon menggaruk kepalanya yang tak gatal. Cowok itu merasa bingung, kenapa adiknya tiba-tiba berubah sikap setelah mendengar ceritanya. Ah, cewek memang mahluk yang susah untuk dipahami, batin Gideon.

Di tempat lain, lily sedang sibuk membuat konten untuk akun toktiknya. Cewek itu terlalu asik dengan dunia maya yang digelutinya. Sampai melupakan tugas-tugas kuliahnya. Kini, saat tugas harus dikumpulkan, cewek itu merasa kelabakan.

Saat itu, Lily teringat dengan Gideon, cowok yang dekat dengannya beberapa hari belakangan. Cowok aneh dengan dandanan jadul bila datang di kampus. Tapi bisa berubah menjadi cowok super keren dengan sedikit make over. Lily tersenyum, mengambil ponsel dan menghubungi Gideon.

"Iya, Ly! Ada apa?" tanya Gideon tak bersemangat.

"Lagi apa, Cakep?" Lily membuat suaranya terdengar kenes.

"Lagi galau. Ada apa nelpon aku?"

"Ih, cakep-cakep kok galau sih? Sini cerita ke Lily! Siapa tau Lily bisa bantu."

"Udah! Ada apa kamu nelpon?" kata Gideon ketus. Cowok itu mulai kehilangan kesabaran menghadapi cewek seperti Lily.

"Iya deh, langsung aja ya. Kamu bisa gak, ke rumahku sekarang? Aku butuh bantuanmu buat ngerjain tugas yang harus dikumpulkan besok."

"Ini udah malam, udah jam delapan. Mau sampai jam berapa aku di rumahmu?"

"Yaelah! Jam delapan itu masih sore, Sayang. Makanya kamu buruan ke sini, biar gak makin malam."

"Ogah!"

"Ayolah, Sayang! Kamu mau apa sih, buat imbalan bantuin aku ngerjain tugas? Minta jadi pacarmu? Oke, aku siap, Sayang."

"Aku udah punya pacar!"

"Gideon, Sayang! Bukan e apa-apa ya, bukan aku menghina juga. Siapa sih cewek yang mau jadi pacarmu? Kalau melihat dandanan kamu yang norak itu?"

"BR*NGS*K!!"

Gideon mematikan telepon dan memblokir nomor Lily. Cewek yang sungguh-sungguh kurang ajar. Berani-beraninya dia menghina Gideon. Menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang cowok. Menyesal sekali Gideon pernah tertarik dengan cewek model Lily. Sok cantik, tapi otak kosong.

"Ah, Thalita!! Maafkan Abang!" Gideon mengeluh pelan. Mengingat dia pernah membandingkan Lily dengan Thalita, membuat hati cowok itu merasa perih, sakit. Bagaimana dia bisa membandingkan Thalita yang benar-benar tulus, dengan selebgram modus seperti Lily? Gideon merasa sudah tak punya harga diri di depan pacarnya.

Malam itu juga Gideon berjanji dalam hati. Besok dia akan menemui Thalita, apapun caranya. Cowok itu akan meminta maaf, dan berjanji akan tetap setia. Meskipun digoda oleh selebgram modus.

Di kamarnya, Thalita sedang sibuk mengetik cerita dengan ponselnya. Gadis itu mulai merasa nyaman tanpa Gideon. Menyibukkan diri dengan menuangkan ide melalui tulisan, dipilih Thalita untuk menghilangkan kegalauan. Tiba-tiba ponsel gadis itu berdering, dengan tersenyum, menjawab panggilan.

"Iya, Rin? Tumben nelpon, ada apa?"

"Kamu ngapain nih, Tha?"

"Lagi nulis. Emang ada apa?"

"Cuma mau ngajak kamu ngosip. Tapi kalau kamu sibuk, ya lanjutin aja. Maaf kalau aku ganggu."

"Sibuk sih enggak terlalu kok. Cuma lagi nabung naskah buat posting besok, mumpung ada waktu. Emang mau ngosipin apa, sih?"

"Kamu kenal yang namanya Lily? Itu lho, selebgram toktik."

"Cuma sekedar tau, tapi gak kenal. Kalau gak salah, dia teman sekelas abangmu. Kenapa dengan dia?"

"Nah, dia itu yang membuat Bang Gideon berpaling dari kamu. Dia yang ditemui Abang dengan dandanan keren waktu itu."

"Ohh!"

"Kok cuma, ohh? Kamu gak cemburu?"

"Gak kok, biasa aja. Kalau abangmu suka sama cewek itu, gapapa kok. Bilang aja sama aku kalau mau putus, aku gak keberatan."

"Kamu udah punya cowok lain, Tha?" tanya Karin ragu.

"Enggak! Cuma aku udah merasa nyaman aja dengan kehidupanku yang sekarang ini. Tanpa abangmu."

Karin tertegun. Gadis itu mematikan panggilan tanpa pamit. Karin kecewa dengan abangnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!