Malam minggu menjadi malam yang dijadikan sebagai hari kencan oleh kebanyakan muda-mudi. Termasuk Zoya dan Rafli yang memang terikat hubungan pacaran. Saat ini mereka berdua tengah berada di sebuah kafe. Kebetulan di sana sedang ada live music. Mereka berdua memang sudah jarang berkencan, semenjak Zoya bekerja sebagai asisten Bu Rania.
"Rafli ini minuman dan makanannya mahal-mahal, kita pindah ke langganan kita aja yuk," Ucap Zoya yang tertegun melihat harga di list menu.
"Disini aja, nggak apa-apa mahal. Aku kuat kok beliin itu. Aku baru saja dapat reward banyak. Jadi nggak papa lah sekali-kali kita nongki disini sayang." Ucap Rafli dengan senyum semringah.
"Kau yakin kan, jangan sampai kita nanti di suruh cuci piring di sini karena nggak sanggup bayar." Ucap Zoya dengan tatapan tidak yakin pada kekasihnya itu.
"Aduh nggak percaya banget sih sayang, aku serius. Udah pesan apapun yang kau mau." Ucap Rafli sembari mengusap kepala Zoya.
Harusnya Zoya senang, tapi ada sebuah beban berat yang sedang memenuhi pikirannya saat ini. Dia pun menjadi tidak begitu senang dalam kencan malam ini.
"Biar aku saja yang memilihkan untukmu. Kau lama sekali, bisa-bisa kafe ini tutup duluan sebelum kau menentukan ingin memesan apa." Ucap Rafli seraya tertawa kecil. Zoya pun menurut saja. Kemudian Rafli menyerahkan pesanannya pada pelayan.
Menunggu pesanan datang, mereka saling diam dengan pikiran masing-masing. Zoya memikirkan tentang cara memberitahu Rafli bahwa dirinya akan segera menikah. Sedangkan Rafli memikirkan kata-kata pembuka untuk memberikan cincin sebagai pengikat Zoya.
"Emm," Mereka berdua secara bersamaan ingin memulai pembicaraan.
"Emm kau duluan saja." Ucap Zoya pada Rafli
"Ladys first, jadi kau saja dulu." Ucap Rafli dengan senyum penuh cinta yang selalu di lemparkannya pada Zoya.
"Tatapan Rafli sangat teduh padaku. Senyumnya yang selalu meneduhkan hatiku ini, bagaimana aku tega merusak keceriaannya malam ini. Tapi aku harus mengatakannya." Batin Zoya yang merasa tertekan dengan masalah yang ia hadapi saat ini.
"Karena kau diam saja, aku dulu yang akan berbicara. Aku punya surprise untukmu." Ucap Rafli tetap dengan senyumnya. Rafli mengeluarkan kotak kecil berisi cincin.
"Apakah kau melamarku Raf?" Tanya Zoya dengan perasaan campur aduk.
"Bisa dikatakan seperti itu, tapi ini hanya untuk sebuah ikatan dulu saja. Aku janji saat tabunganku sudah terkumpul, kita resmikan dengan sebuah acara." Ucap Rafli seraya menggenggam sebelah tangan Zoya.
"Ya Allah, aku harus bagaimana?" Batin Zoya
"Aku pakaikan ya, tapi maaf ini cincin murah. Nanti aku pasti akan membelikanmu lagi yang lebih bagus dari ini." Ucap Rafli sembari mencoba memasangkan cincin di jari manis Zoya. Tapi Zoya malah menarik tangannya, membuat cincin itu terjatuh menggelinding ke lantai. Rafli pun langsung memungut cincin itu.
"Zoya kau kenapa? Kau tidak suka dengan cincin ini," Ucap Rafli dengan tatapan bingung.
"Maaf Rafli aku tidak bisa menerima cincin darimu. Ada satu hal penting yang harus kau tahu. Tapi aku bingung bagaimana caranya mengatakan hal ini padamu." Ucap Zoya
"Apa kau punya kekasih selain aku? Atau kau sudah tidak mencintaiku?" Tanya Rafli dengan ekspresi tegang.
"Tidak, aku tidak punya kekasih selain dirimu. Perasaanku sampai saat ini juga masih sama. Aku sangat mencintaimu Rafli. Tapi maaf kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini." Ucap Zoya
"Kenapa tidak bisa?" Tanya Rafli dengan serius.
"Karena aku akan menikah." Jawab Zoya dengan mata yang berkaca-kaca.
Rafli langsung menatap dengan manik mata yang membulat sempurna. Tapi kemudian dia tertawa karena merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Menikah? Kau jangan bercanda Zoya. Kalau kau menikah itu hanya denganku!" Seru Rafli dengan suara yanh cukup keras. Bahkan sampai membuat pengunjung di sana menatap kearahnya dan Zoya.
"Maafkan aku Rafli, tapi aku serius. Aku akan menikah besok lusa." Ucap Zoya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
Rafli merasa sangat kecewa mendengar penuturan Zoya. Dia tidak bisa lagi berkata-kata, sehingga memilih pergi dari Kafe itu.
"Raf tunggu," Teriak Zoya seraya mengejar Rafli.
"Apa lagi?" Bentak Rafli penuh amarah.
"Maaf aku memang salah, tapi aku juga terpaksa melakukan ini." Ucap Zoya seraya menggenggam tangan Rafli. "Kau tahu Bu Rania kan? Atasanku yang sakit keras itu, dia yang memintaku menikah dengan suaminya." Ucap Zoya mencoba menjelaskan pada Rafli.
"Jadi kau menjadi istri kedua, tapi kau kan bisa menolaknya." Ucap Rafli
"Aku tidak bisa menolaknya Raf, Bu Rania sangat baik padaku juga kedua orang tuaku. Apa lagi ini sebagai permintaan terakhirnya. Keadaan Bu Rania sudah sangat parah." Ucap Zoya
"Lantas kau mengorbankan hubungan kita dan kau tidak memikirkan bagaimana perasaanku," Ucap Rafli seraya mengehempaskan tangannya yang semula di genggam oleh Zoya.
"Aku kecewa Zoya, sangat kecewa! Baiklah jika ini maumu, kita selesai sekarang juga!" Seru Rafli yang kemudian meninggalkan Zoya di sana.
.
.
Terjadi kejar-kejaran antara Rafli dan Zoya hingga sampai di sekitar rumah mereka. Zoya terus meminta maaf pada Rafli yang berjalan lebih cepat darinya. Namun akhirnya Rafli berhenti tepat di depan rumahnya.
"Aku kira malam ini akan menjadi malam yang bahagia untuk kita. Tapi nyatanya ini malam terpahit dalam hidupku. Apa selama ini kau anggap hubungan kita cuma main-main?" Rafli merasakan sakit yang teramat dalam di hatinya.
"Maafkan aku Raf," Hanya kata maaf yang bisa terucap dari bibir Zoya.
Rafli pun masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Zoya dengan perasaan yang berkecamuk. Pria itu menangis untuk pertama kalinya selama berhubungan dengan Zoya.
"Maafkan aku Rafli, aku memang telah salah mengambil keputusan ini. Harusnya aku menolak keinginan Bu Rania. Aku telah menyakitimu." Ucap Zoya seraya menangis.
"Jadi kau menyesal memenuhi permintaan istriku," Ucap Andreas yang sudah berdiri tak jauh dari Zoya. Andreas menyaksikan perdebatan antara Zoya dan Rafli.
"Tuan Andreas anda di sini," Ucap Zoya lumayan terkejut. Dia segera mengusap air matanya.
"Kau sudah mengiyakan permintaan istriku dan semua persiapan pernikahan sudah berjalan. Lalu sekarang kau menyesal." Ucap Andreas dengan tatapan tajam.
"Maaf Tuan, saya tidak bermaksud seperti itu." Ucap Zoya sembari menunduk karena takut menatap mata tuannya.
"Kau yang menyetujui semua ini. Aku tidak mau tahu tentang urusan percintaanmu. Kau jangan mempermainkan perasaan Rania." Ucap Andreas dengan ekspresi datarnya.
"Saya akan tetap menjalankan keputusan yang sudah saya ambil Tuan. Saya tidak akan mengecewakan Bu Rania." Ucap Zoya
"Memang seharusnya seperti itu. Jangan pernah kau bahas tentang ini dengan Rania. Dia pasti akan merasa bersalah, tentunya akan mempengaruhi kesehatannya." Ucap Andreas
"Iya Tuan Andreas, saya tidak akan membahas tentang hubungan saya dengan Rafli. Ini salah saya sendiri yang tidak mengatakan semuanya dari awal pada Bu Rania." Ucap Zoya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments