Part 19 : Ulah Karin

Penolakan Thalita untuk berkunjung ke rumahnya, membuat Gideon kesal. Cowok itu merasa sakit hati, Thalita memilih pergi ke mall dengan cowok barunya, daripada ikut Gideon ke rumahnya.

"Kenapa, Man? Kok kusut gitu?" tanya Lily di pintu kelas.

"Man?"

"Mantan, maksudnya. Kenapa wajahmu kusut gitu?"

"Gapapa kok, Tan. Lagi PMS aja kok," jawab Gideon asal.

"Tan itu maksudnya Mantan, kan?"

"Bukan. Tapi setan."

Gideon melangkah pergi, meninggalkan Lily yang mendelik karena kesal. Cewek itu menghentakkan kakinya kemudian mengikuti Gideon masuk ke dalam kelas.

"Kenapa sih kamu, Gid? Kok jutek banget ke aku? Apa salahku?" Lily masih mengejar Gideon dengan pertanyaan konyolnya.

"Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya? Tapi aku ogah menjawabnya! Pakai saja otakmu yang se-upil itu buat cari jawabannya!"

"Astaga! Salahku apa ke kamu, hah?"

Lily semakin kesal. Selama ini sebagai selebgram, dia selalu disanjung oleh para followers nya---meski cuma dalam angan---tapi sekarang, Gideon malah bersikap ketus padanya. Tentu saja Lily tak bisa menerima sikap Gideon yang seperti ini.

"Kamu gak tau ya, salahmu apa?"

Gideon mendekat dengan senyum miring yang menurut Lily cukup menyeramkan, membuat gadis itu mundur beberapa langkah.

"Eng ... enggak, Gid."

"Mau tau?" Gideon semakin mengintimidasi.

"Ma ... mau, Gid."

"Mau tau aja, apa mau tau banget?"

Teman-teman di kelas itu yang kebetulan mendapat tontonan gratis, menutup mulut untuk menahan tawa. Mereka tau, Gideon sedang mengerjai Lily, dengan membuat gadis itu ketakutan.

"Ma ... mau tau banget," kata Lily sambil terus berjalan mundur.

"Kalau sudah tau, kamu mau apalagi?"

Gideon terus melangkah maju. Dan Lily semakin mundur, agar tetap ada jarak antara dia dengan Gideon. Sungguh, cewek itu merasa ngeri, melihat tatapan Gideon yang menyorotkan amarah. Meski bibir cowok itu tersenyum, itu senyum paling sarkas yang pernah Lily lihat.

"Aaa ... aaku cuma ingin tau," kata Lily sambil menunduk.

"DENGAR YA SELEB KARBITAN!! NGACA SANA! JANGAN MENTANG-MENTANG KAMU MERASA DIRI SEBAGAI SELEB, KAMU BISA SEENAK UDEL MEMPERMALUKAN ORANG DEMI KONTEN KAMU YANG GAK NGOTAK ITU!! AKU BISA SAJA MEMPERMALUKAN KAMU, LEBIH DARI ITU MALAH. TAPI AKU GAK MAU DIANGGAP SELEVEL DENGAN SELEB KAMPUNGAN KAYAK KAMU!!"

Napas Gideon terengah, cowok itu sedang di puncak rasa amarahnya pagi ini. Rasa cemburu dan kesal yang sedari pagi dirasakannya pada Thalita, dia luapkan dengan berteriak di depan muka Lily.

Wajah Lily tampak pucat pasi karena rasa takutnya pada Gideon. Berbanding terbalik dengan wajah Gideon yang merah padam menyeramkan karena amarah. Para penonton merasa tercekat, baru kali ini mereka melihat Gideon benar-benar marah. Selama ini, mereka cuma menganggap Gideon cowok culun yang patut untuk ditertawakan.

Gideon melangkah ke bangku tempat tadi dia meletakkan ranselnya. Mengambil botol minum yang selalu dibawanya, dan menegak isinya sampai habis. Napas cowok itu masih memburu, pertanda emosi masih menguasai kepalanya. Semua orang jadi menghindar, takut jadi sasaran kemarahan.

Sementara itu, Lily beringsut menuju kursinya, dengan pandangan ngeri ke arah Gideon. Ketakutan masih jelas terlihat di wajah gadis itu. Lily mencari botol minum di dalam tasnya, dan menegaknya pelan untuk membuat hatinya sedikit tenang.

Berita tentang Gideon yang mengamuk, sampai juga ke telinga Thalita. Gadis itu mendengarnya di kantin saat makan siang. Teman sekelas Gideon bercerita pada temannya dari fakultas lain dengan penuh semangat. Membuat Deasy dan Thalita mendengar dengan jelas berita itu.

"Wah, berita heboh ini, Tha. Karin harus dikasih tau," bisik Deasy.

"Dasar biang gosip. Ya udah, sana telepon tuh si Karin! Biar tar dia tertawain tuh si Abang antik," kata Thalita sambil nyengir.

Deasy tampak sibuk dengan ponselnya, pasti sedang chat dengan Karin. Cewek itu juga senyum-senyum jahat sambil terus mengetik, Thalita jadi curiga, jangan-jangan dua orang itu sedang merencanakan sesuatu.

Benar saja, waktu pulang kampus, si cewek tengil Karin udah nangkring di atas boncengan Gideon di parkiran. Membuat sang Abang punya firasat tak enak.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Gideon heran.

"Lagi nunggu Deasy, kami janjian mau jalan-jalan ke mall."

"Terus? Kok malah nangkring di motor Abang?"

"Karena Karin gak tau, motor Deasy yang mana, taunya motor Abang. Jadi aku numpang aja duduk di sini."

"Itu, di belakangmu itu kan motor Deasy. Pindah sana, Abang mau pulang nih!"

"Sebentar dong, Bang! Temani nunggu Deasy, masa tega sama adikmu yang manis ini, sih? Kalau tar aku diculik, gimana?"

"Ya bagus, dong! Kan ngurangi jatah nasi di rumah. Kamu kan makannya banyak, beras Mama jadi cepat habis."

"KAMPRET!! Yang ada kan Abang, yang makannya banyak."

Kedua kakak-beradik itu masih saja adu mulut, ketika Thalita dan Deasy tiba di parkiran. Thalita merasa heran, kenapa ada Karin di kampusnya, padahal mereka beda kampus, dan kampus Karin jaraknya cukup jauh.

"Lho? Kok ada Karin?" tanya Thalita.

"Iya, Tha. Tadi aku nelpon Deasy, minta temani jalan ke mall gitu, mau cari kado. Eh, Deasy bilang, dia mau pergi sama kamu."

"Terus?"

"Ya terus aku nyusul aja ke sini. Pokoknya aku mau ikut!"

"Kok ikut? Kan motornya cuma ada satu, masa bonceng tiga? Mau kena tilang?" tanya Thalita.

"Ya gapapa, kan Karin ini kecil, Tha. Dia tar ku bonceng di depan, kamu di belakang. Hahaha," kata Deasy sambil nyengir.

"Kamu kira aku bocah, Des??" Karin merasa kesal.

"Lha kamu imut gitu kok, masih pantes lho, kalau ngaku masih kelas lima SD," kata Gideon ikutan nyengir. Kontan saja, sebuah cubitan mendarat di pinggangnya.

"Jadinya gimana, nih? Apa kalian pergi berdua aja?" tanya Thalita.

"Ya mana seru kalau pergi berdua. Ya kan, Des?"

"Ho oh, Tha. Gak seru banget kalau aku pergi berdua sama Karin. Tar dikira aku momong bocah lagi," keluh Deasy.

"AW ... AW ... AW, SAKIT KAMPRET!!"

Deasy mengejar Karin yang baru saja mencubit lengannya. Lengan putih milik Deasy, seketika ada tanda biru kehitaman.

"AWAS, LU! TAR GUA JATUHIN DI ASPAL!"

Karin hanya tertawa, mendengar ancaman Deasy, membuat Deasy menjadi gemas dan mencubit Gideon.

"Lho? Kok jadi aku yang kamu cubit, Des?" protes Gideon.

"Abis Karin kabur. Nanti aja di rumah, tolong Abang balaskan cubitan Deasy."

"Jangan berantem, itu tidak baik. Sekarang gini aja, aku bonceng Deasy, terus Thalita sama Bang Gideon!"

"Kok, gitu?" protes Thalita.

"Ya emang gitu, karena aku bosan dibonceng sama Kutil Onta ini. Yuk, Des!! Berangkaaat."

Tiba-tiba motor Deasy sudah melesat, membawa sang pemilik dan tukang nebeng berlalu."

Thalita cemberut, dan Gideon nyengir. Nanti Gideon akan berterima kasih pada Karin, karena yakin, ini ide dari adiknya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!