Pagi itu, Gideon sudah siap di depan pagar rumah Thalita, 30 menit sebelum waktu Thalita biasa pergi ke kampus. Gideon memang sengaja, karena tak mau kecolongan seperti kemarin-kemarin, Thalita sudah berangkat lebih dulu. Suatu usaha yang cukup gigih, untuk mendapat maaf dari Thalita.
Thalita tidak janjian untuk berangkat bareng Deasy, motor Deasy masuk bengkel, jadi tak bisa jemput Thalita. Gadis itu memutuskan untuk naik ojek saja. Jalan sebentar ke pengkolan di ujung jalan.
Setelah menutup pintu pagar, Thalita hendak berlalu. Tapi tiba-tiba motor Gideon sudah berhenti di samping Thalita. Cowok itu, sengaja menunggu di tempat tersembunyi. Agar Thalita tak kabur saat melihatnya.
"Pagi, Sayang! Abang udah nungguin lho dari tadi. Yuk naik, takutnya kita kesiangan. Abis Thalita keluarnya lama banget, Abang sampai jamuran nunggunya."
Sapaan Gideon yang panjang kayak kereta, tak dihiraukan oleh Thalita. Gadis itu tetap berjalan, melenggang menuju pengkolan.
"THALITA! SAYANG! AYO BERANGKAT BARENG ABANG!"
Gideon mencoba menghidupkan motor, tapi benda tak tau diri itu, enggan untuk menyala. Membuat pemiliknya, merasa kesal.
"AH, KENAPA PULA INI MOTOR SIH?? PAKAI NGAMBEK SEGALA?! AYO, NYALA!! TUAN PUTRI KEBURU KABUR."
Gideon mengomeli sang motor yang tetap diam saja. Sepertinya sedang ngambek, sakit hati karena diomeli, makanya mogok. Thalita sudah berjalan jauh, tak kelihatan, karena sudah berbelok di tikungan. Tapi motor Gideon tetap mogok, tak mau menyala.
"SEKALI LAGI GUA NYALAIN, LU GAK MAU NYALA JUGA, GUA JUAL LU!!"
Dengan kasar Gideon mencoba menyalakan motornya. Puji Tuhan, akhirnya mau juga nyala. Gideon segera melaju hendak nyusul Thalita. Tapi cewek itu sudah tak kelihatan batang hidungnya.
"Ah, sial!! Gara-gara kamu pakai mogok, Thalita jadi naik ojek kan!! Bener-bener motor sial!! Minta beneran dijual nih!!"
Dengan ngebut, Gideon berusaha nyusul Thalita. Tapi ... cewek itu ternyata belum berangkat. Thalita keluar dari tempat persembunyiannya, di balik sebatang pohon, sambil nyengir.
"Ojek ya, Om! Ke kampus Merdeka."
Thalita segera naik ke boncengan tukang ojek, yang segera melaju menuju kampus. Gideon yang sampai di kampus lebih dulu, segera berlari menuju kelas Thalita, tapi tak mendapati gadis itu di sana. Tentu saja, Thalita belum sampai. Deasy yang melihat Gideon, segera menghampiri cowok itu.
"Abis ngapain, Bang? Kok mandi keringat gitu?" tanya Deasy.
"Abis lari dari parkiran kemari. Thalita mana?" tanya Gideon dengan napas masih ngos-ngosan.
"Lha? Abang nanya? Abang bertanya-tanya? Ya mana aku tau! Hari ini aku gak bareng Thalita, Bang!"
"Tadi aku sengaja mau bareng sama Thalita. Aku tungguin di depan rumahnya. Tapi, gara-gara motorku mogok, Thalita jadi pergi duluan. Dia tadi naik ojek."
"Oh, belum sampai kali, Bang. Tunggu aja kalau mau!"
Deasy kembali ke tempat duduknya, dan kembali asik dengan ponselnya. Sama seperti tadi, sebelum Gideon datang. Deasy mengirim pesan pada Thalita, memberi tahu, kalau Gideon menunggunya di depan kelas.
Setelah membaca pesan Deasy, Thalita memilih duduk lebih dulu di taman kampus, menunggu sampai waktu kelas dimulai. Dia memutuskan, menemui Gideon sore saja, setelah kuliah berakhir.
Benar saja, seperti dugaan Thalita, Gideon akan berusaha menemuinya lagi. Cowok itu sudah menunggu, tepat di depan pintu kelas Thalita, ketika kuliah terakhir berakhir.
"Tha, Abang mau ngomong!"
Thalita yang menjadi malu, karena perhatian teman-temannya, mulai tertuju padanya dan Gideon, segera menarik tangan cowok itu menjauh.
"Ada apa, Bang?" Thalita menyilangkan tangan di depan dada.
"Kok ada apa. Ya Abang mau nanya lah, kenapa Thalita menghindar terus dari Abang?"
"Oh, Abang bertanya? Abang gak nyadar, kenapa Thalita bersikap kayak gitu ke Abang? Abang gak tau kenapa?" Thalita meluapkan kekesalan pada Gideon.
"Abang gak tau, Sayang! Makanya Abang nanya sama kamu. Kalau Abang tau, Abang gak bakal nanya."
"Beneran Abang gak tau? Atau, Abang cuma pura-pura gak tau?"
"Abang beneran gak tau, Sayang."
"Okey! Kalau Abang emang beneran gak tau, sekarang Thalita kasih tau! Thalita males ketemu Abang, eneg, bosen, makanya Thalita menghindar dari Abang."
"Tapi kenapa? Abang salah apa?"
"Abang gak salah kok. Cuma Thalita aja yang udah bosen sama Abang. Thalita mau, kita putus!"
"Hah? Kok putus? Gak! Abang gak mau putus sama Thalita. Abang masih sayang banget sama Thalita. Abang gak mau putus!"
"Tapi Thalita udah bosen jadi pacar Abang. Makanya Thalita mau kita putus! Kalau Abang gak mau, terserah aja, yang penting Thalita pengen kita putus!!"
"Gak! Abang nolak! Abang gak mau putus sama Thalita!"
"TERSERAH! Yang jelas, mulai detik ini, kita PUTUS!"
Thalita berjalan pergi meninggalkan Gideon yang masih melongo. Tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, dari mulut Thalita, pacarnya.
"THA! TUNGGU, SAYANG!!!"
Gideon berlari mengejar Thalita yang sudah cukup jauh berjalan. Gadis itu tak menghiraukan panggilan Gideon. Beberapa mata, menatap penasaran ke arah mereka, namun diabaikan oleh keduanya. Akhirnya ... Gideon berhasil memegang tangan Thalita.
"LEPAS, BANG! ATAU THALITA AKAN TERIAK!"
"Teriak saja! Yang keras! Biar semua tau, kalau Thalita sedang berantem dengan Abang!"
"BODO AMAT!"
"Plis, Sayang! Jangan kayak anak kecil gini! Semua bisa diomongkan baik-baik! Bukan kayak gini caranya," mohon Gideon.
"Bagi Thalita, gak ada lagi yang perlu diomongin lagi. Semua sudah berakhir, kita sudah putus. Abang sekarang pergi aja ke cewek baru Abang. Si seleb toktik, yang tinggal geal-geol aja udah dapat duit!"
"Ayolah, Sayang! Dia bukan siapa-siapa, cuma sekedar teman. Kami kebetulan ketemu di kebun raya, terus ngerjain tugas bareng, itu aja."
"Tapi ... karena si Bukan Siapa-Siapa itu, Abang rela merubah penampilan saat ketemu dia. Biar dia gak malu jalan sama Abang. Tapi kalau jalan sama Thalita, Abang tetap berpenampilan antik, jadul, jaman batu. Abang pikir Thalita gak malu? Malu, Bang, malu! Tapi demi Abang, Thalita telan semua rasa malu itu. Balasan Abang apa, hah? Dia bilang kalau malu, Abang langsung merubah penampilan."
Air mata mulai membasahi pipi Thalita, membuat Gideon sangat merasa bersalah. Selama ini, cowok itu telah bersikap bodo amat, menganggap Thalita pasti mau menerima dia apa adanya. Tapi ternyata, Thalita malu jalan dengannya, karena penampilannya.
Thalita mengusap air matanya kasar, kemudian berlalu meninggalkan tempat itu. Bergabung dengan Deasy yang sudah menunggunya di gerbang. Keduanya kemudian pulang menggunakan angkot.
Gideon masih berdiri diam, menyesali semua sikapnya selama ini. Sungguh sangat menyesal. Ketika seorang gadis dengan dandanan sok keren dan suara cempreng menyapa Gideon, cowok itu masih tetap diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments