Sakit sih tak seberapa, tapi malunya itu lho, Cuy! Kok bisa-bisanya jatuh di saat yang tak tepat. Ya iya lah, mana ada jatuh tepat waktu sih? Rasanya Gideon ingin menghilang saja dari tempat itu. Tuing.
Suara tawa dan ledekan yang ditujukan pada Gideon, membuat Thalita sedikit merasa kasihan. Tapi ... saat teringat perbuatan cowok itu padanya, membuat Thalita menepis rasa kasihan itu. Bahkan, dengan kejam, Thalita ikut tertawa ngakak, saat Gideon jatuh untuk kedua kalinya karena salting.
"Haduh, Gaes! Tau nggak? Itu tadi yang barusan jatuh, mantan aku lho, Gaes. Segitu saltingnya dia melihatku, sampai jatuh dua kali. Kayaknya dia gagal move on deh, Gaes. Secara kan aku tambah memesona. Ya kan?"
Lily malah melanjutkan vlog yang dibuatnya. Membuat Gideon mendelik kesal. Dasar kurang ajar. Awas aja ya kamu, Mak Lampir! Ku bikin perkedel nanti, batin Gideon.
Teman-teman yang sedang menonton kejadian itu, tentu saja ngakak guling-guling mendengar kata Lily. Meski mereka kurang menyukai gadis itu, tapi kata-katanya cukup menghibur. Apalagi melihat tampang Gideon yang entah. Campuran antara malu, marah, kesal, dan pengen nangis.
Thalita menaruh rasa iba pada mantan pacarnya itu, tapi tak bisa berbuat banyak. Karena itu, Thalita segera mengajak cowok yang menjemputnya segera meninggalkan tempat itu.
"Yuk, Kak! Kita pulang, aku capek banget nih."
"Gak pengen nonton dulu, tuh tontonan kayak e seru deh. Pada tertawa heboh kayak gitu."
"Gak, deh. Aku kasihan sama cowok itu, jadi bahan tertawaan banyak orang. Aku membayangkan jika aku dalam posisi seperti cowok itu, pasti udah gak punya muka lagi."
"Dari dulu kamu itu gampang banget jatuh kasihan. Ingat gak, kamu nangis guling-guling karena liat ikan yang aku cemplungin ke kolam, takut ikannya tenggelam?"
"Kakak! Itu kan jaman masih bocah. Aku kira ikan itu cuma bisa hidup di akuarium," kata Thalita kesal sambil mencubit cowok itu.
"Hahaha. Ikan kan emang hidup di air, Neng. Gak perlu diajarin berenang, udah jago kok."
"Au ahh! Yuk, pulang!"
Thalita segera duduk di boncengan motor cowok itu, karena melihat Gideon semakin menjadi bahan bulian Lily. Tampaknya gadis itu sedang membalas dendam, atas perlakuan Gideon di kedai mie ayam kapan hari.
Gideon yang melihat Thalita sudah pergi, segera berlalu dari tempat itu, diiringi suara cibiran Huuuuu dari orang-orang yang menonton. Gideon memilih tak peduli.
"Awas aja ya, Mak Lampir! Ku balas kamu nanti!" kata Gideon sambil pergi.
Sepertinya, kesialan sedang mengikuti Gideon hari itu. Bisa jadi karena karma juga. Ban motor Gideon tiba-tiba kempes terkena paku, di tempat yang jauh dengan tempat tambal ban. Terpaksa cowok itu mendorong motor hampir sejauh tiga kilometer. Nasib.
"Kenapa sih, hari ini aku sial banget? Ada-ada aja deh! Mana dari tadi dorong motor belum nemu tambal ban. Dasar sial! Ah, ngeselin!" Gideon memukul jok motornya karena kesal.
Gideon memutuskan untuk berhenti sebentar, napasnya sudah ngos-ngosan karena mendorong motornya. Tapi ... memang dasarnya Gideon yang sedang apes atau gak pinter, cowok itu malah berhenti di dekat genangan air. Bisa ditebak, alhasil mandi sore gratis plus bonus gatal-gatal.
"AH, KAMPRET!! ASEM!! SIWALAN!! KUTIL ONTA!! KAYAK E AKU HARUS DIRUQIYAH NIH! BIAR JIN SIAL YANG NEMPEL KABUR!!"
Beberapa orang yang sedang melintas, menatap dengan pandangan beragam. Kasihan, pengen tertawa tapi takut dosa, iba, dan ada juga yang cuma menggeleng heran. Sudah gede tapi kok blo'on, mungkin itu yang ada di pikiran mereka.
Gideon melanjutkan mendorong motornya. Ingin sekali cowok itu segera menemukan tukang tambal ban, menambal ban motornya, dan pulang ke rumah terus mandi. Tak tahan rasanya menahan gatal akibat cipratan air pinggir jalan yang bercampur keringat. Setelah berjalan satu kilometer, barulah Gideon menemukan tukang tambal.
"Mas, ini ban motornya udah gak bisa ditambal, harus ganti yang baru! Lubangnya udah tiga."
"Waduh! Berapa harga ban barunya, Bang?"
"Lima puluh ribu, sama ongkos pasang."
Gideon memeriksa dompetnya, dan ternyata cuma ada uang 49 ribu saja. Dengan tampang memelas, Gideon minta potongan harga.
"Apa gak bisa kurang, Bang? Uang saya cuma 49 ribu nih, kurang seribu."
"Gak bisa, Mas. Harus pas! Istri saya mana mau kalau uang belanjanya gak genap, meski cuma seribu. Bisa buat beli micin."
"Kalau gitu, ngutang dulu deh, Bang! Besok saya bayar kalau lewat sini lagi."
"Iya, gapapa. Tinggal aja KTP nya, karna saya takut Mas-nya gak bayar besok!"
"Astaga, Bang! Masa cuma kurang seribu aja harus tinggalin KTP? Takutnya nanti malah Abang jadikan anggunan pinjol lagi."
Gideon tampak kesal, segitunya tukang tambal ban gak percaya sama dia. Urusan uang seribu aja pakai jaminan KTP.
"Ya kalau gitu, bawa aja motornya, cari tukang tambal yang lain!" jawab Kang Tambal santai.
"Saya udah jalan tiga kilo, baru nemu tempat ini. Masa harus jalan lagi, sih?"
"Ya silakan kalau mau! Tukang tambal lagi masih dua kilo dari sini. Mungkin Mas-nya mau sekalian olahraga?"
Gideon semakin kesal. Tukang tambal tersenyum miring seolah mengejeknya. Benar-benar sial banget hari ini. Sepertinya Gideon memang harus mandi kembang biar sialnya hilang. Atau kalau bisa, mandi di laut, agar sialnya ilang dimakan ikan teri.
Tanpa sengaja, Gideon memasukkan tangan ke dalam saku pantalon yang dikenakannya, dan ada sekeping logam di sana. Lima ratus perak. Dengan penuh semangat, Gideon merogoh semua saku yang dia punyai, kurang lima ratus perak lagi, genap lah unang nya untuk bayar ongkos.
Lagi-lagi sial, tak ada lagi kepingan logam yang dia temukan. Tak patah semangat, Gideon mencari lagi di saku ransel yang dibawanya. Puji Tuhan, ada dua koin 200 perak dan sekeping 100 perak. Dengan senyum mengembang, diserahkannya uang pas 50 ribu pada tukang tambal.
"Ini, Bang! Pas 50 ribu, hitung aja kalau gak percaya!"
Tukang tambal cuma nyengir, menerima uang itu dan memasukkannya ke dalam saku tanpa dihitung lagi. Kang Tambal sebenarnya tadi cuma berniat usil. Melihat dandanan Gideon yang jadul, tiba-tiba jiwa usilnya meronta. Karena itu dia berniat ngerjain Gideon, aslinya, dia iklhas meski ongkos yang dibayar cuma 49 ribu.
Gideon menunggu ban motornya diganti, sambil memainkan ponselnya. Dia membuka aplikasi hijau miliknya, dan melihat story kontaknya di sana. Ada story Thalita sedang makan mie ayam di tempat favorit mereka berdua. Tapi ... kali ini Thalita makan mie ayam bersama cowok yang tadi menjemputnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments