Karren masuk ke dalam rumahnya dengan lancar, hari itu papi dan maminya belum keluar dari kamar mereka entahlah mungkin mereka masih membuatkan Karren adik hahaha…
“Untung gue bisa masuk rumah tanpa ketahuan papi dan mami, bisa kacau kalo sampe mereka tau.” Gumam Karren yang sudah bisa bernafas lega karena dia sudah berada di dalam kamarnya.
Saat ini Karren hanya berharap semoga kedua orang tuanya tidak banyak bertanya tentang ke mana Karren semalaman.
Setelah masuk ke dalam kamarnya, Karren langsung berjalan menuju balkon kamarnya untuk melihat Gibran yang ternyata masih berada di depan rumahnya sambil menatap ke arah rumah Karren.
“Tingkat ketampanannya ternyata makin bertambah saat baru bangun tidur ya?” gumam Karren sambil terkekeh.
Lalu saat Gibran menoleh ke atas, Karren segera tersenyum manis sambil melambaikan tangannya.
Sedangkan Gibran yang melihat pakaian Karren yang sexy itu hanya bisa menggelengkan kepala sambil memeluk dirinya sendiri lalu segera masuk ke dalam rumahnya.
“What?! Apa-apaan sih dia itu ngeliat gue kayak ngeliat setan aja!” gumam Karren yang kesal karena sapaan tulusnya di balas seperti itu.
...****************...
Hari-hari berlalu setelah kejadian Karren yang menginap di rumah Gibran, kedua orang tuanya percaya saat Karren mengatakan kalau dia menginap di rumah salah satu temannya.
Dan hari ini adalah hari di mana Karren harus kuliah setelah semalam dia memutuskan untuk tidak keluar malam karena tugas kampus yang menumpuk.
Hari ini Karren ada kuliah pagi, namun sayangnya dia kesiangan yang membuat Karren memutuskan untuk memakai sneakers di bandingkan high heels karena dia pasti harus berlari agar bisa masuk ke dalam kelas paginya.
Sapaan dari para laki-laki yang mengaku sebagai penggemarnya bahkan sampai tidak dia hiraukan, tidak seperti biasanya yang selalu di balas dengan sangat ramah.
Karren hanya berharap agar para penggemarnya itu dapat memaklumi keadaannya yang sedang mendesak itu.
Setelah sudah mendekati ruang kelasnya, Karren segera menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba hingga suara nyaring dari sepatunya terdengar menusuk di telinga.
Karren berusaha untuk mengatur nafasnya lebih dulu dan menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya agar tetap menampilkan yang terbaik.
Setelah itu barulah dia mengetuk pintu dan langsung membuka pintunya tanpa di persilahkan masuk, dan Karren sedang berusaha untuk mengatur ekspresi wajahnya agar terlihat memelas.
Karena dosen di mata kuliah yang satu ini akan selalu luluh jika Karren memasang wajah memelasnya.
“Ibu ya ampun maaf banget nih saya telat, tapi ini gara-gara Darren yang ninggalin saya bu…” ucap Karren yang langsung mematung di tempatnya.
Bagaimana tidak, akting yang sudah dia rencanakan benar-benar berubah total saat membuka pintu kelasnya, bukannya dosen wanita yang akan selalu luluh dengan ekspresi memelasnya, namun seorang laki-laki tampan yang selalu mengacuhkannya yang ada di hadapannya saat ini.
“Apa yang terjadi? Bukannya bu Kristi yang seharusnya ada di kelas ini? Apa aku salah masuk? Tapi teman-temanku ada di sini semua kok.” Gumam Karren sambil melihat ke seluruh ruang kelas.
Di sana juga ada Kevin dan Darren yang sedang menggelengkan kepala ke arah Karren sambil menepuk keningnya sendiri melihat kebodohan Karren.
“Mas Gibran? Kok mas bisa ada di sini?” tanya Karren sambil mengerutkan keningnya.
Semua mahasiswa yang ada di dalam kelas tertawa dengan kencang karena panggilan yang di sematkan oleh Karren kepada dosen baru mereka.
Begitu juga dengan Darren dan Kevin yang awalnya khawatir dengan nasib Karren, malah tertawa terutama saat melihat ekspresi wajah Karren yang kebingungan.
“Iya gue tau pak Gibran ganteng, tapi ga perlu panggil mas juga kali Ren.” Sahut yang lainnya.
“Dih, sok akrab lo Ren!” teriak salah satu wanita yang terkenal sebagai cabe-cabean kampus.
“Emang kita akrab kali! Ya kan mas?” tanya Karren berharap kalau Gibran akan mendukungnya.
Gibran hanya menghela nafas panjang berusaha untuk tidak emosi di hari pertamanya bekerja, pertanyaan dan panggilan Karren kepadanya membuat Gibran merasa kalau dia tidak ada harga dirinya sebagai dosen.
Karren memang selalu seenak jidatnya, dia tidak pernah melihat situasi dan kondisi, Gibran juga sebenarnya tidak masalah dengan panggilan yang di sematkan Karren untuk dirinya, tapi hanya saat mereka sedang berada di luar kampus saja.
Sedangkan kalau di dalam kampus seharusya Karren tau panggilan yang pantas untuk dirinya.
Gibran berharap setelah ini tidak ada mahasiswa yang memanggilnya ‘mas’ mengikuti panggilan Karren kepadanya.
“Keluar!” Gibran mengucapkannya dengan nada pelan tapi tegas.
Dia harus segera mengusir Karren dari sana sebelum Karren membuat keributan di hari pertamanya bekerja.
Karren tidak percaya dengan ucapan Gibran, dia mengerutkan keningnya meminta penjelasan kepada laki-laki yang ada di hadapannya.
“Saya bilang keluar Karren!” Gibran mengulangi kata-katanya dengan penuh penekanan.
“Kenapa? Aku kan mau ikut kelas.” Ucap Karren sambil memasang tampang polosnya karena dia benar-benar tidak mengerti situasi yang sedang terjadi saat ini.
“Kamu ikut kelas ini?” tanya Gibran yang di balas anggukan oleh Karren.
“Kalau begitu keluar sekarang juga, karena kelas ini sudah di mulai tiga puluh menit yang lalu, jadi kamu bisa ikut di kelas berikutnya.” Ucap Gibran.
Karren kesal dengan ucapan Gibran, siapa dia bisa seenaknya menentukan nasibnya mau masuk atau tidak di kelas ini.
“Apa hak kamu mengusir aku begitu? Lagian kamu ngapain sih ada di sini?” tanya Karren.
Semua mahasiswa yang ada di dalam kelas tercengang saat mendengar pertanyaan Karren kepada Gibran yang sangat berani.
Walaupun baru pertama kali mereka bertemu dengan Gibran, tapi mereka semua tau kalau Gibran bukan tipe dosen yang santai dan sabar.
Apa lagi saat tadi Gibran menyebutkan peraturan yang harus mereka taati selama menjadi mahasiswa Gibran.
“Saya punya hak mengusir kamu karena saya adalah dosen mata kuliah ini.” Jawab Gibran.
Gibran dan Karren saling memberikan tatapan tajam, semua orang juga tau kalau keadaan di antara mereka sangatlah mencengkam.
“Bagaimana bisa? Dosen mata kuliah ini tuh perempuan!” ucap Karren.
“Karena saya adalah dosen penggantinya, dosen perempuan yang kamu maksud itu sedang cuti melahirkan.” Ucap Gibran.
Karren terkejut mendengar ucapan Gibran, dia mematung dan mengingat apakah hari ini adalah hari ulang tahunnya dan semua orang sedang mengerjainya.
“Kamu nge prank aku ya?” tanya Karren dengan polosnya.
Gibran menggelengkan kepala dengan yakin sebelum akhirnya menyuruh Karren keluar kembali.
“Saya ga suka buang-buang waktu untuk meladeni mahasiswi sepertimu jadi sebaiknya kamu segera keluar dari sini dan tinggalkan kelas saya!” tegas Gibran.
“Tapi…” kata-kata Karren terpotong karena Gibran mulai berbicara lagi.
“Karren Adibrata! Segera tinggalkan kelas ini sebelum saya kehilangan kesabaran!” tegas Gibran.
“Kok kamu tau nama panjangku?” tanya Karren.
“Saya lihat di absen.” Jawab Gibran.
“Cieee, kepo sama nama aku ya… Kamu lagi hafalin biar ga salah sebut pas akad nikah nanti kan?” goda Karren.
Gibran benar-benar sudah tidak bisa menahan emosinya lagi kali ini karena Karren benar-benar menguji kesabarannya.
“Karren Adibrata, keluar sekarang juga!!!” teriak Gibran yang terlihat sangat marah dengan Karren.
Karren masih santai dan menjawab kata-kata Gibran. “Oke aku keluar!” ucap Karren yang langsung keluar dari ruang kelasnya.
“Karena kamu tidak ikut mata kuliah saya satu kali, maka kesempatanmu hanya ada dua kali lagi.” Ucap Gibran membuat Karren menghentikan langkahnya dan kembali berbalik melihat Gibran.
“Dua? Aku baru tau ternyata aku memiliki tiga nyawa selama ini, tau gitu aku ikutan balap liar jadi kalau mati masih bisa hidup lagi ya kan? Tapi tenang saja, aku akan menggunakan nyawaku dengan baik, terimakasih bapak Mahar!” ucap Karren dengan semangat membuat Gibran semakin tidak bisa mengendalikan emosinya lagi.
Nama Mahar Karren ambil dari nama panjang Gibran, Gibran Mahardika, yang ada di pin nama yang tertera di saku pakaian Gibran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments