Zoya masih terdiam, gadis itu sedang berfikir keras. Apa jawaban yang harus dia berikan, untuk permintaan Bu Rania yang berat itu.
"Bagaimana Zoya, kau mau kan menuruti permintaanku? Anggap saja ini permintaan terakhirku." Ucap Rania
"Bu Rania jangan berbicara seperti itu. Saya yakin Bu Rania akan cepat kembali pulih seperti sedia kala." Ucap Zoya seraya memegang tangan atasannya yang terbaring lemas di brankar.
"Mungkin aku masih bisa sedikit membaik, namun untuk melayani dan memberikan keturunan pada suamiku itu tidak mungkin bisa. Aku ingin mas Andreas melanjutkan mimpinya mempunyai seorang putra." Ucap Rania seraya membayangkan impiannya bersama Andreas dahulu.
"Baiklah Bu Rania, saya setuju. Tapi saya ingin Bu Rania semangat untuk sembuh." Ucap Zoya, gadis belia itu akhirnya menyetujui peemintaan atasannya. Mungkin ini yang bisa dia lakukan untuk membalas kebaikan Bu Rania.
Mendengar persetujuan Zoya, otomatis Rania langsung senang. Dia langsung meminta di bantu untuk duduk. Dia ingin memeluk Zoya.
"Terima kasih ya Zoya, Aku senang kau mau menerima permintaanku. Aku akan meyakinkan suamiku untuk menikahimu." Ucap Rania yang tiba-tiba seperti memiliki tenaga lagi, tidak lemas seperti tadi.
"Saya akan melakukan apapun asalkan Bu Rania harus semangat untuk sembuh." Ucap Zoya meski sebenarnya ini berat baginya. Karena dirinya sudah mempunyai calon suami. Tapi untuk memenuhi permintaan Bu Rania dia akan merelakan hubungannya dengan sang pacar.
.
.
Saat ini di kamar vvip tempat Rania di rawat, sudah ada Andreas juga Zoya yang duduk berdampingan di sebelah bed brankar Rania. Tidak lain mereka sedang membahas tentang pernikahan kedua Andreas dengan Zoya.
"Mas Zoya sudah menyetujuinya. Aku harap kau juga menyetujui permintaanku ini." Ucap Rania
Andreas masih menunduk sembari memegangi keningnya yang serasa mau pecah. Mana mungkin dia bisa menikahi wanita lain, di saat istri tercintanya sedang berjuang melawan penyakit yang diderita.
"Mas aku mohon, anggap saja ini sebagai permintaan terakhirku. Sebelum aku meninggalkanmu." Ucap Rania
"Tidak Rania, cukup! Kamu akan tetap hidup. Aku akan terus mencarikan pengobatan terbaik untukmu." Ucap Andreas bersikeras menolak untuk menikah lagi.
"Mas, mungkin aku bisa diobati, aku akan menahan rasa sakitnya untukmu. Tapi, aku tidak akan bisa melayanimu seperti istri seutuhnya. Kau butuh keturunan untuk penerus nantinya. Sementara aku tidak akan bisa memberikan itu." Ucap Rania mencoba membujuk suaminya.
"Yang kubutuhkan hanya kau sehat dan terus menemaniku. Aku tidak butuh istri lainnya!" Seru Andreas menekankan bahwa dirinya menolak untuk menikah dengan Zoya.
Tiba-tiba saja Rania kejang. Hal itu tentu membuat Andreas juga Zoya panik. Andreas berlari keluar memanggil dokter, sementara Zoya berusaha menyadarkan Rania. Saat tim dokter datang, Zoya pun keluar. Dia bersama Andreas menunggu di luar.
Terlihat kecemasan di wajah Andreas. Dia terus berdiri di depan pintu. Berharap dokter segera keluar. Beberapa menit kemudian pandangan Andreas beralih pada Zoya yang duduk di kursi tunggu.
"Apa kau sadar dengan keputusanmu?" Tanya Andreas dengan emosi tinggi.
"Maaf Tuan Andreas, saya tidak bermaksud apapun." Jawab Zoya seraya menundukkan kepala. Dia tidak berani menatap tuannya itu.
"Ku tegaskan padamu, aku tidak akan pernah menikah lagi dengan siapapun. Termasuk kau!" Seru Andreas
Bentakan Andreas membuat Zoya sangat takut. Gadis itu sudah menebak dari awal jika keadaannya akan seperti ini.
"Permisi anda keluarga dari pasien? Dokter menyuruh anda masuk." Ucap salah satu perawat.
Andreas pun langsung bergegas masuk ke dalam meninggalkan Zoya.
Di dalam terlihat Rania sudah tidak kejang. Namun wanita itu tidak sadarkan diri.
"Dokter, apa yang terjadi dengan istri saya?" Tanya Andreas dengan penuh kecemasan.
"Sepertinya sel kanker dalam tubuh Bu Rania benar-benar sudah menyebar. Itulah yang membuatnya kejang hingga tidak sadarkan diri." Jawab Dokter
"Saya sudah menyuntikkan obat untuk daya tahan tubuhnya. Semoga itu bisa membantu Bu Rania bertahan." Ucap Dokter yang kemudian meninggalkan ruangan.
Andreas menangis seraya menggenggam tangan istrinya. Mendengar perkataan dokter, hatinya sangat hancur.
"Rania sayang, kau harus kuat. Kau masih ingat kan kita pernah berjanji untuk menua bersama. Jangan meninggalkanku. Aku tidak akan sanggup tanpamu. Hanya kau wanita satu-satunya di hatiku." Ucap Andreas dengan tangis yang tak bisa terbendung.
Zoya mengintip di pintu, dia pun ikut menangis melihat kondisi Rania. Di tambah mendengar kata-kata dari Andreas yang menyentuh hati.
"Cinta Tuan Andreas untuk Bu Rania begitu besar. Mana mungkin aku bisa masuk ke dalam kehidupan mereka." Batin Zoya
.
.
Tiga Jam berlalu akhirnya Rania sadar. Andreas terlihat lega melihat istrinya kembali membuka mata.
"Sayang akhirnya kau sadar juga," Ucap Andreas sembari mengusap kepala Rania.
"Mas rasanya sakit sekali. Aku merasa seluruh tubuhku jadi susah digerakkan." Ucap Rania dengan lemas.
"Sebentar aku panggilkan dokter dulu." Andreas pun bergegas memanggil dokter. Zoya yang sedari tadi menunggu diluar, langsung mengintip ke dalam. Melihat atasannya sudah sadarkan diri, Zoya memberanikan diri untuk masuk ke dalam.
"Bu Rania syukurlah anda sudah sadar." Ucap Zoya
"Iya Zoya, tapi sepertinya aku sudah tidak kuat lagi." Ucap Rania yang merasakan seluruh tubuhnya sudah tidak bisa melawan penyakit yang menyerang.
"Bu Rania pasti kuat, Bu Rania tidak boleh putus asa." Ucap Zoya menguatkan.
Dokter masuk ke dalam untuk memeriksa Rania. Dokter kembali menyuntikkan obat dan membuat keadaan Rania sedikit tenang. Rasa sakitnya mungkin sudah berkurang. Kemudian dokter keluar lagi dari sana.
"Bagaimana sayang, apakah masih sangat sakit?" Tanya Andreas seraya menatap penuh kekhawatiran pada istrinya.
"Masih terasa sakit semua badanku mas. Terutama di perutku rasanya sangat tidak nyaman. Tapi aku akan menahannya." Jawab Rania dengan sangat pelan.
"Lebih baik kau tidur sekarang, beristirahatlah agar tenagamu kembali pulih." Ucap Andreas
"Mas, aku mohon wujudkan permintaanku. Aku tidak tahu sampai kapan aku akan bertahan. Rasanya sungguh sakit sekali. Akan lebih sakit jika aku pergi sebelum membuatmu menemukan penggantiku." Ucap Rania yang malah kembali membahas permintaanya.
Andreas terdiam, suami dari Rania itu merasa berat untuk mengiyakan permintaan sang istri.
Rania kembali meringis kesakitan. Wanita itu memejamkan matanya. Melihat itu Andreas merasa tidak tega. "Apakah aku terlalu egois meminta Rania untuk tetap bertahan? Apa aku juga egois jika menolak permintaannya?" Andreas bertanya pada dirinya sendiri di dalam hati.
"Mas ini sungguh permintaan terakhirku. Aku hanya ingin melihatmu berbahagia di sisa umurku yang tidak lama lagi."
"Jangan berbicara seperti itu Rania. Aku tidak suka kau terus berputus asa. Aku yakin kau pasti akan sembuh. Baiklah kalau itu keinginanmu. Aku akan menikah dengan Zoya." Ucap Andreas yang akhirnya menyetujui untuk menikah dengan Zoya.
Rania langsung mengembangkan senyuman dibibirnya yang pucat. Sementara Zoya tersentak mendengar keputusan tuannya. Karena saat pernikahan itu terjadi, itulah awal perjalanan hidup barunya di mulai. Pastinya semua ini tidak akan mudah ia jalani.
"Baiklah kalau begitu segeralah mempersiapkan pernikahan mas, beritahu keluarga kita juga keluarga Zoya." Ucap Rania dengan senyum yang melegakan.
"Iya, aku akan mengurus semuanya. Istirahatlah sekarang." Ucap Andreas, Rania pun mengangguk dan segera memejamkan matanya. Andreas mendaratkan ciuman di kening Rania.
Ruangan vip itu sekarang menjadi hening. Andreas hanya terdiam seraya terus menatap istrinya yang mulai tertidur pulas. Sementara Zoya sejak tadi hanya berdiri di dekat pintu tanpa bergeser sedikitpun. Dia cukup merasa tegang saat ini. Tidak tahu harus berbuat apa.
Tiba-tiba saja Andreas beranjak dari tempat duduknya melangkah keluar dari ruangan. "Aku ingin bicara denganmu!" Ucap Andreas tanpa menoleh sedikitpun pada Zoya yang jelas dilewatinya.
Dengan langkah ragu Zoya mengikuti Andreas. Jantungnya cukup berdebar dengan kencang. Dia tahu Tuan Andreas pasti akan membentakinya seperti tadi.
"Langsung to the point saja ya, aku memang menyetujui pernikahan ini. Tapi kau jangan pernah berharap lebih dariku!" Ucap Tuan Andreas
"I-iya tuan, saya juga sadar diri." Ucap Zoya dengan gemetar.
"Baguslah, karena sampai kapanpun Rania lah yang ada di hatiku. Hanya dia wanita satu-satunya. Tidak akan tergantikan." Ucap Andreas kembali menekankan. Kemudian pria itu pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Anisah Nisah
lama" juga nanti bucin kamu ndre
2023-03-10
1