Semua lampu mati dan seluruh ruangan menjadi gelap gulita. Sama seperti suasana hati Zoya yang kini juga gelap gulita tanpa cahaya. Kata-kata Andreas yang di lontarkan padanya itu cukup menyakitkan. Zoya terduduk lemas di bawah tempat tidurnya. Dia hanya bisa menangis tanpa suara. Cukup lama dia menangis, hingga pada akhirnya dia tertidur dengan pulas.
Pagi kembali menyapa. Suara Adzan subuh menggema di telinga Zoya. Perlahan dia membuka matanya. Badannya terasa sangat dingin. Ternyata semalaman dia tidur di bawah beralaskan karpet tipis.
Zoya menggeliatkan badannya dan perlahan mulai beranjak. Dia duduk di tepian kasur. Diambilnya cermin kecil yang ada di atas nakas. Dari sana dia dapat melihat bagaimana matanya begitu sembab. Itu akibat dari dirinya yang menangis semalaman dan langsung tertidur.
"Aku akan tetap berusaha meski rasanya mustahil. Ini pilihanku sejak awal. Sama seperti Tuan Andreas, akupun juga terikat janji pada Bu Rania." Gumam Zoya berbicara pada dirinya sendiri.
Di lihatnya jam menunjukkan pukul 04:45 WIB. Dia segera mengambil handuk dan keluar kamar menuju kamar mandi. Terlihat lampu sudah menyala semua. Itu artinya Andreas sudah lebih dulu bangun darinya.
Zoya berjalan perlahan menuju kamar mandi. Dia akan mengecek terlebih dahulu apakah Andreas sedang menggunakannya.
Pintu kamar mandi terbuka, tak ada orang di dalamnya. Zoya pun segera memasukinya dan menutup pintu rapat-rapat.
Setelah masuk, Zoya mencium semerbak wangi di dalam kamar mandi. Kemungkinan itu aroma sabun yang habis di kenakan oleh Andreas saat mandi.
"Bau yang tertinggal di dalam kamar mandi ini saja sangat harum, apalagi yang menempel di tubuh Tuan Andreas. Pastinya sangat beraroma hmm.." Celetuk Zoya. Dia sungguh tidak menyadari apa yang baru saja dikatakannya itu.
"Oh astaga, bisa-bisanya aku memikirkan hal ini." Ucap Zoya sembari memukul kepalanya sendiri.
***
Sesudah mandi dan juga sholat subuh, Zoya keluar kamar untuk bersih-bersih area apartemennya. Dia menggunakan penyedot debu, karena memang tak ada sapu di sana. Sebenarnya jika tidak di bersihkan pun tak apa. Apartemen yang baru di tinggalinya itu masih terlihat bersih tanpa debu.
Setelah selesai bersih-bersih, Zoya langsung menuju dapur untuk memasak. Dia berharap semoga pagi ini suaminya tidak menolak untuk sarapan bersama.
Pagi ini Zoya ingin membuat omelet sayur. Karena itu adalah menu sarapan favorit Andreas. Sebelum mulai memasak, dia membuka resep omelet sayur di internet. Cukup sederhana sebenarnya. Namun Zoya ingin masakannya itu sempurna.
Zoya mencuci sayuran yang akan di pakainya. Dia mengikuti yang ada di dalam resep. Dia menggunakan wortel, paprika hijau dan bawang bombai. Di dalam resep sebenarnya ada tambahan keju. Namun Zoya tidak memakainya. Karena Andreas alergi keju.
Setelah semua bahan siap, Zoya mencampurnya dengan telur. Dia menggunakan mentega rendah lemak untuk menggoreng adonan omelet itu. Dia benar-benar memilih bahan yang terbaik saat berbelanja kemarin. Karena dia tahu suaminya tidak bisa makan sembarangan.
Setelah cukup lama berkutat di dapur, akhirnya omelet siap. Hasilnya sempurna, seperti yang di inginkan oleh Zoya. Bau harumnya juga semerbak kemana-mana.
Zoya sudah menghidangkannya di meja makan bersama dengan secangkir teh susu hangat. Rasanya puas melihat tampilan sarapan yang di buatnya pagi ini. Zoya menyeka keringat di dahinya. Hal sederhana itu juga membuatnya merasa gerah.
"Hufft,, sepertinya aku harus mandi lagi nanti." Gumam Zoya merasa harus membersihkan diri lagi. Hari ini dia akan pergi ke butik. Rasanya tidak enak jika tidak mandi lagi. Badannya akan terasa lengket.
Zoya menatap kearah jam yang menunjukkan pukul 07:05 WIB. Dia memutuskan untuk mandi lagi saja. Andreas juga belum ada tanda-tanda akan keluar kamar. Tidak terdengar suara apapun dari luar. Entah dia tidur lagi atau sedang bekerja di dalam sana.
Tepat jam setengah delapan, Zoya dan Andreas keluar dari kamar masing-masing secara bersamaan. Zoya ingin mengucapkan selamat pagi pada suaminya itu, namun seketika lidahnya peluh. Jadi kata-kata itu tidak keluar dari mulutnya.
Sementara Andreas berlalu begitu saja, bahkan pria tiga puluh tahun itu langsung keluar apartemen. Dia sama sekali tidak menoleh ke meja makan. Zoya pun langsung mengejarnya.
"Tuan Andreas tunggu!" Teriak Zoya untuk menghentikan langkah suaminya itu.
Mendengar namanya di panggil Andreas langsung berhenti. Dia menoleh sedikit ke arah Zoya berada. Tapi dia hanya diam saja tak bertanya ada apa Zoya memanggilnya. Akhirnya Zoya langsung mengutarakan maksudnya.
"Tuan tidak sarapan dahulu, saya sudah me.."
"Aku buru-buru. Aku akan sarapan di luar." Ucap Andreas memotong perkataan Zoya. Setelah itu Andreas benar-benar pergi.
Zoya hanya diam terpaku memandang kepergian suaminya. Andreas benar-benar tidak memberinya kesempatan sedikitpun. Dengan raut wajah kecewa, Zoya kembali masuk ke dalam apartemennya.
Tanpa Zoya sadari Rafli mendengar itu semua dari balik pintu apartemennya. Rafli tidak bermaksud menguping. Kebetulan tadinya dia akan keluar, namun ketika mendengar suara Zoya dan Andreas dia mengurungkan niatnya untuk keluar. Pintunya sudah terlanjur sedikit terbuka maka dari itu dia dapat mendengarnya. Rafli tak ingin berkomentar apa-apa. Apapun yang terjadi dalam rumah tangga Zoya, itu bukanlah urusannya.
*
**
Di dalam ruang kerja yang ber AC itu, Zoya duduk sembari memeriksa laporan keuangan butik minggu ini. Sejauh ini aman dan stabil. Namun dia sedikit pusing karena harus memikirkan model baju terbaru yang harus di produksi. Dia bukanlah seorang pakar stylis, jadi ini bukanlah bidangnya.
Tak terasa jam makan siang tiba. Tiba-tiba saja terlintas dalam fikirannya untuk mengantar makan siang pada Andreas. Zoya langsung beranjak dari duduknya. Dia pamit kepada para karyawan butik.
Zoya menghentikan taksi, dia akan mampir ke sebuah restoran untuk membelikan Andreas makan siang. Dia akan terus berusaha meski tahu akhirnya tetap di tolak.
Setelah mendapatkan makanannya, Zoya kembali menyuruh sopir taksi yang ia tumpangi untuk mengantar ke perusahaan Himawan grup.
Zoya turun di depan post satpam. Dia ingin masuk ke dalam dengan berjalan kaki saja. Zoya terus berjalan kearah lobby sembari meyakinkan diri. Dia berusaha untuk tenang, karena saat ini jantungnya berdebar begitu kencangnya.
"Aduh, rasanya ini ide yang sangat buruk." Gumam Zoya ketika sudah sampai di dalam perusahaan Himawan grup. Saat ini dia tengah menunggu pintu lift terbuka.
Saat lift terbuka, Zoya mundur. Karena dari sana keluar segerombolan karyawan yang kemungkinan akan pergi makan siang.
"Sepertinya istilah turun ranjang akan terjadi."
"Iya, ini sudah kedua kalinya loh mereka ketangkap basah sedang bermesraan."
"Eh sebelum jadi artis kan si adiknya almarhumah Bu Rania pernah jadi sekertarisnya pak Andreas juga. Kemungkinan mereka sudah menjalin hubungan sejak lama."
"Mungkin saja begitu. Aku dengar juga mereka pergi bersama hari ini. Sepertinya makan siang romantis."
"Aaa aku sangat iri, andai saja aku cantik dan kaya."
Para karyawan yang keluar dari lift membicarakan tentang Andreas dan Jemyma. Zoya mendengar itu dengan sangat jelas. Hal itu membuatnya langsung berbalik arah keluar dari perusahaan lagi.
Secara tiba-tiba dadanya menjadi sesak. Dia berjalan cepat menjauhi area perusahaan. Dia sendiri bingung mengapa hatinya terasa sakit mendengar itu semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments