Rumor yang tersebar, bahwa Gideon jadian dengan Lily, mengundang banyak pertanyaan. Apalagi kali ini, Gideon tak merubah penampilannya untuk jadi keren seperti sebelumnya. Gideon tetap berpenampilan antik, seperti saat bersama Thalita.
Ada yang bilang, Gideon sengaja mengandeng Lily untuk membuat sang mantan merasa cemburu. Lily jelas-jelas lebih trendy dari Thalita. Datang ke kampus dengan riasan full makeup seperti mau kondangan, sudah biasa bagi Lily. Namanya juga artis, harus selalu tampil perfect setiap kesempatan.
Berbeda sekali dengan Thalita, gadis tomboi yang kerap kali hanya memakai bedak bayi untuk membuat wajahnya tak tampak glowing---baca berminyak---tak pernah memakai riasan sama sekali.
"Itu mantan Gideon, kan? Pantesan aja ya diputusin, lha kusam kayak gitu. Beda banget sama Lily yang penampilannya kayak tuan putri."
"Itu kan hanya casingnya aja yang glowing. Aslinya mah Lily itu kayak Nenek Lampir. Beda sama Thalita yang cantiknya natural. Gak dandan juga udah cantik kok."
Bisik-bisik yang sering terdengar diantara teman-teman di kampus, bukan tak pernah didengar oleh Gideon. Tapi cowok itu diam saja, tak menanggapi sama sekali. Cuek bebek, ora ngurus cocote uwong. Adalah prinsip yang dianut Gideon. Mereka cukup melihat, toh gak merasakan, jadi buat apa diurusi.
Lily punya tujuan yang berbeda lagi. Cewek itu mendekati Gideon karena ada udang di balik rempeyek. Ada tujuan tertentu. Penampilan Gideon yang tak biasa---aneh---dan berbanding terbalik dengan penampilannya yang trendy, membuat rating konten toktiknya melejit. Banyak viewer yang tertarik untuk menonton. Dan ini berpengaruh pada pendapatannya sebagai selebgram.
Kata orang, cinta itu buta, tapi dapat membedakan duit cepek dan gopek. Gideon dan Lily memang membutakan mata terhadap pasangannya, yang penting tujuan masing-masing tercapai.
"Sayang, nanti pulang kampus, kita ke mall ya! Aku mau bikin konten kuliner," pinta Lily pada Gideon.
"Konten kuliner? Kok di mall? Kan harusnya di warung atau di lesehan gitu dong."
"Ya gak elit lah, Yang! Masa bikin konten di warung sih? Nanti gak ada yang minat nonton."
"Terserah kamu aja deh, Ly! Aku ngikut aja, asal kamu yang traktir!"
"Kok aku yang traktir? Yang cowok kan kamu. Dimana-mana, yang traktir itu cowok, Yang. Harga diri, Sayang, harga diri!"
"Kan kamu yang ngajak, Ly. Lagian kan kamu mau bikin konten, nanti juga dapat duit. Masa aku yang diajak, gak dapat duit, malah nraktir, sih?"
Gideon merasa kesal, karena cuma dimanfaatkan oleh Lily. Cowok itu jadi teringat Thalita. Gadis itu tak pernah menuntut seperti Lily, bahkan mereka malah sering patungan kalau jalan.
"Lha kan kamu yang cowok, Gid. Masa cowok gak malu, minta traktir sama cewek?"
"Kan konsepnya beda, Ly! Ini kan kamu yang ngajak, dalam rangka bikin konten. Bukan kita jalan-jalan ngedate. Jadi kamu yang harus bayarin."
Seketika Lily cemberut mendengar omongan Gideon. Niatnya untuk memanfaatkan cowok itu ternyata gagal. Gideon tak sepolos penampilannya, Lily harus mengubah strategi, untuk memanfaatkan Gideon.
"Ya udah kalo gitu, kali ini aku yang traktir. Tapi lain kali aku gak mau, gantian kamu yang harus bayar!"
Gideon cuma tersenyum miring. Tak bakal ada lain kali, karena Gideon tak akan pernah mengajak Lily. Cowok itu tak mau, kalau cuma dimanfaatkan.
Di tempat lain, Thalita, Karin dan Deasy lagi asik makan mie ayam. Mereka sengaja bertemu untuk sekedar ngobrol dan berbagi gosip. Gosip tentang Gideon dan Lily, pastilah jadi topik utama. Mengalahkan gosip artis yang lagi proses cerai, karena KDRT. Karin, orang pertama yang paling menentang hubungan abangnya dengan Lily.
"Aku tuh sampai heran. Bisa-bisanya abangku putus sama Thalita, terus jadian sama ondel-ondel itu. Apa coba bagusnya tuh mahluk," kata Karin kesal.
"Ya bagus! Kan dia itu selebgram, abangmu bisa numpang tenar," ujar Deasy.
"Heleh, Des, tenar apaan? Yang ada abangku cuma dimanfaatkan aja sama dia. Bego-begonya Abang aja, putus dari Thalita malah dapat Kutil Monyet."
Deasy dan Thalita tertawa, mendengar panggilan kesayangan Karin pada calon kakak iparnya. Terlihat sekali gadis itu tak suka, dengan pilihan abangnya.
"Sabar aja, Rin. Mereka itu baru jadian, masih perlu banyak penyesuaian. Lama-lama kalau kalian sudah saling paham sifat masing-masing, pasti akur dan cocok," kata Thalita terdengar bijak.
"Sampai matahari terbit dari utara, aku gak bakal cocok sama tuh Kutil Monyet. Beneran deh, aku curiga aja, abangku kena pelet."
"Emang abangmu ikan, kok kena pelet? Hahaha," Deasy tertawa sambil memegangi perutnya.
"Lha gimana loh, Des, abangku jadi nurut banget gitu ke si Kutil. Udah kayak kerbau yang dicocok hidungnya. Disuruh apa-apa mau. Dulu sama Thalita gak nurut banget kayak gitu juga. Ya kan, Tha?"
"Aku gak pernah nyuruh-nyuruh abangmu lho, Rin. Kalau minta tolong sih iya. Itu juga gak maksa, seiklhasnya aja."
"Nah makanya, sekarang ini abangku berubah. Udah gak kayak dulu lagi."
"Aturan suruh tuh si Kutil buat merubah penampilan abangmu, Rin. Biar modern dikit gitu, gak jadul kayak sekarang," usul Deasy.
"Itu kan ciri khas abangku, Des. Kalau dirubah, gak ada bedanya abangku sama cowok-cowok yang lain. Jadi gak menjual bagi si Kutil. Sepertinya, dia memanfaatkan abangku yang antik, untuk mendongkrak popularitasnya."
"Yang ku lihat juga begitu sih. Tinggal tunggu waktu aja, lama-lama tuh Kutil pasti bosen sama abangmu," kata Deasy.
"Terus kembali sama Thalita," sahut Karin.
"Terus aku ogah. Udah nyaman aja sendirian kayak gini, gak ribet. Bisa lebih fokus kuliah dan nulis. Putus dari abangmu, membuatku lebih banyak bikin cerbung di NovelToon."
"Yah Thalita payah! Jangan gitu dong, Tha! Aku tuh udah nyaman banget, punya calon kakak ipar kamu, bukan si Kutil. Jadi, kalau Bang Gideon ngajak balikan, kamu harus mau, titik!"
"Aku yang gak nyaman punya adik ipar kamu," kata Thalita sambil manyun.
Deasy hanya tertawa, melihat perdebatan kedua orang mantan calon saudara ipar itu. Padahal keduanya pasang muka serius, tapi terlihat kocak bagi Deasy.
"Eh, Gaes! Coba lihat siapa yang datang!" pekik Karin tiba-tiba.
Dari arah pintu kedai, terlihat seorang cewek dengan dandanan menor, sedang berjalan sambil mengarahkan wajah pada kamera. Tampaknya dia sedang melakukan live streaming untuk konten. Terlihat dia bicara dengan nada yang dibuat-buat. Bahkan tertawanya mirip kayak tertawa kuntilanak.
Dengan pedenya, cewek itu menyapa semua pelanggan yang sedang makan di kedai mie ayam itu. Banyak orang yang menganggapnya orang aneh yang sok jadi artis. Tawa Karin tiba-tiba meledak, membuat kaget kedua temannya, saat Karin melihat abangnya masuk kedai dengan tampang kusut. Dua ransel besar dan kelihatan berat, nangkring di kedua bahunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments