Sementara itu,di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda,Bu Lidya dan Dewangga tengah berada di meja makan. Hari ini tersaji udang pedas manis dan cha kangkung di meja makan mereka.
"Makanlah Wa.....ini menu kesukaanmu. Sengaja mama minta bi Siti untuk masak makanan favoritmu." kata bu Lidya sembari menyendokkan udang pedas manis ke atas puring saji di hadapan Dewangga.
"Wah.....ini makanan kesukaan kami Mah.....!" seru Dewangga.
Bu Lidya yang mendengar kata-kata kami seketika memicingkan mata. Anganny bertanya,"siapa yang di maksud kami,apakah Dewangga sudah memiliki kekasih?"
Namun Bu Lidya tidak ingin segera bertanya. Di simpannya peetanyaan yang mengganggu hatinya,dan akan di tanyakan nanti setelah selesai makan. Bu Lidya takut nanti selera makan Dewangga berkurang jika di singgung dengan pertanyaan.
Bu Lidya sangat senang melihat putranya makan dengan penuh semangat dan nampak menikmati menu yang tersajikan di meja makan. Senyum Dewangga merekah sangat indah. Dewangga membayangkan wajah Rania yang beberapa hari lalu bertemu dengannya.
"Apa Mama udah bener-bener pingin punya mantu Mah....?"tanya Dewangga sambil menikmati udang pedas manis di hadapannya.
" Kan tadi mama udah bilang......cepet kasih aku cucu. Pasti harus ada mantu kan Wa......!" jawab Bu Lidya.
"Tapi harus wanita kaya kan Ma.....kalau bukan wanita kaya dan sederajat dengan kita pasti mama nggak ijinkan kan Ma.....?" jawab Dewangga.
"Maafkan Mama Wa.....saat ini mama tak perduli lagi dengan hal seperti itu. Mama hanya berharap kamu menemukan jodoh yang mencintaimu apa adanya dan menghormatimu sebagai kepala keluarga." jawab Bu Lidya denga sendu.
Ada penyesalan yang begitu terasa dengan pemikirannya selama ini. Ternyata harta bukan hal mutlak untuk membuatnya bahagia.
"Apa kamu sudah punya calon mantu buat Mama Wa......kapan mau di kenalkan ke mama Nak.....?" tanya bu Lidya antusias.
"Belum ada Ma.....tapi Dewa kemarin di Kalimantan ketemu cewek kaya dan cantik.Dewa tertarik dech sama gadis itu,tapi sayangnya gadis itu juteknya minta ampun."jawab Dewangga dengan mengulum senyum.
Bayangan Rania menari-nari di pelupuk matanya. Gadis yang tujuh tahun lalu menjadi teman sekaligus kekasih hatinya,dan terpisah tanpa kabar berita. Ingin kembali merajut kasih kembali,namun bayangan masa lalu membuatnya kecut.
" Apa gadis Kalimantan yang kamu temui cantik Wa......?" goda Bu Lidya yang melihat anaknya senyum-senyum sendiri.
" Cantik Mah.....tepatnya anggun. Dan bukan type gadis yang senang berdandan. Tampilannya selalu tampak elegan. Cara berpakaiannya juga sopan dan tertutup. Pokoknya cantik Mah....." sanjung Dewangga.
"Makanya Mah....bilang ke papa,cabang yang di Kalimantan aku aja yang pegang,supaya aku bisa mendekatinya." kata Dewangga melobi mamanya.
"Coba bilang aja ke papamu. Semoga papamu mengijinkan."jawab Bu Lidya.
"Ya Mama.....masa aku harus bilang sendiri. Mama bantu dong.....supaya papa lebih yakin."rayu Dewangga.
"Iya.....mama akan bantu ngomong. Tapi kamu juga harus bantu mama untuk menyadarkan papamu. Mama lelah menghadapi papamu Wa...." keluh bu Lidya. Wajahnya nampak sendu.
"Biasanya mama minta tolong ke Tania,perempuan kesayangan mama. Kemana saja dia,selama ini."sungut Dewangga.
"Dia ada di Surabaya sekarang. Dan jarang sekali ke Jakarta. Papamu juga menpatkan dia jadi sekretaris di sana. Apa kamu nggak ingin pegang cabang yang di Surabaya supaya bisa dekat sama Tania Wa.....?" tanya Bu Lidya.
" Jangan sampai aku dekat sama ulet bulu itu,sekalipun perempuan tinggal dia satu-satunya di dunia,mending nggak aja.....!" jawab Dewangga tegas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments