Butik milik Rania akan di dipindah kepemilikan atas nama Zoya. Disitu Zoya langsung tidak bisa berkata-kata lagi. Bukannya merasa senang, dirinya malah merasa takut.
"Tuan Andreas apakah saya boleh menolak ini? Saya mau mengelolanya tapi untuk kepemilikannya, saya rasa ada yang lebih pantas daripada saya." Ucap Zoya dengan sangat berhati-hati. Karena lawan bicaranya adalah Andreas, pria dingin nan ketus.
"Kau harus menerimanya. Rania percaya padamu. Segera tanda tangani ini dan pulanglah, Rania menunggumu." Ucap Andreas menyodorkan sebuah map.
Dengan ragu-ragu Zoya pun menandatangi semuanya. Kemudian dia pamit meninggalkan butik. Dia pulang menaiki taksi.
Sampai di rumah Zoya menyapa Ibu mertuanya yang tengah duduk santai. Kemudian dia langsung pergi ke kamar, dimana Rania beristirahat.
"Selamat siang Bu Rania, bagaimana keadaan anda? Oh ya Bu Rania sudah makan siang dan minum obat belum?" Tanya Zoya yang sudah berada di dekat Rania berbaring.
"Sudah kok Zoya. Tadi di bantu Pia." Jawab Rania dengan senyum lesunya.
"Emmh, semoga Bu Rania cepat sehat kembali. Maaf kalau tadi saya terlalu lama perginya." Ucap Zoya merasa bersalah.
"Tidak apa-apa. Zoya aku serahkan butik this is fashion padamu. Butik itu aku rintis dari lima tahun yang lalu. Aku percaya padamu, kau pasti bisa meneruskannya." Ucap Rania
"Tapi kenapa harus saya Bu Rania? Saya mau saja kok mengurus butik itu sebagai karyawan di sana. Untuk status kepemilikannya kenapa tidak Bu Rania berikan pada keluarga saja, seperti Nona Jemyma." Ucap Zoya
"Kau kan juga keluargaku Zoya. Aku percaya padamu. Mama Flora dan Jemyma sudah sibuk dengan urusan mereka. Aku mohon jangan menolaknya ya," Ucap Rania dengan tatapan penuh harap.
Zoya pun tidak kuasa untuk menolaknya. Lagipula dia sudah menandatangi berkas serah terimanya.
**
**
Di taman belakang rumah, Rania duduk di kursi rodanya. Dia melihat bintang-bintang yang indah bertebaran di langit malam ini. Tentu dia tidak sendiri, Andreas menemaninya di sana.
"Sayang kita masuk ya, ini sudah larut malam. Anginnya tidak bagus untuk kesehatanmu." Ucap Andreas
"Sebentar lagi mas. Langit malam ini sangat indah, belum tentu besok aku dapat melihatnya lagi." Ucap Rania seraya menatap langit.
"Jangan berbicara seperti itu sayang, kau membuatku bersedih." Ucap Andreas
Kemudian Rania menoleh menatap kearah suaminya. Dia tersenyum. "Jangan bersedih mas, kan sudah ada Zoya sebagai penggantiku. Oh ya kalian sudah malam pertama atau belum?" Tanya Rania yang membuat Andreas kesal.
"Kita masuk saja kau harus istirahat agar cepat sehat." Andreas mengalihkan pembicaraan Rania. Dia sangat enggan menmbicarakan seputar pernikahannya dengan Zoya.
"Mas Zoya itu sekarang istrimu juga, jasi berikanlah dia nafkah lahir batin. Aku ingin melihat dia mengandung anakmu." Ucap Rania
"Cukup Rania! Aku sudah menuruti permintaanmu untuk menikahi dia. Tapi aku tidak akan bisa mewujudkan keinginanmu itu. Ini tidak mudah bagiku. Aku tidak mencintai Zoya. Aku ingin fokus denganmu saja. Aku akan mengantarmu ke kamar sekarang." Ucap Andreas yang tersulut emosi. Dia tidak suka di paksa bermalam dengan Zoya, meskipun mereka sudah sah menjadi suami istri.
Rania pun terdiam, dia tidak mau beradu argumen dengan suaminya. "Aku yakin Zoya akan bisa membuatmu jatuh cinta suatu saat nanti mas." Ucap Rania dalam benaknya.
...****************...
Semalam Andreas tidur menemani Rania. Sementara Zoya, seperti biasanya tidur dengan Pia di kamar belakang. Zoya sudah bangun dan akan menjalani aktivitas seperti biasanya. Pertama-tama dia akan membantu Rania mandi. Tanpa permisi, Zoya masuk ke dalam kamar Rania. Namun yang dia dapati malah Andreas.
"Astagfirullahaladzim," Pekik Zoya sembari memutar badannya. "Maaf Tuan Andreas saya tidak tahu. Saya akan keluar." Ucap Zoya, bagaimana dia tidak terkejut melihat Andreas hanya mengenakan lilitan handuk, memperlihatkan perut roti sobeknya.
"Berhenti di sana! Biar aku saja yang keluar. Kau bantu Rania, dia masih di kamar mandi." Ucap Andreas yang kemudian pergi melewati Zoya yang membeku.
"Oh astaga Bu Rania masih di dalam kamar mandi." Ucap Zoya seraya berlari kecil. Dia lama terdiam karena menatap punggung Andreas yang berjalan menjauh.
"Eh Zoya kau berada di sini," Sapa Rania yang baru membuka pintu kamar mandi. Ternyata kini dia sudah bisa berdiri dan sedikit berjalan. Meski tetap harus berpegangan.
"Wah Bu Rania sudah bisa jalan lagi. Alhamdulilah, saya senang sekali melihatnya." Ucap Zoya
"Iya Zoya tapi ya sangat pelan seperti ini. Emmh,, bantu saya sampai ke meja rias." Ucap Rania
Dengan senang hati Zoya memegangi Rania hingga sampai ke kursi yang berada di depan kaca rias.
"Oh iya Zoya, jadi tadi kau melihat mas Andreas?" Tanya Rania membuat Zoya takut.
"E ee iya Bu Rania. Tapi saya tidak sengaja." Jawab Zoya dengan gugup.
"Sengaja juga tidak apa-apa. Mas Andreas juga suamimu. Oh ya tadi itu mas Andreas bukan mandi bersamaku. Dia tadi hanya mengantarku ke kamar mandi. Eh tidak sengaja kesenggol kran showernya. Jadi keguyur dan basah kuyup." Ucap Rania menceritakan kronologinya.
"Ah Bu Rania tidak perlu sampai menceritakan dengan detailnya. Kan tidak apa-apa juga jika Tuan Andreas mandi bersama anda." Ucap Zoya
"Mungkin denganmu akan lebih asik." Ucap Rania seraya tersenyum. Hal itu membuat pipi Zoya merona. Bisa-bisanya dia langsung membayangkan hal yang tidak mungkin terjadi.
"Zoya, aku percaya suatu hari nanti mas Andreas bisa mencintaimu. Aku akan memberitahumu semua tentangnya. Apa yang disukai dan tidak disukainya." Ucap Rania dengan semangat.
"Iya Bu Rania, tapi sebelum itu saya akan mengambilkan sarapan untuk Bu Rania dulu. Ini sudah hampir jam delapan. Sebentar lagi waktunya anda minum obat." Ucap Zoya
"Baiklah, sekalian kau bawa baju basah mas Andreas yang ada di dalam kamar mandi itu ya." Ucap Rania
"Siap Bu Rania yang cantik." Ucap Zoya dengan hormat. Membuat Rania tertawa kecil.
Zoya masuk ke dalam kamar mandi. Dia mengambil baju Andreas lalu memerasnya sebelum di bawa keluar. Zoya berjongkok ketika melakukan itu. Sesudahnya dia berniat berdiri dan tanpa sengaja tangannya memegang kran pembuka air shower. Air shower yang dingin mengguyurnya. Membuat rambutnya basah.
"Oh astaga."
Akhirnya Zoya keluar dari kamar Rania dengan memakai lilitan handuk di kepalanya. Di luar kamar, Zoya langsung bertemu dengan Jemyma.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Jemyma dengan ketus.
"E e saya hanya kaget nona ada di sini." Jawab Zoya dengan jujur.
"Memangnya kenapa kalau aku ada di sini, ini rumah keluarga suami kakakku. (Yang seharusnya jadi suamiku.)" Ucap Jemyma dengan ketus.
"Iya nona Jemyma, maafkan saya. Silahkan masuk, Bu Rania ada di dalam. Saya permisi dulu." Ucap Zoya bergegas pergi.
Jemyma menatap sinis pada Zoya. Dia terfokus pada lilitan handuk di kepala Zoya. Yang berarti dia habis mandi dan keramas.
"Wait ... Tadi aku melihat mas Andreas cuma pakai lilitan handuk dengan rambut yang basah. Lalu kacung itu rambutnya basah juga." Jemyma mulai menelaah sesuatu yang ada dalam pikirannya.
"Apa jangan-jangan mereka sudah melakukannya di depan kak Rania? Wah gila kalau emang bener." Ujar Jemyma menduga-duga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments