Part 15 : Ada Yang Lain?

Pagi itu, Thalita datang ke kampus bersama seorang cowok. Kebetulan sekali, Gideon melihat mereka, ketika Thalita baru saja turun dari motor. Cowok itu tampak sangat perhatian pada Thalita. Melepaskan helm dari kepala Thalita, kemudian mengacak rambut gadis itu sambil tertawa-tawa. Thalita tampak sewot karena rambutnya berantakan, gadis itu mencubit pelakunya. Cubitan kecil, yang pasti akan meninggalkan rasa perih. Gideon sering merasakannya.

Thalita baru masuk ke gerbang kampus, ketika cowok itu sudah berlalu. Gideon menghela napas, ada rasa perih di hatinya. Lebih perih dari cubitan Thalita.

"Hoi, Tha!! Tungguin!!" Deasy berlari mengejar Thalita.

Thalita menoleh, kemudian tersenyum pada temannya itu. Saat itu juga, Thalita menyadari, ada sepasang mata yang sedang mengamati. Ya, Gideon. Pandangan cowok itu, sedari tadi memang tak pernah lepas dari sang mantan.

"Aku tadi ke rumahmu, tapi kata mamamu, kamu udah berangkat."

Deasy dan Thalita berjalan menuju kelas. Dengan sengaja, Gideon mengekor di belakang mereka. Ingin turut mendengarkan obrolan kedua cewek itu.

"Lha? Kamu gak ngomong sebelumnya, kalau mau jemput sih, jadi ya aku berangkat duluan aja," kata Thalita.

"Iya juga. Sebelumnya, aku gak ada niat juga buat jemput kamu. Tadi itu spontan aja, tiba-tiba pengen jemput. Berarti bukan rejeki kamu, Tha."

"Ya bukan rejeki, kamu kan jadi kehilangan ongkos, buat ojek."

"Oh itu. Gak juga sih, aku tadi gak naik ojek kok. Ada cowok cakep yang nawarin buat bareng. Jadi aku gak kehilangan ongkos deh."

"Wew, rejeki emang gak kemana ya, Tha?"

"Iya lah. Rejeki itu sama kayak jodoh, sudah ada yang ngatur. Jadi, kalau rejeki dan jodohmu jauh, itu tandanya kamu susah diatur. Hahaha."

"Dasar Kutil! Kesimpulan macam apa tuh?" kata Deasy kesal. Deasy memang sampai saat ini belum punya pacar. Gadis itu terlalu perfeksionis dalam menentukan kandidat yang akan menjadi pacarnya.

"Cie, yang merasa susah diatur, jadi ngambek. Hahaha."

Deasy berusaha mencubit Thalita, tapi gadis itu berhasil menghindar sambil tertawa-tawa. Melihat keceriaan Thalita, hati Gideon semakin sakit, karena sekarang ini, bukan dia yang membuat gadis itu ceria. Ah Thalita, kenapa kamu rasanya semakin jauh dari Abang? Keluh Gideon dalam hati.

"Tapi, nanti kamu pulang bareng aku kan, Tha?"

"Maaf, Des! Aku udah janji mau pulang sama si Dia. Nanti dia bakal jemput lagi kemari."

"Cie cie, jadi sekarang punya langganan ojol baru, nih?" tanya Deasy sambil tersenyum jahil.

"Ya bisa dibilang begitu. Mana Kang Ojol yang ini, cakep, terus wangi pisan euhh, jadi makin---"

"Jadi makin sayang!" Deasy nyengir setelah melanjutkan kalimat Thalita yang terpenggal.

Percakapan kedua cewek itu, membuat hati penguntit mereka semakin panas. Panas karena cemburu. Dan juga sakit, tapi tak berdarah. Sudah seperti lirik lagu saja.

"Bisa aja kamu, Des! Doain dong, biar langgeng gitu," Thalita sengaja mengeraskan suaranya, agar yang di belakang semakin panas.

"Pasti! Tapi setelah PJ cair, hahaha."

Kali ini Thalita yang mencubit Deasy. Berhasil. Dan sambil tertawa ngakak, Thalita lari meninggalkan Deasy.

"SIAL!! AWAS, THA! KU BALAS NANTI."

Deasy mengelus lengannya yang baru saja dicubit Thalita, ada tanda merah di sana. Perih. Cubitan Thalita memang sudah terkenal, seperti capitan kepiting. Deasy tiba-tiba menoleh ke belakang, dan nyengir pada Gideon.

"Bang Gideon, yang sabar ya! Kayak e Thalita lagi CLBK, cari lagi bukan kembali, hehehe."

Gideon hanya diam, cowok itu sedang kesal karena cemburu. Apalagi baru saja, Deasy meledeknya. Ingin sekali Gideon menangkap Deasy, kemudian menguncir bibirnya dengan karet gelang, supaya diam.

Deasy malah menghampiri Gideon yang masih berdiri mematung. Membisikkan sesuatu, kemudian berlalu sambil cekikikan. Gideon jadi semakin sebal, sambil mengumpat, cowok itu berjalan menuju kelasnya.

Waktunya pulang ...

Kembali hati Gideon terasa perih seperti dicubit, ketika melihat cowok yang mengantar Thalita tadi pagi, muncul di depan kampus. Cowok itu berpakaian rapi, tapi ala anak muda masa kini. Dalaman kaos warna navy, dipadu dengan kemeja warna biru laut---warna kesukaan Thalita---celana jeans navy serta sepatu kets warna putih.

Sesekali cowok itu melongok ke arah gerbang, seperti menunggu seseorang. Kemudian kembali sibuk dengan ponselnya, ketika yang ditunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Gideon memutuskan untuk menunggu, tak segera beranjak pulang. Penasaran, bagaimana sikap mantan kekasihnya pada cowok itu.

Gideon memeriksa penampilannya sendiri saat ini. Pantalon warna kuning kunyit, kemeja lengan panjang warna merah, serta sepatu kulit yang mengkilap karena semir. Keren. Tapi untuk anak muda tahun 60-an. Sangat berbeda dengan sosok di depan sana.

"Ah, dandanan ku juga keren kok, beda sama yang lain malah. Spesial dan gak pasaran kayak cowok itu. Thalita juga paling sengaja cuma manas-manasi aja, balas dendam karena kemarin-kemarin aku khilaf sama Lily. Aslinya, Thalita itu pasti masih cinta sama aku kok," hibur Gideon untuk dirinya sendiri.

Tak lama, Thalita tampak keluar dari gerbang bersama Deasy. Tampak senyum manis tersungging di bibir Thalita, senyum yang dulu membuat Gideon terpesona. Bukan hanya dulu, sekarang juga, senyum itu masih menghipnotis Gideon.

Tampak Deasy bersalaman dengan cowok itu, mungkin berbasa-basi sebentar, kemudian tampak Deasy meninggalkan mereka berdua. Segera Thalita naik ke boncengan cowok itu, setelah Deasy pergi.

Mereka berdua tampak bercanda, Thalita mencubit pinggang cowok itu, kemudian mereka tergelak bersama. Sungguh manis untuk dilihat, tapi membuat hati Gideon terasa sakit. Gideon berdoa, agar kedua orang itu segera pergi dari hadapannya, agar sakit itu bisa sedikit memudar.

Doa Gideon tidak terkabul. Sepertinya cowok itu meminta ijin pada Thalita untuk fokus dengan ponselnya. Keduanya kemudian tampak sibuk dengan benda pipih di tangan masing-masing mereka. Sial!

Lebih sial lagi bagi Gideon, karena mahluk yang bernama Lily, ternyata dari tadi mengamati aksinya. Dengan santai gadis itu mendekati Gideon, dan pura-pura sedang nge-vlog.

"Halo, Gaes ... jumpa lagi dengan Lily memesona, bagaimana kabar kalian? Baik-baik saja bukan? Kali ini, Lily sedang bahas tentang mantan ya, Gaes. Mantan itu ibarat sisa permen karet yang terinjak. Semakin kita ingin membuangnya, dia akan nempel semakin erat. Seperti mantan Lily yang kemarin itu lho, Gaes. Yang pakai jambul, kayak Woody Woodpeaker---"

Dengan mata melotot karena marah, Gideon segera pergi dari tempat itu. Ogah jadi tontonan karena aksi Vlog Lily sengaja dilakukan di dekat tempat dia sedang mengamati Thalita dan cowok barunya. Gideon tak mau ketahuan sedang mengintip pasangan itu. Tapi ... untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Gideon malah jatuh karena tersandung, saat kedua pasangan itu menoleh untuk melihat aksi Lily.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!