Selamat tahun baru semuanyaaa!!!!🥳 Semoga kesalahan di tahun lalu bisa menjadi pelajaran untuk kedepannya, dan kebahagiaan di tahun lalu bisa menjadi kenangan terindah 🥰
Author telat ya ngucapin tahun barunya hehehe... Author habis liburan seminggu kemarin ini jadi baru bisa aktif lagi sekarang huhuhu maaf ya kakak kakak semuanyaa🥺🙏
Yuk kita mulai tahun baru ini dengan semangat dan kebahagiaan 🤗
...****************...
Kedua mata Gibran terus mengikuti ke mana Karren dan Kevin pergi, namun seketika penglihatan Gibran tertuju pada Karren dan Kevin yang saling berpelukan dengan mesranya di tengah lantai dansa.
Emosinya tiba-tiba saja memuncak, entah kenapa bisa begitu tapi rasanya Gibran sudah tidak bisa menahan emosinya lagi saat ini.
“Gue balik duluan.” Ucap Gibran yang tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya.
“Hah? Lu mau kemana woy!” seru Arga.
“Balik lah, gue bosen di sini Ga.” Ucap Gibran yang langsung pergi begitu saja.
Teman-teman Gibran melihat ke mana laki-laki itu pergi, dan mereka terkejut saat melihat Gibran menghampiri seorang wanita cantik di lantai dansa.
“Wah gila! Cewek itu kan yang sering dateng ke bar gue, ga nyangka ternyata selera Gibran tinggi juga.” Ucap Arga saat melihat Karren.
“Ya pantesan ga mau di kenalin cewek sama kita-kita, la wong dia udah dapet yang spek bidadari begitu.” Sahut Anto.
“Anak kita dah besar ternyata.” Sahut Alif sambil merangkul lengan Anto.
“Dih amit-amit! Gila lu! Gue masih waras!” ketus Anto sambil mendorong Alif agar menjauhinya.
Arga tertawa melihat kedua sahabatnya seperti itu, memang sudah biasa Alif menggoda Anto seperti itu dan itulah yang selalu menjadi hiburan mereka.
Sedangkan di sisi lain Gibran sudah melepaskan tangan Kevin dari tubuh Karren membuat Kevin menatap ke arah Gibran dengan tatapan tidak suka.
“Apa-apaan sih lo!” ketus Kevin sambil melepaskan genggaman tangan Gibran di lengan Karren.
“Aku tetangganya, lepaskan dia karena aku akan mengantarnya.” Ucap Gibran yang kembali menarik lengan Karren.
“Ah lu tetangganya, kenalin gue calon suaminya, jadi gue yang harus nganter Karren pulang.” Ucap Kevin yang kembali menarik tangan Karren.
Sedangkan Karren hanya pasrah tubuhnya di tarik ke sana ke mari, karena dia sudah tidak memiliki kekuatan untuk menyanggah dirinya sendiri.
“Aku yang akan mengantarnya pulang!” tegas Gibran yang tidak ingin di bantah lagi.
“Stop!” teriak Karren yang melepas kedua tangannya yang sedang di pegang Gibran dan Kevin.
Kedua laki-laki itu sama-sama khawatir saat Karren melepaskan tangannya dan tubuhnya sempoyongan hampir terjatuh.
“Aku pulang sama Kevin aja!” ucap Karren.
“Lihat bukan? Bahkan Karren sendiri ingin aku yang mengantar pulang, jadi mendingan lo pergi sana.” Ucap Kevin dengan senyum penuh kemenangan.
“Kamu juga habis minum tadi, kamu tidak sepenuhnya sadar dan itu akan berbahaya kalau kamu menyetir.” Ucap Gibran.
“Gue ga akan melukai Karren! Gue akan mengantarnya dengan selamat!” tegas Kevin.
“Aku sudah menghubungi papinya tadi dan mengatakan kalau aku akan mengantarnya pulang.” Ucap Gibran.
Mendengar kata papi membuat Kevin melepaskan pegangan tangannya dari Karren, dia tau betul kalau sudah menyangkut Bernard maka Kevin tidak bisa melakukan apapun daripada dirinya akan di blacklist menjadi calon mantu.
“Baiklah gue bakal ijinin Karren pulang sama lo karena gue tadi minum dan sedikit mabuk.” Ucap Kevin.
“Tapi kalau sampai terjadi sesuatu kepada Karren, gue ga akan tinggal diam!” ketus Kevin memberikan peringatan kepada Gibran.
Gibran hanya mengangguk sedikit lalu segera membawa Karren masuk ke dalam mobilnya.
“Lepaskan aku! Aku tidak mau pulang bersamamu!” ketus Karren dengan tidak sadar berusaha untuk melepaskan diri dari Gibran.
“Jangan banyak gerak atau kamu akan terjatuh!” tegas Gibran.
“Lepas!”
“Kaku Jahat! Aku tidak mau pulang denganmu!”
Karren terus memberontak membuat Gibran sedikit kesal dan tidak tau lagi harus membujuk Karren bagaimana agar bisa masuk ke dalam mobilnya.
Akhirnya dengan penuh keberanian, Gibran menggendong paksa Karren dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.
Gibran mendudukkan Karren di kursi depan, Karren sudah tidak meronta lagi karena saat Gibran menggendongnya tadi Karren sudah tidur dengan nyenyak.
Melihat hal itu membuat Gibran tersenyum karena wajah Karren saat tertidur sangat menggemaskan.
Dengan hati-hati Gibran masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi, lalu segera mengambil jaket yang selalu tersedia di dalam mobilnya untuk menutupi tubuh Karren yang terbuka, jika tidak maka Gibran akan kehilangan konsentrasinya saat menyetir.
Karren beberapa kali membuka jaket yang di pakaikan oleh Gibran karena dia merasa kepanasan bahkan sampai berkeringat padahal ac di dalam mobil di nyalakan.
Namun sesering itu pula Gibran terus membenarkan jaketnya agar tetap menutupi tubuh Karren agar tidak mengganggu konsentrasinya.
Entah kenapa di dalam mobil Gibran pun merasa suhunya sangat panas, apa lagi dia terus melihat Karren memberontak dan membuka jaket yang menutupi tubuhnya.
“Seharusnya aku tidak pernah berurusan dengan wanita ini!” gumam Gibran mengutuk dirinya sendiri.
Entahlah, kenapa jiwa perduli Gibran begitu besar saat melihat Karren yang sudah mabuk tadi sampai Gibran tidak bisa membiarkannya begitu saja, terlebih saat Karren adalah tetangganya sendiri.
Sesampainya di depan rumahnya, Gibran merasa bimbang kembali sambil menatap ke arah rumah Karren yang ada di depan rumahnya.
Terlihat rumah itu sudah gelap menandakan sang pemilik rumah sudah beristirahat, akan tidak sopan jika Gibran mengganggu istirahat mereka.
Dan lagi, Gibran merasa orang tua Karren akan sedih melihat putri semata wayang mereka pulang di tengah malam dengan keadaan mabuk berat.
Jika Bernard bertanya padanya, apa yang akan Gibran katakan, bisa-bisa Bernard berfikir yang tidak-tidak tentangnya.
Setelah menimbang-nimbang akhirnya Gibran memutuskan untuk membawa Karren ke rumahnya, untung saja semua tetangga sudah tidur dan keadaan di sana sangat sepi.
Kalau tidak, rusak sudah namanya yang di cap sebagai mantu idaman para ibu-ibu perumahan itu karena dia membawa seorang wanita yang tidak sadarkan diri masuk ke dalam rumahnya.
Setelah masuk ke dalam rumah, Gibran segera menaruh Karren di kamar tamu yang belum pernah terpakai karena dia baru pindah dan tidak memiliki teman yang akan menginap di sana.
Gibran membantu Karren untuk membuka high heels yang di pakai Karren dan menyelimutinya sampai menutupi leher Karren.
Sebelum keluar dari kamar itu, Gibran menatap lekat wajah Karren yang terlihat sangat damai saat tertidur.
“Benar-benar berbeda jika di lihat saat dia tidak tidur.” Gumam Gibran yang tanpa sadar mengangkat kedua sudut bibirnya.
Namun Gibran segera menepis semuanya tentang Karren, karena bisa-bisa Gibran akan kehilangan kendali karena bagaimanapun juga Gibran adalah seorang laki-laki.
Terlebih saat melihat tubuh Karren yang memakai pakaian sexy, tidak mungkin jika dia tidak tergoda jika terus berada di sana.
Gibran segera keluar dari kamar itu dan menutup pintunya dengan rapat.
Lalu Gibran segera membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya. Gibran masih terjaga, matanya menatap langit-langit kamarnya.
Sampai saat ini Gibran masih tidak percaya kalau Karren adalah wanita yang menyukai dunia malam, tapi jika mengingat kembali pakaian yang di pakai Karren saat pertemuan pertama mereka, tentu saja hal itu bisa terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Pena Hitam
bagus kk critanya... lnjutt kaa smngatttt..
hee baru baca ni aku
2023-01-29
1