“Pantas saja dia diam, ternyata sedang berdandan, semoga saja dia berdandan terus agar tidak bawel sepanjang jalan!” batin Gibran di dalam hatinya.
Pandangan Gibran seketika turun ke bawah dan seketika terkejut saat kemeja Karren yang dua kancing atasnya terbuka, meskipun sudah di beri peringatan, namun tetap saja Karren tidak berubah dan masih memakai pakaian yang terlalu terbuka saat ke kampus.
“Karren..” panggil Gibran.
“Hmm, iya mas?” tanya Karren sambil menoleh dan tersenyum manis ke arah Gibran.
“Saya sudah memperingatkan kamu untuk berpakaian yang benar kalau ke kampus, lalu kenapa kamu masih memakai pakaian seperti itu?” tanya Gibran.
Senyum yang awalnya terpampang di wajah Karren seketika luntur saat mendengar ucapan Gibran, lalu Karren melihat pakaiannya sendiri yang menurutnya tidak ada yang salah sama sekali.
“Apa yang salah sih? Aku pake kemeja dan celana jeans ga ada yang terbuka kok.” Ucap Karren membela diri.
“Apanya yang tidak ada yang terbuka? Apa susah buat kamu mengancing semua kancing kemejamu?” tanya Gibran sambil melirik ke arah kemeja Karren.
“Ya ampun! Cuma kamu doang loh mas yang protes sama gaya pakaianku, dosen yang lain ga pernah protes tuh.” Ucap Karren.
“Saya hanya tidak ingin kalau sampai terjadi pelecehan pada mahasiswi saya, pakaian kamu itu tanpa sadar bisa membuat para laki-laki berfantasi yang tidak-tidak dan berujung terjadinya pelecehan.” Jelas Gibran.
Mendengar penjelasan Gibran membuat Karren terkekeh.
“Termasuk kamu?” tanya Karren.
Mendengar pertanyaan Karren yang tiba-tiba itu membuat Gibran salah tingkah dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil memegang setir mobil dengan erat.
“Ehem! Enggak! Yang saya maksud adalah laki-laki lain, bukan saya!” tegas Gibran.
Karren tersenyum menahan tawanya saat melihat Gibran yang sedang salah tingkah itu, bahkan saat ini Gibran tidak bisa melihat wajahnya.
“Cepat segera kancingkan kemeja kamu sebelum kita sampai kampus!” tegas Gibran tanpa menoleh.
“Tidak mau! Kalau semuanya aku kancing itu seperti anak culun!” tolak Karren.
Silahkan pilih, kamu mau kancingkan kemeja kamu sekarang atau keluar dari mobil saya.” Ucap Gibran dengan tegas.
“Cih! Menyebalkan!” gumam Karren yang kesal dengan Gibran.
“Cepat!” ucap Gibran kembali.
“Ya ya ya... Aku kancing, puas kan?” ucap Karren sambil mengancingkan kancingnya sampai atas.
“Keluarkan bajunya, celanamu akan menjiplak.” Ucap Gibran.
“Yaampun seriusan mas?” ucap Karren tidak percaya.
“Serius lah, kenapa? Ga mau?” tanya Gibran.
“Iya iya mau! Bawel banget sih!” ketus Karren yang mengeluarkan kemejanya dari dalam celana jeansnya.
“Aku jadi kayak anak culun beneran tau ga sih?” ucap Karren sambil melirik ke arah Gibran dengan kesal.
“Seperti itu lebih bagus! Saya tidak suka kalau kamu terlalu memperlihatkan tubuh kamu di depan umum.” Ucap Gibran yang saat ini tersenyum penuh kemenangan.
“Dasar posesif!” ketus Karren.
Sampai akhirnya mereka berdua tiba di kampus, namun tidak ada pergerakan dari Karren, akhirnya Gibran menoleh dan terkejut karena ternyata Karren sedang tertidur.
“Seriusan? Dia tidur? Bisa-bisanya dia tidur di sini!” gumam Gibran sambil menggelengkan kepalanya.
Gibran mencoba untuk menyentuh bahu Karren dan membangunkannya, dengan perlahan dan ragu Gibran membangunkan Karren.
“Hei, Karren.” Ucap Gibran sambil menoel bahu Karren.
“Hem...” Karren hanya berdehem membuat Gibran kesal.
“Karren!” panggil Gibran lagi dan kali ini dengan nada yang sedikit kencang.
Karren yang mendengar suara Gibran yang keras itu langsung terbangun karena terkejut.
“Hah!? Apa?” ucap Karren.
Gibran yang melihat Karren tiba-tiba bangun itu juga ikut terkejut, dia tidak percaya kalau Karren akan tiba-tiba terbangun.
“Kamu ini ngagetin saya aja!” ucap Gibran.
“Lagian bangunin orang tidur kayak ada gempa aja sih mas, jadi kaget kan.” Protes Karren.
“Kamu masih sempet-sempetnya tidur di mobil saya, kamu ga takut kalau terlambat?” tanya Gibran.
“Kan ada mas, selama tokoh utamanya terlambat, itu tandanya aku aman hehe..” balas Karren sambil memamerkan gigi putihnya.
Gibran kembali menggelengkan kepalanya melihat tingkah Karren yang menyebalkan.
“Cepat keluar duluan, kalau saya yang keluar duluan kamu akan terlambat.” Ucap Gibran.
“Siap bos!” seru Karren dengan semangat dan segera keluar dari mobil Gibran sambil bersiul kegirangan.
“Terimakasih tumpangannya mas!!” teriak Karren sambil melambaikan tangannya.
Sedangkan Gibran yang ada di dalam mobilnya pun hanya bisa tersenyum tipis melihat tingkah lucu Karren, sesekali Gibran juga melihat sekeliling takut ada orang yang melihat mereka bersama.
Karena Gibran takut kalau karena hal ini dia akan menjadi bahan gosip para mahasiswanya dan mendapatkan banyak sekali pertanyaan dari para rekan dosennya.
“Bisa gawat kalau sampai ada yang melihat kami berdua.” Gumam Gibran sambil keluar dari mobilnya dan berjalan menuju kampus dengan penuh waspada.
Gibran mengecek jam yang ada di tangannya dan terkejut saat kelasnya akan di mulai lima menit lagi, dengan segera Gibran berjalan cepat bahkan setengah berlari untuk sampai di kelasnya tepat pada waktunya.
Namun saat Gibran hampir berada di depan kelasnya, seketika langkah Gibran terhenti saat melihat Karren yang belum masuk ke dalam kelas, justru sedang tersenyum ramah kepada para laki-laki yang menyapanya.
“Dia masih belum masuk ke dalam kelas? Beraninya dia bersantai di saat lima menit lagi kelas akan di mulai.” Gumam Gibran dengan tatapan tajamnya.
Akhirnya setelah tersadar, Gibran kembali berjalan mendekati pintu kelasnya dan tentu saja kehadran Gibran saat itu terlihat oleh Karren dan Karren langsung terkejut saat melihat Gibran yang sudah menatapnya dengan tajam.
“Mampus gue! Jam berapa ini dia sudah menatapku seperti akan menerkamku begitu?” gumam Karren yang akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kelas setelah berpamitan kepada para laki-laki yang tadi menyapanya.
Di dalam kelas, Silvia, Darren dan Kevin menghela nafas lega saat melihat Karren masuk ke dalam kelas tepat pada waktunya dan Gibran belum datang.
Karren berjalan ke arah kursi yang memang selalu menjadi tempat duduknya bersama Darren, Kevin dan juga Silvia.
“Akhirnya lo ga telat ya hahaha.” Ucap Darren tanpa rasa bersalahnya.
“Sialan lo! Dasar tidak setia saudara! Gue kutuk mampus lo!” ketus Karren.
Awalnya Karren sama sekali tidak kesal dengan Darren karena Darren memberitahu Karren lebih awal kalau mereka tidak bisa berangkat bersama, namun seketika kekesalan Karren kepada sepupunya itu muncul saat mobilnya mogok dan merasa sial hari ini.
“Kok lo jadi marah sama gue sih Ren? Gue kan udah bilang sama lo kalo gue mau berangkat bareng cewek gue.” Ucap Darren.
“Ga tau pokoknya gue kesel aja sama lo Ren!” balas Karren.
Darren yang mau menjawab ucapan sepupunya itu seketika terhenti saat melihat pintu kelasnya terbuka dan Gibran masuk ke dalam kelas dengan wajah yang mengintimidasi.
Sedangkan Karren yang melihat Gibran masuk seketika rasa kesalnya mendadak hilang dan berganti dengan senyuman di wajah cantiknya. Karren mengingat kejadian tadi yang membuatnya harus berangkat ke kampus bersama dengan Gibran.
Silvia tau kalau sahabatnya itu pasti sedang terpesona dengan dosen killernya itu, namun saat Silvia mau mengatakan sesuatu kepada Karren, tiba-tiba saja Darren lebih dulu bertanya kepada Karren.
“Lo kenapa sih, tadi marah-marah, sekarang malah senyum-senyum, lo lagi kerasukan ya Ren?” ucap Darren.
“Gue ga jadi deh kesel sama lo Ren, gue sayaaanggg banget sama lo!” seru Karren yang langsung mencium pipi sepupunya itu.
Karren merasa kalau keputusan Darren untuk berangkat bersama kekasihnya membuka kesempatan untuknya berangkat bersama Gibran.
“Ih gila lo Ren! Jauh-jauh deh!” ketus Darren sambil mengelap pipinya yang tadi habis di cium.
“Ehem! Karren, Darren, jangan ribut!” tegas Gibran yang membuat keduanya langsung diam seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments