Flora, Ibu tiri Rania mendatangi kediaman orang tua Andreas. Dia tidak datang sendiri. Melainkan bersama putri tercintanya, Jemyma.
Kedatangan mereka di sambut baik oleh Tuan dan Nyonya Brahmantya. Mereka di persilahkan duduk. Tak lama kemudia pelayan datang menghidangkan kue dan empat cangkir teh.
"Silahkan di minum jeng Flora, Jemyma." Ucap Irma atau biasa dikenal dengan Nyonya Brahmantya.
"Iya jeng Irma terima kasih." Ucap Flora
"Jadi kedatangan jeng Flora kemari ada apa?" Tanya Irma
"Sebenarnya saya ingin membahas sesuatu yang penting untuk masa depan putra-putri kita." Ucap Flora
"Maksudnya masa depan Andreas dan Rania?" Tanya Irma
"Hemm,, iya jeng. Tapi lebih tepatnya masa depan nak Andreas. Sehubungan dengan kondisi Rania yang tidak kunjung membaik, apa tidak lebih baik mencari istri untuk nak Andreas." Ucap Flora tanpa rasa ragu.
"Saya juga pernah berfikir seperti itu. Tapi itu semua tergantung keputusan keduanya." Ucap Irma menyahuti pembicaraan Flora.
"Seandainya memang nak Andreas setuju, bagaimana kalau menikah dengan Jemyma saja?" Flora mengutarakan usulannya tanpa rasa malu.
Irma dan Brahmantya saling menatap satu sama lain. Mereka cukup terkejut dengan apa yang diutarakan oleh besannya itu.
"Jemyma ini kan adiknya Rania, jadi dia pasti akan menjadi pengganti posisi Rania dengan sempurna. Jemyma juga bisa merawat Rania. Dan yang terpenting Jemyma kan sehat, bisa memberikan keturunan untuk keluarga ini." Ujar Flora meyakinkan kedua orang tua Andreas.
Irma mengedipkan mata menatap suaminya. Dia mengkode agar suaminya angkat bicara, menanggapi itu semua.
"Begini Bu Flora, memang ada benarnya usulan yang Bu Flora utarakan. Namun, kita tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Saya sangat sayang dengan Rania. Kita juga harus memikirkan dulu, bagaimana perasaannya ketika suaminya akan menikah lagi, saat dirinya masih hidup." Ucap Brahmantya
"Jadi intinya kalian setuju jika putri saya Jemyma akan menjadi pengganti Rania?" Tanya Flora dengan senyum yang mengembang. Wanita paruh baya ini sama sekali tidak peduli dengan perasaan Rania. Dia hanya menangkap jika kedua orang tua Andreas setuju.
"Iya, saya setuju saja. Tapi harus atas persetujuan Rania dan Andreas." Ucap Irma
Jemyma langsung tersenyum bahagia tak kalah dari ibunya. Wanita dua puluh lima tahun itu sudah lama mengidamkan suami kakak tirinya. Bahkan sebelum Rania menikah, dia sudah ingin merebut Andreas. Hal itu juga mendapatkan dukungan dari Ibu tercintanya. Kini impiannya akan segera diwujudkan oleh Ibunya.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Karena Andreas datang bersama Zoya memberitahukan bahwa mereka akan menikah.
"What? Mas Andeas yakin mau menikahi kacung ini!" Jemyma langsung tercengang mendengar apa yang di sampaikan oleh Andreas.
"Andreas kau ini serius?" Tanya Brahmantya pada putra satu-satunya.
"Iya pah, aku serius karena ini permintaan khusus dari Rania." Jawab Andreas dengan ekspresi datarnya.
Zoya hanya menunduk terdiam. Dia berdiri diantara lima orang yang duduk bersama. Semua yang di sana kecuali Andreas, menatapnya.
"Nak Andreas bukankah lebih baik menikah dengan Jemyma saja. Kita semua kan belum tahu seluk beluk keluarga gadis ini. Biar Mama yang bicara dengan Rania." Ucap Flora mencoba mengubah keputusan Andreas.
"Tidak, aku akan tetap menikahi Zoya atas permintaan Rania. Lagipula saya tidak mungkin menikahi wanita yang tidak peduli dengan saudaranya. Ya meskipun hanya sekedar saudara tiri." Ucap Andreas
Ditolak untuk kedua kalinya dalam kurun waktu tepat dua puluh empat jam, Jemyma merasa sangat terhina. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak mungkin memaki Andreas, imagenya akan lebih jelek di mata pria incarannya itu.
"Bukannya tidak peduli nak Andreas, Jemyma kan public figure jadi jarang ada waktu untuk dekat dengan kakaknya." Ucap Flora membela putrinya.
Andreas enggan menanggapinya. Dia malah beranjak pergi dari ruang tamu, tempatnya berada sekarang.
Melihat tuannya pergi, kini Zoya malah serasa berada di zona bahaya. Bergerak salah tidak bergerak juga salah. Jantungnya berdegup dengan kencang, dia tidak tahu harus melakukan apa. Tatapan keempat orang di sana membuatnya merinding.
Namun beruntung, Andreas kembali lagi. Pria itu memanggil Zoya untuk ikut dengannya. Zoya pun menundukkan badan guna memberi salam, kemudian dia bergegas menyusul tuannya yang sudah lebih dulu melangkah.
Kedua orang tua Andreas tidak bereaksi apa-apa, mereka berdua sama-sama diam.
"Jeng Irma, Pak Brahmantya kok kalian diam saja mendengar nak Andreas ingin menikahi gadis itu?" Tanya Flora yang merasa kesal, karena orang tua Andreas tidak menghentikan putra mereka menikahi Zoya.
"Maaf jeng jika memang itu sudah menjadi keputusan bersama antara Andreas dan Rania, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Lagipula Zoya juga gadis yang baik. Dia sangat dekat dengan Rania." Ucap Irma
Merasa tidak dapat pembelaan, Flora langsung pamit pergi dengan menarik Jemyma yang hanya diam saja.
"Mah kita kok pergi sih, masa aku kalah sama gadis kacung itu." Ucap Jemyma ketika sudah berada di luar rumah milik Brahmantya.
"Tenang sayang, kita harus cari cara dulu. Hal yang paling utama harus kita lakukan adalah menemui anak kesayangan papamu itu." Ucap Flora
*
*
*
Zoya melangkah dengan ragu-ragu, tepat di belakangnya Andreas mengikutinya. Zoya berjalan di depan Andreas karena menunjukkan jalan dimana rumahnya berada. Rumah Zoya terletak di dalam gang kecil yang hanya bisa dilewati motor. Maka dari itu mereka harus berjalan kaki untuk sampai kesana.
Semakin lama langkah kaki Zoya semakin berat. Laju langkahnya semakin melambat. Membuat Andreas merasa jengah.
"Jika semakin lama jalanmu semakin lambat, mungkin besok pagi kita baru sampai ke rumahmu." Ucap Andreas dengan ketus.
Tapi bukannya mempercepat langkahnya, Zoya malah berhenti. Dia berbalik arah menatap ragu pada tuannya.
"Kau kenapa? Apa kau berubah fikiran setelah tadi dengan yakin mengiyakan permintaan istriku?" Tanya Andreas dengan nada ketusnya.
Zoya menghela nafas panjang. Sejujurnya dia tidak siap dengan semua ini. Di tambah rumah kekasihnya itu berdekatan dengan rumahnya. Dia takut akan terjadi pertengkaran nantinya. Karena kedatangan Andreas untuk melamar dirinya.
"Maaf tuan, saya hanya sedikit gugup. Mari tuan lewat sini." Zoya pun kembali melanjutkan berjalan. Diikuti oleh Andreas.
Ketika sampai di rumahnya. Sangat kebetulan pacar dari Zoya sedang berada di teras rumah. Rumahnya berjarak sekitar tiga rumah. Pria itu melambaikan tangan pada Zoya. Zoya hanya membalasnya dengan senyuman. Kemudian dia langsung menuntun Andreas masuk ke dalam rumahnya.
"Silahkan duduk Tuan, saya panggilkan Ayah dan Ibu saya dulu." Ucap Zoya
Tak lama kemudian kedua orang tua Zoya menemui Andreas. Zoya membawakan teh hangat untuk suami atasannya yang sebentar lagi berubah menjadi calon suaminya.
"Langsung saja, kedatangan saya kemari untuk melamar Zoya menjadi istri kedua saya." Ucap Andreas tanpa berbasa-basi.
Sontak Ayah dan Ibu Zoya pun merasa kaget. Sebelum mereka berfikir yang tidak-tidak, Zoya membantu untuk menjelaskan semuanya.
"Jadi begini Ayah, Ibu, Bu Rania memintaku untuk menikah dengan Tuan Andreas. Ayah dan Ibu paham kan bagaimana keadaan Bu Rania," Ucap Zoya
"Sebenarnya saya juga tidak ingin melakukan ini, tapi ini menjadi permintaan terakhir istri saya." Ucap Andreas
"Kalau kami terserah keputusan Zoya saja tuan." Ucap Pak Deri
"Aku menyetujuinya Ayah, ibu." Ucap Zoya yang sebenarnya masih ragu-ragu.
"Kalau begitu lamaran diterima tuan Andreas." Ucap Pak Deri, sebagi ayah hatinya merasa campur aduk. Senang karena putrinya di lamar oleh orang yang tentu akan menjamin hidupnya, tapi sedih karena pernikahan ini belum tentu membuat Zoya bahagia. Dia hanya akan menjadi istri kedua.
Orang tua Zoya pun tak kuasa menolak, karena mengingat kebaikan Rania selama ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Anisah Nisah
ko ga ada yg mampir yah padahal ceritanya bagus
2023-03-10
1