Hari ini Andreas mengemasi seluruh pakainnya. Dia merasa tidak sanggup tinggal di rumah dimana segala sudutnya menyimpan kenangannya bersama Rania. Meski selurh barang Rania termasuk baju, sudah di pindahkan ke kamar lain. Rasanya percuma. Andreas masih melihat Rania di seluruh sudut rumah itu terutama kamar.
Bukan berniat melupakannya, Andreas hanya tidak ingin terus larut dalam kesedihannya. Kegelisahan dan kesedihan yang masih menyelimutinya setiap hari, pastinya akan membuat Rania tidak tenang di alam sana. Jadi, dia memutuskan untuk tinggal di apartemen.
Andreas menuruni tangga dengan membawa dua koper besar. Hal itu menyita perhatian Mama dan papanya yang tengah duduk santai.
Andreas menyuruh sopirnya menaruh kopernya itu ke dalam mobil. Kemudian dia bergabung duduk dengan orang tuanya.
"Apa kau ada perjalanan bisnis yang cukup lama Andreas?" Tanya Papa Brahmantya.
"Tidak pah, mulai hari ini aku akan tinggal di apartemen." Jawab Andreas
"Kenapa mendadak sekali?" Pekik Mama Irma terkejut dengan pernyataan putranya.
"Aku sudah memikirkannya sejak lama mah." Jawab Andreas.
"Lalu kau sudah memberitahu Zoya? Dia itu istrimu. Jadi di manapun kau tinggal, dia harus ikut denganmu." Ucap Mama Irma mengingatkan.
Andreas tidak perlu menjawabnya karena setelah mamanya berkata seperti itu, Zoya terlihat menuruni tangga dengan membawa koper kecilnya. Karena memang barangnya tidak banyak. Itu adalah koper milik Rania, Zoya berani memakainya karena Andreas yang mengizinkannya.
"Mama Irma, Papa Brahmantya saya izin akan ikut Tu.. eh mas Andreas tinggal di Apartemen." Ucap Zoya yang belum terbiasa memanggil Andreas dengan sebutan mas.
"Kau tidak perlu meminta izin. Memang seharusnya begitu." Ucap Mama Irma senang melihat Zoya juga diajak. Kemudian mama Irma memeluk erat Zoya sebelum pergi. Dia berharap dengan tinggal berdua akan membuat mereka menjadi dekat dan tumbuh rasa cinta.
🌺🌺
Di dalam perjalanan Zoya duduk bersebelahan dengan Andreas di bangku belakang. Andreas duduk menyilangkan kaki sembari sibuk dengan ponselnya. Tiba-tiba saja mata Zoya tertuju pada **** ***** Andreas.
"Apa yang kau lihat?" Tanya Andreas membuat Zoya kaget. Tenyata dia tahu jika Zoya sedang memperhatikan sesuatu miliknya.
"Ee jam tangan tuan bagus bisa berputar jarumnya." Ucap Zoya beralasan namun malah terasa aneh. Dimana-mana jam jika masih berfungsi jarumnya pasti akan berputar.
Beberapa saat setelah berkata seperti itu Zoya baru menyadarinya. Dia langsung menoleh ke jendela dan memejamkan matanya sebagai bentuk rasa malu. Bisa-bisanya dia mengatakan hal konyol seperti itu. Beruntung Andreas tidak menyahuti perkataannya.
Sekitar setengah jam perjalanan mereka sampai di gedung apartemen yang akan mereka tinggali. Unit yang di beli Andreas berada di lantai sembilan. Tepatnya di Unit 049.
Andreas membuka pintu dengan kartu akses yang dimilikinya. Zoya merasa takjub dengan hunian yang akan di tinggalinya itu. Dia mengamati seluruh isi apartemen itu. Sementara Andreas langsung menuju salah satu kamar dengan membawa kopernya. Tak lama kemudian dia keluar lagi.
"Disini ada dua kamar tidur. Kau bisa menempati kamar satunya . Ini kartu akses untukmu. Kau tahu cara memggunakannya kan?" Tanya Andreas
"Iya tuan." Jawab Zoya sembari menerima kartu akses keluar masuk apartemen.
"Baiklah, aku akan pergi ke kantor." Ucap Andreas seraya berlalu pergi.
Zoya langsung masuk ke dalam kamarnya. Dia sangat menyukai interior kamarnya. Di tambah jendelanya mengarah pada pemandangan kota yang indah.
"Aku bisa menikmati segala fasilitas mewah ini semua berkat Bu Rania." Zoya terduduk di kasur yang empuk. Dia kembali mengingat tentang atasannya yang sudah meninggal itu.
"Tapi rasanya janggal jika alasan Bu Rania hanya agar Tuan Andreas tidak kesepian. Apa mungkin masih ada alasan lain yang belum Bu Rania katakan?" Zoya berfikir keras. Tapi beberapa saat kemudian dia beranjak dari duduknya dan melupakan pemikirannya yang tak berujung itu.
Zoya membuka kopernya dan memindahkan isinya ke dalam lemari yang ada di kamarnya. Selesai merapikan barang miliknya ke dalam lemari, Zoya teringat jika barang milik suaminya belum di pindahkan ke lemari.
Dia berfikir tidak apa-apa jika membantu memindahkannya. Kan isinya juga hanya baju. Lagipula di sana tidak ada pembantu. Kasihan jika nanti saat pulang kerja, suaminya masih harus merapikan baju-baju ke lemari.
Saat ini Zoya berdiri di depan pintu kamar Andreas. Dia membuka pintunya dan memberanikan diri untuk masuk. Kamar itu tak jauh berbeda dari miliknya. Yang membedakan hanya adanya meja dan kursi sepertinya di gunakan untuk meja kerja Andreas.
Zoya langsung membuka koper milik Andreas. Dia mengeluarkan isi dua koper itu. Zoya dengan rajinnya menaruh baju dan barang lainnya sesuai pada tempatnya. Terdapat satu bingkai foto pernikahan Rania dan Andreas. Zoya tersenyum melihat itu. Dia membayangkan betapa bahagianya mereka dulu.
Zoya menaruh foto itu di atas nakas dekat lampu tidur. Semuanya sudah tertata sempurna. Tertinggal satu barang terakhir di dalam koper. Sebuah pouch lumayan besar. Zoya penasaran dengan isinya. Dia pun membukanya. Isinya seperti gulungan kain. Namun ternyata itu adalah ****** ***** milik Andreas.
"Astaga ini!" Zoya melemparnya. Tapi kemudian di ambil kembali. Dia malah melihatnya dengan detail. Bentuknya seperti boxer yang ada kantung di bagian depannya. Saat melihat itu otak kotor Zoya kembali bekerja. Dia jelas mengingat seberapa besar ukuran milik Andreas. Bulu kuduknya merinding membayangkan jika suatu saat itu akan memasuki miliknya.
"Astagfirullahaladzim, apa yang aku pikirkan ini!" Zoya membuyarkan pemikiran kotornya. Dia kembali melipat dan menaruhnya ke posisi semula. Kemudian memasukkannya ke dalam lemari beserta pouchnya.
Koper di sisihkan di sebelah lemari. Semua sudah terlihat rapi. Zoya pun keluar dari kamar Andreas.
Krucuk ...
Suara perut Zoya berbunyi. Dia merasa lapar setelah melakukan pekerjaan yang cukup melelahkan itu. Dia langsung menuju dapur, melihat apakah ada sesuatu yang bisa di masak. Ternyata kosong.
"Tidak ada apa-apa di sini. Kalau begitu aku akan belanja sekarang." Ucap Zoya. Dia sudah di beri uang belanja bulanan juga kartu kredit sebagai bentuk nafkah dari Andreas. Jadi Zoya bebas membeli apapun sesuai kebutuhannya.
Zoya menaiki lift untuk turun ke lobby. Dia sudah memesan taksi online untuk mengantarkannya ke supermarket.
Saat pintu sudah akan tertutup, seseorang menahannya. Hingga pintu lift kembali terbuka. Betapa kagetnya Zoya melihat siapa yang akan menaiki lift bersamanya. Dia adalah Rafli, mantan kekasihnya.
Rafli dengan langkah santai memasuki lift yang terisi oleh Zoya. Pintu lift kembali tertutup. Mereka hanya berdua di dalam sana.
"Kau kenapa ada disini?" Tanya Rafli kepada Zoya tanpa menatapnya.
"Aku tinggal di sini, apakah kau juga pindah kemari?" Zoya balik bertanya.
"Iya." Jawab Rafli singkat.
Ada satu kejadian yang membuat Rafli mendadak kaya raya. Dia pindah ke apartemen itu untuk jauh dari kediaman orang tua Zoya. Tapi ternyata takdir malah membuat mereka bertetangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments