14. Hiburan?

    Kamis,19 Januari

         Kau datang sebagai tamu namun sikapmu yang terlalu baik membuat ku salah paham sehingga menjadikan mu pemilik rumah dengan terburu-buru.

***

Deca berjalan mundur berusaha keluar dari kerumunan anak ATHARIOZ ini. Mengapa mereka terlihat sangat menakutkan? Deca yang biasanya di segani oleh anak-anak ATHARIOZ kini sudah berani di ancam seperti ini.

"Bawa dia ke markas!"perintah Rayen.

Tatapan mereka yang sangat mengerikan menurut Deca kini mulai menyekap Deca.

"Jadi Syabila udah balik?"tanya Kana memastikan.

Bukan takut atau apa tetapi, kembalinya Syabila saat ini benar-benar hal yang sangat mengejutkan bagi Kana. Ini artinya akan bertambah satu masalah lagi di kehidupan Kana yang kurang tenang ini.

Meskipun dulunya Kana dan Bila adalah teman dekat, tetapi semuanya sudah menjadi kenangan hampa bagi Kana. Tidak ada hubungan apapun lagi diantara mereka berdua. Kana tetap lah seorang gadis berandalan yang tak tahu aturan, berbeda dengan Bila yang merupakan gadis berpendidikan tinggi.

"Kanara! Bisa diam gak! Suara kamu kedengaran sampai ke bawah!!"

Kana mengalihkan pandangannya saat mendengarkan teriakan itu. Itu adalah suara ayahnya. Sudah biasa bagi Kana jika hanya di teriaki seperti itu. Di keluarganya memang selalu bersikap keras untuk anak perempuan sepertinya. Di manjakan dan dituruti kemauannya hanya menjadi perlakuan untuk anak laki-laki.

Anak laki-laki lebih di hargai daripada anak perempuan yang bagi mereka hanya akan menjadi beban nantinya dan Kana sangat membenci prinsip seperti ini.

"Udah, gua mau tidur dulu"

Kana memutuskan panggilan sepihak.

Hari ini benar-benar sangat melelahkan bagi Kana. Hal istimewa tidak terjadi sedikitpun di dalam kehidupannya. Meskipun demikian Kana tetap berusaha menjalani kehidupannya dengan lebih baik.

Kana merebahkan diri ke atas kasur yang tidak begitu empuk tetapi masih bisa di tempati. Gadis ini tidak pernah meminta hal lebih dari keluarganya namun selalu saja di tuntut menjadi lebih daripada sebelumnya. Kana selalu di bandingkan dengan kakak sepupunya yang sangat berprestasi.

"Kanara.."

"Kanara ke sini dulu!"

"KANARA NAAVAILA ATHALIA!!"

Kana menghela nafas panjang saat mendengarkan teriakan yang di tujukan untuknya. Tidak bisakah memanggilnya dengan lebih lembut? Kana sudah sangat lelah untuk bertengkar saat ini. Di tengah malam seperti ini bahkan dirinya tidak bisa beristirahat dengan tenang. Keluarga ini sepertinya benar-benar ini membunuhnya.

Dengan langkah enggan,Kana hendak keluar dari kamarnya.

'BRAK..

Suara pintu yang dibuka dengan paksa. Kana tahu jika ini akan terjadi sebab sehari-hari Kana selalu mendapatkan perilaku yang sama. Jadi kalau ini tak membuatnya merasa terkejut lagi saat menerimanya.

"Kamu punya telinga gak sih,hah?!!"teriak ayahnya dengan penuh amarah.

Bukannya takut, namun tatapan datar malah di berikan oleh Kana saat ini. Lelah? Iya, Kana sungguh-sungguh sangat lelah saat ini. Tidak bisakah dia tenang walaupun sehari saja?

"Saya lihat makin hari makin kurang ajar saja kamu!"

Kana hanya diam sambil menatap mata elang yang tengah di penuhi amarah itu. Tatapan itu tak membuat Kana gentar sedikitpun. Setiap harinya Kana selalu menerima tatapan yang sama sehingga semuanya sudah terasa biasa saja bagi Kana.

Pandangan kebencian yang di tujukan untuknya sangat membuat Kana risih. Namun apa yang bisa dia lakukan? Tidak ada. Kana hanya bisa menerima tanpa melakukan perlawanan sedikitpun.

"Berkat ajaranmu tentunya,"balas Kana santai.

Dito merasa terbakar saat mendengar bantahan dari putrinya ini. Putri sulungnya ini memang sangat keterlaluan dalam bertindak.

Dito membuka ikat pinggangnya dengan tergesa-gesa. Kana sepertinya sudah tahu hal selanjutnya yang akan di lakukan oleh Dito kepadanya. Meskipun demikian,tatapan Kana masih santai seolah-olah sedang menunggu tindakan selanjutnya dari sang ayah ini.

'CTARR..

ikat pinggang kulit dengan ketebalan yang sangat tebal itu menghantam tubuh Kana.

"DASAR ANAK KURANG AJAR!! TIDAK BISA KAMU SOPAN KEPADA ORANG TUA KAMU,HAH!? SIALAN!! ANAK GAK BERGUNA!"

Setiap ucapan dari Dito selalu di iringi dengan cambukan ikat pinggang setelahnya. Tubuh Kana terkapar bersimbah darah namun masih sadarkan diri.  Kana berusaha tetap sadar dan bangkit.

Senyuman remeh terlukis di wajahnya. Ini semua memang sakit, tapi tak sebanding dengan sakit di hatinya saat ini.

"SAYA NYESEL PUNYA ANAK GAK BERGUNA KAYAK KAMU!!"

"DAN GUA JUGA GAK PERNAH MAU JADI ANAK LO!"

Dito kembali mencambuk tubuh Kana setelah mendapatkan bantahan dari Kana.

Perih mulai terasa di sekujur tubuhnya saat ini. Di detik berikutnya, Dito melemparkan ikat pinggangnya ke sembarang arah.

"Udah? Segini aja?"

"Lemah banget sih. Biasanya juga ampe pingsan,"decih Kana.

Dito berjongkok mendekati Kana yang sudah penuh luka cambukan. Dito berharap Kana akan menyerah dan mengakui kesalahannya namun tentu saja dia tidak akan pernah mendapatkan hal itu dari seorang Kanara Naavaila Athalia.

Dito memegang dagu Kana secara kasar agar gadis itu melihat wajahnya.

"Apa kamu sudah tahu kesalahan mu, ******?!"tanya Dito dingin.

"Salah? Gua gak ngerasa punya salah sama bajingan kayak lo!!"sinis Kana.

'PLAK..

Tamparan kembali di dapatkan oleh Kanara.

Dengan penuh emosi, Dito menyeret paksa tubuh Kana yang sudah penuh dengan luka. Tidak ada rasa kasihan sedikitpun di hatinya untuk Kanara saat ini. Emosi dan kebencian yang ada di hatinya membuatnya ingin selalu menyiksa bahkan mungkin membunuh Kana saat ini.

"Arghk..mpsh..s-sakit..."ringis Kana.

Luka di sekujur tubuhnya benar-benar terasa perih. Jika waktu bisa di percepat mungkin Kana ingin segera mati saat ini daripada merasakan siksaan dan luka yang menyakitkan setiap harinya.

Kebahagiaan yang seharusnya di dapatkan oleh seorang anak perempuan itu tak pernah di rasakan oleh Kanara. Orang-orang pernah berkata "cinta pertama seorang anak perempuan adalah ayahnya," tapi bagi Kana semuanya tak berlaku. Luka pertamanya adalah ayahnya sendiri.

"Pergi dari sini sialan! Aku tidak ingin melihat wajah mu itu!!"teriak Dito setelah menghempaskan tubuh Kana.

Perih, sakit, sedih, semuanya bercampur menjadi satu. Kana tak tahu harus berbuat apa saat ini. Semuanya selalu menyedihkan dan tak pantas rasanya untuk di banggakan. Kana sangat membenci keluarganya.

"Makasih buat hiburannya malam ini," gumam Kana.

Dito langsung membanting pintu rumah dan masuk.

Hujan perlahan-lahan turun membasahi tempat ini. Angin berhembus kencang sama seperti hati Kana yang kembali hancur saat ini. Semesta seolah-olah tengah bersedih atas apa yang menimpanya saat ini. Kana benar-benar sangat menyedihkan dengan luka di sekujur tubuhnya.

Kana merogoh kantong celananya mencari ponsel. Dengan kondisi tubuhnya yang penuh luka, sangat tidak memungkinkan untuk dia membawa motor saat ini.

"Yoo, bukannya ini si simpanannya tuan muda Diaskara itu,ya?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!