Tak terasa sudah empat puluh hari Rania meninggalkan dunia ini. Hingga kini Andreas masih setia mengunjungi makam almarhumah istrinya itu. Dia selalu membawa buket bunga berwarna putih dan ungu, warna kesukaan Rania. Hal terpenting juga selalu dia lakukan, yaitu berdoa untuk Rania.
Biasanya Andreas lebih dari dua jam berada di sana. Karena setelah selesai berdoa dia selalu mengajak Rania berbicara seakan dia masih hidup. Hari ini pun sama seperti itu. Setelah berdoa dia bercerita panjang lebar pada Rania.
Zoya melihat pemandangan itu dari balik pohon tak jauh dari sana. Dia melihat betapa cerianya Andreas ketika sudah bercerita di makam Rania. Padahal ketika di rumah Andreas selalu diam. Semenjak meninggalnya Rania, Andreas lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Ketika di rumah pun, dia terus memandangi foto Rania di kamarnya. Ya tidak dapat di pungkiri jika Andreas memang sangat mencintai Rania. Karena Rania adalah cinta pertamanya.
Di kediaman keluarga Brahmantya Himawan, terlihat banyak orang sedang sibuk mempersiapkan acara pengajian 40 hari meninggalnya Rania. Acara akan segera di mulai. Flora dan Jemyma baru saja sampai. Mereka kompak mengenakan pakaian berwarna putih susu lengkap dengan selendang yang menutupi kepala.
Hingga hari ini Ayah kandung Rania belum juga terlihat. Andreas benar-benar geram dengan sifat Ayah mertuanya itu. Seakan tidak ada rasa sedih kehilangan putri kandungnya. Padahal Rania sangat menghormati Ayahnya. Semasa hidup juga Rania selalu mementingkan urusan Ayahnya. Rania menjadi sukses juga untuk membahagiakan ayahnya. Namun kenapa Ayah Candra seakan hanya setengah hati menyayangi Rania.
Andreas pun hanya diam saja melihat Flora hanya datang bersama Jemyma. Dia sudah bosan bertanya kapan Ayah mertuanya kembali untuk mengunjungi makam Rania.
Dalam acara itu juga ada tamu khusus yang di undang oleh Andreas. Yaitu anak-anak yatim piatu dari panti asuhan. Andreas merasa Rania pasti akan senang jika mendengar lantunan doa-doa dari anak-anak yang menggemaskan itu. Dahulu Rania senang sekali mengunjungi panti tempat anak-anak itu berada. Terbesit dalam hatinya ingin mengadopsi namun dengan kondisinya yang sakit parah, dia mengurungkan niatnya. Setiap bulan dia menyalurkan donasi untuk panti asuhan itu. Anak-anak panti itu sangat sedih ketika mendengar kabar ibu peri mereka meninggal. Ya, mereka menyebut Rania ibu peri.
Acara pun di mulai, di pimpin oleh Ustadz Ahmad yang memang sudah memimpin doa dari hari pertama meninggalnya Rania. Semuanya sudah duduk di tempat yang sudah di sediakan.
Zoya tidak ikut duduk untuk ikut berdoa. Dia berada di belakang membantu Cici dan tim katering menyiapkan hidangan untuk mereka yang hadir di acara ini. Kebetulan memang Zoya sedang menstruasi jadi dia tidak dapat ikut melantukan ayat-ayat suci al-qur'an.
Acara pelantunan ayat suci al-qur'an dan doa-doa hampir selesai. Setelah itu akan di lanjutkan dengan makan bersama. Zoya mengisi gelas-gelas yang sudah tertata rapi dengan sirup juga susu untuk anak-anak dan tamu yang hadir di sana.
Selesai melakukan itu Zoya berniat kembali ke dapur untuk mengambil lauk yang masih belum di hidangkan. Saat berbalik badan dia menabrak Jemyma yang membawa segelas sirup. Air sirup langsung mengotori baju putih yang di kenakan Zoya.
"Upss,, Sorry Zoya bajumu jadi kotor." Ucap Jemyma seraya mengusap-usap baju Zoya dengan tangannya. Dalam hati sebenarnya dia jijik sekali memegang Zoya yang tidak selevel dengannya.
"Tidak apa-apa Nona, saya hanya tinggal berganti baju saja. Saya permisi." Ucap Zoya
Jemyma tersenyum melihat kepergian Zoya. Tapi kemudian dia mengikutinya. Entah apa yang sedang di rencanakan olehnya.
Zoya masuk ke dalam kamar Cici karena di sanalah dia menyimpan barang-barang juga bajunya. Dia membuka lemari, mencari baju untuk ganti. Namun ternyata baju muslim yang tersisa hanya warna hitam dan biru. Tak ada baju warna putih lain yang ia bawa kerumah itu.
"Oh iya aku kemari hanya membawa sedikit baju. Aduh, masa aku pakai baju hitam. Apa aku cuci saja trus pakai lagi baju ini," Ucap Zoya bingung.
Akhirnya dia memilih membilas noda dibajunya dengan air. Namun ternyata tetap malah makin meluas. Nodanya semakin terlihat.
"Duh makin kelihatan saja. Malu juga kalau dikira pakai baju kotor sama orang-orang. Hmm, lebih baik ganti saja." Ucap Zoya seraya berjalan keluar dari kamar mandi.
Saat hendak kembali masuk ke kamar, Jemyma memanggilnya. Jemyma punya solusi untuk permasalahan pakaiannya yang kotor itu. Jemyma membawa gaun panjang putih berenda transparan ungu lilac.
"Zoya kau pasti bingung tidak punya baju ganti kan? Ini kau pakai saja. Ukuran pasti pas denganmu." Ucap Jemyma sembari mengulurkan gaun yang di bawanya.
"Ini baju milik siapa Nona?" Tanya Zoya dengan ragu menerima gaun itu.
"Itu milik kak Rania. Pakai saja, tidak apa-apa kok. Aku sudah izin tante Irma. Lagipula kau kan istri mas Andreas sekarang jadi barang kak Rania menjadi milikmu." Jawab Jemyma, "butiknya saja sudah menjadi milikmu." sambung Jemyma seraya tersenyum kaku.
Zoya sontak terdiam mendengar pernyataan Jemyma tentang butik. Terlihat sekali Jemyma tidak suka butik itu jatuh ke tangannya.
"Sudahlah cepat ganti pakaianmu." Ucap Jemyma yang langsung melenggang pergi.
Zoya masih terdiam di tempat mengamati gaun itu. Gaunnya masih ber tag, menandakan itu gaun baru. Dia merasa ragu untuk memakainya.
**
Tiba pada Akhir acara menyantuni para anak yatim. Andreas serta kedua orang tuanya berjajar memberikan amplop juga bingkisan untuk anak-anak panti yang sudah mengikuti acara tersebut.
Sementara Jemyma masih tetap duduk di sebelah mamanya. Dia terus mengawasi sekeliling. Sejak tadi Zoya belum juga terlihat. Kemungkinan Zoya sibuk di belakang. Jemyma penasaran apakah Zoya memakai baju yang di berikannya tadi atau tidak.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, sesuai harapan Jemyma. Zoya keluar membawa bingkisan untuk anak-anak. Terlihat Zoya mengenakan baju Rania yang di berikan oleh Jemyma.
Andreas masih belum melihatnya, karena dia fokus pada anak-anak panti. Jemyma sudah tidak sabar melihat reaksi Andreas. Karena itu adalah gaun spesial milik Rania kado dari Andreas.
Acara pun selesai, seluruh tamu undangan sudah pulang. Kecuali Flora dan Jemyma. Mereka tidak akan pulang sebelum melihat kemarahan Andreas pada Zoya.
"Mama kita jangan pulang dahulu sebelum melihat kacung itu di marahi habis-habisan oleh Andreas." Bisik Jemyma pada mamanya.
Zoya membantu membereskan piring kotor dan juga sampah-sampah yang berserakan. Saat inilah pertama kali Andreas melihat dirinya memakai gaun Rania.
Mata Andreas langsung membulat sempurna. Rahangnya mengeras seakan bersiap menyerang mangsanya. Kemudian dengan langkah gontai dia menarik Zoya untuk meninggalkan tempat. Andreas membawa Zoya ke samping rumah. Dimana tidak ada orang lalu lalang di sana.
Tangan Zoya di hempaskan begitu saja oleh Andreas saat sampai di sana. Cengkraman tangan Andreas sampai membekas di pergelangan tangannya. Zoya sungguh tidak mengerti ada apa ini. Rasanya dia tidak melakukan kesalahan apapun.
"Tuan ada apa? Kenapa kita kemari?" Tanya Zoya gemetar tanpa berani menatap mata Andreas.
"Siapa yang mengizinkanmu memakai baju itu?" Tanya Andreas bernada bentakan. Membuat Zoya merasa takut.
"Maaf Tuan saya ..."
"Kau memang sudah kunikahi tapi bukan berarti kau seenaknya boleh memakai barang milik Rania!" Bentak Andreas penuh amarah saat Zoya belum selesai menjawab pertanyaannya.
"Maaf Tuan, saya akan ganti baju sekarang juga dan mencucinya." Ucap Zoya dengan suara menahan tangis.
"Seharusnya kau berfikir sebelum memakainya! Di cuci pun percuma karena sudah bekas kau pakai! Kau tidak tahu cerita di balik gaun ini!"
Andreas benar-benar marah besar pada Zoya. Di balik tembok Flora dan Jemyma tertawa tanpa suara. Mereka puas melihat Zoya terkena amukan Andreas dan tentunya hubungan mereka tidak akan baik. Jemyma berharap Andreas mentalak Zoya sekarang juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Shepia
cerita nya bagus tapi karakter Zoya malah kurang menonjol
2024-03-18
0