Karren yang berada di dalam selimut menatap jam di dinding kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam, hal itu membuat Karren segera membuka selimut yang menutupi tubuhnya yang ternyata sudah memakai pakaian sexy bersiap untuk berpesta bersama teman-temannya malam ini.
Karren melihat keluar dari balkon kamarnya dan tersenyum saat melihat mobil Darren sudah terparkir tepat di depan rumahnya.
Dengan segera Karren menuruni tangga dengan langkah perlahan, karena biasanya jam 8 kedua orang tuanya sudah masuk ke dalam kamar dan menonton drama perang di dalam kamar mereka.
Tentu saja hal itu di gunakan untuk Karren keluar dari rumah karena kedua orang tuanya tidak akan mendengar suara langkah kakinya.
Namun siapa sangka, ternyata papinya sudah berada di bawah sedang mengobrol dengan Darren membuat Karren menelan salvilanya.
Karren melihat ke arah Darren yang melihatnya dengan ekspresi seperti sedang meminta bantuan, namun Karren tidak bisa melakukan apa-apa karena dia juga bingung harus mengatakan apa kepada papinya.
“Eh, papi kok tumben masih di luar?” Karren mencoba untuk santai agar papinya tidak curiga.
“Papi haus jadi papi turun untuk mengambil air.” Jawab Bernard.
“Kamu sama Darren mau ke mana?” saat ini Bernard bertanya dengan nada yang mengintimidasi.
Karren bingung, dia takut jawabannya tidak sama dengan jawaban yang di berikan Darren, Karren hanya melihat ke arah Darren untuk meminta jawaban.
Dan benar saja, Darren memberikan kode sedang meniup sesuatu sabil bertepuk tangan dan itu membuat Karren mengerti dengan kode yang di berikan oleh sepupunya itu.
“Ulang tahun temannya Darren pi.” Ucap Karren yang membuat Darren yang berada di belakang papinya menghela nafas lega.
“Yang ulang tahun kan temennya Darren, terus kenapa kamu juga harus ikut?” tanya Bernard.
“Yaelah pi, jawabannya sudah jelas kan? Darren habis putus sama pacarnya tuh makanya dia ngajak aku buat jadi partner, kecantikanku ini tidak akan membuatnya malu di hadapan teman-temannya jadi dia senang sekali mengajakku." Jelas Karren membuat Darren tersenyum sinis.
“Darren, temanmu ini ada berapa sebenarnya hah? Kenapa setiap minggu selalu saja ada yang berulang tahun.” Ucap Bernard yang saat ini bertanya kepada Darren.
“Buanyak sekali uncle, bahkan bisa di katakan seluruh anak muda di kota ini adalah teman Darren jadi setiap minggu bahkan setiap hari ada yang berulang tahun.” Balas Darren yang membuatku menahan tawa melihat ekspresi Darren yang terlihat gugup.
Bernard memang sangat tegas jika menyangkut Karren, bahkan Darren yang biasanya santai kepada Bernard pun jadi gugup jika menyangkut Karren.
“Udah ah pi Karren sama Darren pergi dulu ya, bye pi.” Karren segera mencium pipi papinya lalu segera menarik Darren untuk keluar dari rumah.
“Pamit ya uncle, Darren janji bakal bawa Karren pulang dengan selamat.” Pamit Darren sambil terus di tarik oleh Karren.
Keduanya segera masuk ke dalam mobil sport Darren dan segera menuju ke sebuah club malam langganan mereka.
“Gila gue gugup banget tiba-tiba masuk udah di sambut uncle Bernard.” Ucap Darren saat berada di dalam mobil.
“Sama gue juga ga tau kalo papi bakalan turun.” Balas Karren.
“Lagian lu kenapa bilang gue putus sama pacar gue sih?” tanya Darren.
“Kan emang bener lu baru putus kemarin Ren.” Ucap Karren.
“Tapi gue udah dapet yang baru Ren.” Balas Darren.
“Kenapa sih harus panggil gue Ren juga?” ucap Karren.
“Lagi nama kita pake sama sih beda depannya doang.” Lanjutnya.
“Ya salahin orang tua kita lah kalo masalah itu!”
“Tau ah.”
Keduanya akhirnya tiba di tempat tujuan mereka.
Suara dentuman musik terdengar sangat kencang hingga membuat orang yang ada di sana berbicara dengan suara yang tinggi bahkan harus berteriak, lampu kelap-kelip membuat penglihatan tidak terlalu jelas.
Setelah menemukan sahabat-sahabatnya, Karren segera duduk di sofa bersama dengan Clara, Dina dan Silvia.
Sedangkan Darren langsung pergi dengan kekasih barunya, entah apa yang mereka lakukan tapi Karren tidak perduli akan hal itu, yang penting sepupunya itu akan mengantarnya pulang jika sudah waktunya pulang.
Karren menyilangkan kaki jenjangnya dan kedua tangannya berada di atas kakinya terlihat sangat anggun, Karren melihat ke arah Clara yang baru saja berkencan dengan aktor tampan yang sangat terkenal.
Ada banyak sekali orang yang menyapa Karren di sana, dan Karren hanya tersenyum manis menanggapi sapaan itu karena Karren sangat terkenal di club itu setelah dia sering ke sana bersama Darren yang sudah terkenal di kalangan mereka.
“Karena sudah berhasil dapetin aktor tampan itu, lo mau serius sama dia sampe nikah?” tanya Karren sambil menggoyangkan gelas wine yang ada di tangannya.
“What?! Menikah? Hahaha ya engga lah! Gue bakal cari mangsa baru yang lebih menantang karena dia sudah gue taklukan jadi udah ga asik lagi!” ucap Clara sambil meneguk minuman yang dia pegang.
Clara mengingat saat pertama kali dia mengajak aktor tampan itu berkenalan, sikapnya sangat dingin dan membuat Clara menjadi tertantang, namun saat ini aktor itu sudah bucin kepadanya jadi Clara sudah tidak menyukainya lagi.
“Jangan sama aktor deh, kalo kena scandal terus di terror fansnya tau rasa lo!” ucap Silvia.
“Tuh dengerin kata pakar cinta haha.” Sahut Dina.
“Santai aja, dia bukan aktor abal-abal, mainnya cantik banget dan gue yakin kalo dia bisa menyembunyikan masalah kencan kita, dia ga mungkin kan bongkar rumor kencannya sendiri?” ucap Clara.
“Udah ah gue cabut dulu, ada mangsa baru tuh, byee…” pamit Clara saat melihat laki-laki tampan yang baru saja masuk ke dalam club itu.
Karren, Silvia dan Dina hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat Clara yang langsung bermata ijo saat melihat laki-laki tampan.
“Lo gimana Ren? Di antara kita cuma lo doang yang paling sedikit punya mantan.” Ucap Silvia.
“Iya, kayaknya cuma dua mantan ga sih? Si gay itu dan si Kevin.” Sahut Dina.
“Hahaha iya gue lupa kalo si Karren pernah pacaran sama si gay.” Silvia dan Dina tertawa bersama-sama mengingat Karren yang sudah di tipu.
“Bisa ga sih ga usah bahas hal itu? Dulu gue milih dia sambil merem jadi ga bisa liat dia aslinya kayak gimana!” ketus Karren dengan kesal.
“Mau gue cariin? Gue jamin ga akan kejadian di tipu kayak waktu itu, gue banyak temen cowok loh.” Sahut Silvia.
“Temen lu lulusan pesantren? Apa ustad gitu? Kalo ustad gue mau.” Ucap Karren.
Silvia dan Dina menganga mendengar ucapan Karren, ustad? Apa Karren salah minum obat?
“Lo gila ya Ren? Apa salah minum obat?” tanya Dina.
“Ada ustad Ren.” Sahut Silvia tiba-tiba yang membuat Dina menoleh tidak percaya sedangkan kedua mata Karren langsung berbinar.
“Seriusan?” tanya Karren dengan antusias.
“Tapi lo bakal jadi istri ke 3, mau?” Silvia tertawa saat mengatakan hal itu begitu pula dengan Dina.
Sedangkan Karren yang awalnya antusias langsung melemas dan menatap tajam ke arah Silvia karena sudah mengerjainya.
“Lagian lu ngadi-ngadi dah Ren, gimana gue punya kenalan ustad sama anak pesantren kalo gue aja tongkrongannya di sini!” ucap Silvia.
“Kalo lo mau nyari yang kayak begitu lu jangan ke sini Ren, sono nongkrong di masjid.” Sahut Dina.
Karren hanya mendengus kesal mendengar ucapan kedua temannya itu, lalu dia kembali meminum wine yang dari tadi dia pegang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
salah alamat dong ren ,klo mau dpt jodoh ustad sering sering solat di mesjid bukan malah ke klub malam🤦♀️🤦♀️
2023-02-06
0