Di sebuah pusat perbelanjaan yang ramai Zoya tengah berkeliling seraya mendorong troli. Dia akan membeli banyak barang, terutama bahan makanan.
Di sana Zoya melihat sepasang sejoli berbelanja sembari bersenda gurau. Perempuannya terlihat mengenakan baju seragam SMA. Sementar prianya memakai kemeja kerja. Hal itu jadi mengingatkannya masa-masa indah bersama Rafli. Dulu Rafli sering menjemputnya sepulang sekolah. Lalu mereka jalan-jalan ke mall. Zoya jadi melamun membayangkan masa-masanya dulu.
Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya hingga membuat dirinya hampir jantungan.
"Zoya, kau Zoya kan?" Tanya seorang gadis yang terlihat seumuran dengan Zoya.
"Ezra ..."
Kedua gadis yang ternyata bersahabat itu langsung saling berpelukan. Mereka saling meluapkan rasa rindu karena sudah lebih dari satu tahun tidak bertemu.
"Yaampun Zoya, kau semakin cantik saja. Aku sangat merindukanmu." Ucap Ezra.
"Aku juga sangat merindukanmu peri cantik primadona satu SMA." Balas Zoya seraya tertawa.
Akhirnya mereka berbelanja bersama sembari mengobrol. Semasa SMA dulu mereka berdua merupakan bestie. Namun sejak lulus dan Ezra kuliah di luar kota, mereka jadi tidak pernah bertemu dan lost contact akibat kesibukan masing-masing.
"Rasanya tidak enak deh ngobrol sambil jalan gini. Habis ini kita nongki yuk, kau ada waktu kan?" Ajak Ezra
"Ada kok, ayo aja aku." Zoya menerima ajakan Ezra. Mereka berdua baru bertemu lagi setelah sekian lama. Masa Zoya tega menolaknya. Lagipula hari ini dia tidak sibuk. Tidak ada urusan penting di butiknya.
Selesai berbelanja mereka berdua antri ke kasir. Zoya membiarkan Ezra di layani terlebih dahulu, karena belanjaan Ezra tak sebanyak dirinya.
Saat ini giliran Zoya untuk mentotal belanjaannya di kasir. Ezra menunggu di sebelahnya. Ezra cukup terkejut saat melihat Zoya mengeluarkan black card sebagai alat pembayarannya. Wajar jika Ezra terkejut. Karena Ezra sangat tahu latar belakang keluarga Zoya seperti apa.
Setelah selesai melakukan pembayaran, mereka keluar dari sana. Ezra membantu Zoya membawa belanjaannya menuju mobil. Kebetulan Ezra membawa mobil sendiri.
"Wah Ezra kau sudah bisa menyetir sekarang," Ucap Zoya takjub. Saat masih SMA kemanapun Ezra memang selalu naik mobil, bahkan tak jarang Ezra memberi tumpangan pada Zoya. Namun dulu dia tidak menyetir sendiri, melainkan membawa sopir pribadi.
"Iya aku baru-baru ini kursus menyetir. Tapi tenang saja, aku sudah mendapatkan SIM." Ucap Ezra meyakinkan Zoya yang menatapnya ragu. Kemudian mereka tertawa secara bersamaan.
***
Mobil yang di kendarai Ezra dan Zoya berhenti di halaman parkir sebuah coffe shop. Kemudian dua gadis yang bersahabat itu keluar dari mobil untuk masuk ke dalam. Meski lama tidak bertemu tak ada rasa canggung di antar mereka berdua. Mereka memilih tempat ternyaman untuk mereka mengobrol.
Ezra memesan americano ice, sementara Zoya memesan caramel macchiato. Selera mereka masih tetap sama dari SMA dulu. Ketika hangout berdua entah di kafe ataupun mall, minuman yang mereka beli selalu itu saja.
"Kau masih saja menyukai americano, apa kau tidak bosan dengan minuman pahit itu?" tanya Zoya keheranan dengan sahabatnya satu ini.
"Kenapa bosan Zoya, aku dan americano sudah menyatu. Kita sudah seperti soulmate. Yang paling terpenting adalah rendah kalori." jawab Ezra dengan penuh ekspresi. Ezra memang tipe orang yang gampang sekali naik berat badan, jadi dia harus menjaga asupan kalori setiap harinya.
"Iya iya ratu kalori." Ucap Zoya seraya tertawa.
Mereka berdua menikmati minuman masing-masing. Kemudian Ezra teringat sesuatu yang sedari tadi ingin di tanyakan pada Zoya.
"Zoya apa aku boleh tanya sesuatu?" tanya Ezra kepada Zoya yang asyik menyedot minuman favoritnya. Zoya mengangguk memberi isyarat persetujuan.
"Hmm, kau kok bisa punya black card. E.. Maaf tapi kau jangan tersinggung ya dengan pertanyaanku ini." Ucap Ezra dengann sangat hati-hati.
Zoya sangat paham dengan apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu. Ia dari kalangan menengah kebawah, jadi tidak heran jika Ezra menanyakan hal itu. Namun yang menjadi masalah sekarang, ia bingung harus menjawab apa. Tapi jika ia tidak menjawab jujur, takutnya Ezra akan berfikir negatif.
"Emm.. kartu itu dari suamiku." Ucap Zoya dengan sangat pelan.
"Apa?" pekik Ezra terkejut. "Jadi kau sudah menikah dengan Rafli, kok aku tidak di undang?" Seketika Ezra berdiri saking kagetnya. Selain itu dia juga sensi karena sebagai sahabat tidak di undang di acara penting itu.
Pengungjung kafe lainnya sampai memusatkan pandangan pada mereka. Karena Ezra berucap sangat keras. Zoya mengkode sahabatnya itu untuk kembali duduk.
"Upss,, sorry kelepasan. Habisnya kau menikah tidak mengabariku. Sesibuknya aku, aku pasti tetap datang kok." Ucap Ezra meluapkan rasa kecewanya tapi dengan suara pelan.
"Dengarkan aku dulu, suamiku bukan Rafli. Aku sudah putus dengannya beberapa hari sebelum aku menikah..." Ucap Zoya yang kemudian menceritakan segalanya kepada Ezra.
Setelah mendengar semua dengan detail, Ezra jadi bingung harus sedih atau berbahagia. Zoya itu di nikahi oleh salah satu pengusaha kaya raya yang cukup terkenal. Hidupnya sekarang juga sangat terjamin dari segi ekonomi. Namun sayangnya pernikahan ini hanyalah sekedar status saja, bahkan tidak boleh di publikasikan.
"Astaga Zoya, aku sangat tidak menyangka kau berada dalam posisi seperti ini. Aku doakan semoga suamimu segera dapat menerimamu sepenuhnya. Amiin." Ezra mendoakan yang terbaik untuk sahabatnya. Zoya turut mengaminkan.
Setelah mengobrol cukup lama akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Ezra mengantarkan Zoya sampai di depan lobby gedung apartemen tempat tinggalnya. Lagi-lagi Ezra takjub. Kehidupan sahabatnya berubah 180 derajat.
"Terima kasih ya untuk hari ini. Ingat ya Ezra apa yang aku ceritakan tadi jangan sampai orang lain tahu. Karena status pernikahanku masih di rahasiakan." Ucap Zoya kembali mewanti-wanti.
"Siap bos, tenang saja aku akan simpan rapat-rapat." Ucap Ezra sembari berlagak seakan meresleting mulutnya.
***
Zoya sudah kembali naik ke lantai sembilan dimana unit apartemennya berada. Saat akan membuka pintu, dia menaruh tentengan belanjaannya yang sangat banyak itu. Dia mengeluarkan kartu akses dari dalam tasnya.
Sebelum masuk ke dalam, beberapa detik Zoya menatap sekeliling. Dia teringat jika Rafli juga tinggal di apartemen ini. Tak terlihat siapapun di sana. Rasanya cukup aneh, mengapa dirinya harus bertetangga dengan mantan kekasihnya. Seakan dunia ini sempit sekali.
"Ah kenapa aku malah melamun di sini, aku harus menyiapkan makan malam untuk Tuan Andreas." Ucap Zoya yang kemudian membawa masuk seluruh belanjaannya.
Brak
Pintu di tutup rapat oleh Zoya. Saat itu juga seseorang yang sedari tadi memperhatikan Zoya, keluar dari persembunyiannya. Orang itu tidak lain adalah Rafli.
Mantan kekasih Zoya itu masih menyimpan rasa untuk Zoya. Namun dia juga sangat sakit mengingat Zoya melepas hubungan mereka begitu saja. Rafli melewati unit apartemen Zoya begitu saja tanpa menoleh sedikitpun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments