Pagi itu Karren sudah siap untuk berangkat kuliah, dia segera keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni tangga untuk sarapan bersama kedua orang tuanya.
“Morning sayang...” sapa Bernard saat melihat putrinya berjalan ke arah meja makan.
“Morning pi..” balas Karren.
“Hai sayang.” Sapa Key.
“Hai mami..” balas Karren lagi.
“Duduklah, jangan lesu begitu.” Ucap Key saat melihat putrinya berjalan dengan malas.
Karren duduk di kursi yang selalu menjadi tempatnya saat sarapan, lalu dia mengambil piring dan menyentong nasi ke dalam piringnya.
“Cie yang kemarin pulang sama Gibran..” goda Bernard.
Karren yang mendengar godaan dari papinya membuat tangannya yang sedang mengambil lauk berhenti seketika, tatapannya langsung beralih menatap papinya lalu sang mami yang masih sibuk membuat kopi untuk Bernard.
“Papi tau dari mami ya?” tanya Karren penuh curiga.
“Kok kamu nyalahin mami sih?” sahut Key yang merasa di salahkan.
“Ya tau dari siapa lagi coba kalo bukan dari mami, kan yang aku kasih tau mami doang.” Ucap Karren.
“Enak aja sembarang nuduh! Mami ga pernah ngomong apa-apa ke papi tau!” ucap Key.
“Stop! Kok kalian berdua malah jadi berdebat sih? Papi bukan tau dari mami kok, papi juga ga tau kalau ternyata mami tau tentang hal ini.” Ucap Bernard menengahi dua wanita kesayangannya itu.
“Tuh denger sendiri kan? Bukan mami yang ngasih tau papi tau!” sahut Key.
“Ya terus papi tau dari siapa lagi dong?” tanya Karren.
“Kemarin sore Dina bawa mobil kamu pas banget papi lagi duduk-duduk di teras, terus dia yang bilang kalo kamu pulang sama Gibran jadi mobilnya di bawa dia.” Jelas Bernard.
“Tuh kan taunya dari Dina bukan mami, kamu ini nyalahin mami aja.” Sahut Key.
“Maaf mam, aku ga tau kalau Dina nganter mobil pas ada papi di depan, lagian biasanya juga mami selalu cerita segala hal sama papi kan, makanya aku ngiranya mami.” Ucap Karren.
“Mami lupa bilang kemarin.” Ucap Key.
“Nah kan, berarti kalo ga lupa mami bakal kasih tau papi.” Ucap Karren.
Key hanya menaikkan kedua bahunya lalu kembali melakukan aktifitasnya.
“Udah lnjutin sarapannya nanti kamu telat.” Ucap Key.
Karren akhirnya lanjut mengoleskan selai ke roti yang dia pegang, lalu dia segera melahapnya dengan nikmat.
Sedangkan Bernard yang dari tadi pensaran masih menatap ke arah putrinya untuk mempertimbangkan apakah dia harus bertanya atau tidak, namun ternyata Benard benar-benar tidak kuat, dia segera buka suara untuk memenuhi rasa penasarannya.
“Gimana pulang sama Gibran berdua doang? Enak ga? Bentar lagi jadian dong ya?” ucap Bernard memancing putrinya.
“Gimana mau jadian, orang pulangnya ada orang ketiga.” Sahut Key yang ikut duduk di sebelah suaminya.
“Cewek apa cowok temennya?” tanya Bernard.
“Cewek lah, anak kita yang selalu bawel jadi kesal begitu.” Jawab Key.
“Wah kamu harus hati-hati tuh, kayaknya dia bakal jadi saingan kamu.” Ucap Bernard.
“Kalian berdua seneng banget kayaknya ya liat anaknya galau gini.” Sahut Karren dengan kesal.
“Hahaha, kamu harus semangat memperjuangkan cintanya sayang, laki-laki seperti Gibran patut di perjuangkan loh.” Balas Key.
Karren melihat ke arah kedua orang tuanya secara bergantian, jika sudah membahas tentang Gibran, pasti keduanya sangat bersemangat.
“Mending papi sama mami ganti tipe mantu idaman aja deh, belum tentu juga Gibran mau sama aku.” Ucap Karren.
“Mas!” tegas Key.
“Iya mas Gibran.” Balas Karren dengan malas.
Entah kenapa seorang Karren yang sangat percaya diri itu seketika menjadi ciut jika menyangkut nama Gibran, dia meras kalau Gibran terlalu baik untuk wanita sepertinya, apa lagi jika melihat penampilan Sarah yang berhijab dan tertutup tidak sepertinya.
“Mas Gibran itu alim pap, mam, dia ga mungkin mau sama aku yang terbuka begini.” Ucap Karren kembali.
“Heh! Anak papii kenapa jadi insecure begitu? Emang kenapa sama kamu? Yang terbuka belum tentu bejad, dan yang tertutup belum tentu baik.” Ucap Bernard.
“Betul tuh kata papi kamu, siapa tau waktu milih si Gibran khilaf terus dia milih kamu, kita ga akan tau kan?” sambung Key sambl tertawa, di susul juga dengan Bernard yang ikut tertawa.
Karren yang awalnya terharu karena ucapan papinya seketika kesal karena ulah maminya dan tawa orang tuanya.
Karren segera menghabiskan makanannya tanpa bicara lagi, dia kesal dengan kedua orang tuanya dan ingin sekali dia segera pergi dari sana karena orang tuanya akan terus membullynya.
Setelah selesai menghabiskan makanannya, Karren segera beranjak dari tempat duduknya dan mengambil tasnya.
“Pap, di mana kunci mobilku? Aku mau berangkat sekarang.” Ucap Karren sambil melihat Bernard.
Karren mengerutkan keningnya saat melihat kedua orang tuanya saling menatap satu sama lain, pasti ada suatu rencana yang sedang di lakukan kedua orang tuanya.
“Kenapa kalian saling liat kayak gitu? Aku ini tanya loh, kunciku di mana.” Ucap Karren.
“Ga usah bingung sama kunci lah Ren, sana berangkat bareng Gibran, tuh dia kayaknya udah siap-siap.” Ucap Key sambil menoleh ke arah jendela.
Posisi ruang makan dan ruang tamu memang lurus langsung menembus jendela dan pintu, jadi dengan jelas sekali mereka bisa melihat Gibran yang baru saja keluar dari rumahnya sambil merapihkan dasinya.
“Gak mau! Mana kunci mobilku, kalian pasti ngumpetin kunci mobilku kan?” ucap Karren.
“Mobil kamu mau mami pake ke salon sama Andini.” Ucap Key.
“Mami sama aunty Andin kan punya mobil masing-masing, kenapa harus pake mobilku sih?” ucap Karren kesal.
“Sekarang waktunya mobil mami yang di service, terus mami yang ngajak Andin masa iya dia yang bawa mobil.” Balas Key.
Entahlah kalau di suruh ngeles emang maminya yang paling top markotop! Kalau ada award untuk nominasi ngeles terbaik, mungkin maminya yang akan menang.
“Udah sono sama Gibran, ntar telat loh.” Sambung maminya sambil tersenyum penuh arti.
“Haah, sudahlah! Karren berangkat dulu sebelum mas Gibran ninggalin aku, doain anakmu ini biar bisa dapetin hati calon mantu idaman kalian.” Pamit Karren.
Bernard dan Key terkejut karena putri mereka yang keras kepala itu akhirnya mau mengalah.
“Aku tau kalau putri kita itu sebenarnya tertarik dengan Gibran.” Ucap Key yang masih tersenyum melihat putrinya yang sedang menyebrang ke rumah Gibran.
“Aku tau kalau Gibran adalah laki-laki yang baik untuk putri kita, semoga saja dia bisa merubah Karren menjadi lebih baik lagi.” Balas Bernard.
Key mengulurkan tangannya kepada Bernard dan dengan segera Bernard menepuk tangan Key untuk melakukan tos, keduanya tersenyum lalu saling merangkul satu sama lain.
Bernard akhirnya masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya untuk bersiap, sedangkan Key mengikuti Bernard untuk membantu suaminya bersiap.
Sedangkan di sisi lain, Karren menyandarkan tubuhnya di pintu mobil Gibran, kebetulan saat itu Gibran kembali masuk ke rumah untuk mengambil sesuatu, jadi dia tidak tau akan kehadiran Karren.
Sampai beberapa saat kemudian, Gibran kembali keluar dari rumahnya dan terkejut saat melihat Karren yang sedang bersandar di mobilnya sambil melihat ke arah jam tangannya.
“Mau apa dia kemari? pagi-pagi sudah mau cari ribut ya?” gumam Gibran di dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
iyel
😂😂😂
2023-02-05
0