Heiven menyusuri ruangan demi ruangan yang ada di dalam Goa ini. Namun, ia belum juga menemukan jalan keluar dari tempat ini.
Untungnya setiap kali ini memasuki sebuah ruangan, ia tak pernah pergi dengan tangan kosong. Ya! Di dalam Goa ini ternyata terdapat banyak sekali emas dan batu permata yang tergeletak begitu saja di setiap ruangan seakan-akan semua harta itu adalah benda yang tak ada harganya.
Selain itu, Heiven juga menemukan beberapa botol pil yang kegunaannya belum ia ketahui. Namun, ia yakin bahwa semua pil yang ada di dalam botol itu bukanlah pil biasanya dan akan sangat membantu dirinya selama berada di dunia masa lalu ini.
Tanpa berpikir panjang, Heiven segera memasukkan semua benda yang ia temukan ke dalam cincin penyimpanan. Sebab, ia sama sekali tak memiliki bekal apapun ketika tiba di zaman ini.
Dengan adanya semua harta yang ia temukan di dalam Goa ini maka ia tidak perlu khawatir lagi bagaimana caranya untuk membeli makanan ataupun mencari tempat tinggal. Sebab, semua emas dan batu permata yang ia miliki saat ini sudah lebih dari cukup untuk membeli semua hal ini.
Heiven sempat berpikir jika semua harta karun yang ada di dalam Goa memang sengaja disiapkan oleh Dewi Nuwa untuk menunjang kelangsungan kehidupannya selama menjalankan tugas di zaman ini.
Saat ini hanya tersisa satu ruangan saja yang belum ia telusuri. Heiven sebenarnya enggan memasuki ruang ini karena letak ruangan itu berada jauh di bawah tanah dan terdapat banyak sekali akar pohon berduri yang hampir di sekitar pintu masuknya. Seolah-olah ruang ini memang telah disegel karena alasan yang sangat berbahaya.
Namun, Heiven tidak punya pilihan lain karena pintu keluar Goa ini sepertinya memang berada di dalam ruangan itu.
Dengan sangat hati-hati, Heiven mulai memasuki ruang itu sambil menghindari semua akar pohon berduri yang sangat beracun saat ia melangkah.
Setelah sampai di dalam ruangan, Heiven tidak melihat apapun selain sebuah pohon besar yang terlihat sangat kokoh. Jika dilihat dari ukuran batangnya pohon itu seharusnya berusaha lebih dari sepuluh ribu tahun.
Heiven melihat sekeliling ruangan ini seakan-akan sedang mencari sesuatu dengan raut wajah yang sudah terlihat kesal. “Di mana sebenarnya pintu keluar Goa ini? Jika tahu akan jadi seperti ini, aku pasti akan menanyakan bagaimana cara keluar dari Goa ini sebelum Dewi Nuwa menghilang.”
Heiven menatap lekat ke arah Pohon Besar itu karena di dalam ruangan ini sama sekali tidak ada apapun selain sebuah pohon besar yang seolah-olah sedang menyembunyikan sesuatu di baliknya.
Awalnya, Heiven tak menaruh curiga sedikitpun pada pohon besar itu karena pohon itu sama sekali tidak mengeluarkan ancaman apapun pada dirinya.
Akan tetapi, saat ia melihat adanya aliran angin yang muncul dari belakang pohon itu, ia menjadi semakin curiga bahwa pohon besar itu memang telah menutupi jalan keluar dari Goa ini.
Heiven pun segera mengeluarkan tombak pusaka miliknya yang saat ini telah berubah menjadi sebuah tongkat sihir. Ia membutuhkan bantuan sebuah senjata karena sihir yang akan ia gunakan untuk menghancurkan pohon besar itu adalah sihir elemen api tingkat menengah.
Akan tetapi ...
Whoost ...
Tekanan energi yang sangat kuat dan memiliki kekuatan penghancuran yang setara dengan sebuah badai tiba-tiba memancar dari tongkat sihir yang ada di tangannya begitu ia mulai membaca sebuah mantera.
Heiven tentu saja menjadi bingung karena ini adalah percobaan pertamanya menggunakan sihir dengan sebuah tongkat sihir. Dan, kekuatan sihir yang seharusnya keluar dari tongkat sihir miliknya seharusnya adalah elemen api bukan elemen angin.
Sesosok bayangan yang menyerupai sebuah jiwa akhir keluar dari tongkat sihir itu dan menatap Heiven dengan dingin. Ukuran tubuh sosok jiwa itu hanya sepanjang jari telunjuk orang dewasa.
Namun, tekanan energi yang memancar dari jiwa itu sangatlah luas biasa dan sanggup membuat seluruh ruang ini berguncang saat kemunculannya.
“Jiwa Jahat!” celetuk Heiven saat teringat kembali ucapan Dewi Nuwa bahwa di dalam senjata pusaka miliknya tersegel sebuah jiwa dari makhluk yang sangat jahat.
Sesosok jiwa itu segera terbang menghampiri Heiven dan berhenti tepat di depan wajah. “Jiwa Jahat?! Sebutan macam apa itu? Aku adalah Raja Penyihir, Yu Hao.”
“Jika kau tidak jahat maka bagaimana mungkin Dewa Waktu memenjarakanmu di dalam senjata pusaka miliknya. Apakah kau pikir seorang Dewa akan menghukum tanpa alasan yang jelas? Aku perintahkan kau kembali ke tempatmu sebelum aku menggunakan warisan kekuatan dari Dewa Waktu untuk menghancurkan jiwamu,” ancam Heiven sambil mengubah kembali tongkat sihir yang ada di tangannya menjadi tombak pusaka.
Heiven sengaja menunjukkan tombak pusaka warisan Dewa Waktu di hadapan Yu Hao untuk mendukung ancamannya. Ia sebenarnya hanya berniat menggertak saja karena Dewa Waktu sama sekali tak mewariskan pengetahuan tentang bagaimana cara menyegel kembali jika Yu Hao berhasil melepaskan diri dari kurungan tombak pusaka itu.
Raut wajah Yu Hao yang tadinya terlihat dingin seketika berubah menjadi semakin ramah saat melihat tombak pusaka yang ada di tangan Heiven. Ia bahkan sempat tersenyum pada Heiven lalu berkata. “Sepertinya kau salah paham padaku. Aku sama sekali tak berniat menyakitimu. Justru aku ingin berterimakasih padamu karena telah membebaskanku dari hukuman yang telah diberikan oleh Dewa Waktu.”
“Apakah kau pikir aku sama sekali tidak melihat niat membunuh yang tersembunyi di balik tatapan dinginmu sebelumnya?” balas Heiven.
“Sebelumnya aku sama sekali tidak tahu jika kau ada pewaris dari Sang Dewa Waktu dan mengira bahwa kau adalah seorang pencuri yang ingin mengambil warisan Dewa Waktu. Aku meminta maaf untuk hal itu dan mulai sekarang, aku berjanji akan menuruti semua perintahmu dan akan menjagamu seperti seorang seorang pengawal.”
Heiven tentu saja tak bisa percaya begitu mudah dengan ucapan manis yang keluar dari mulut Yu Hao. Ia pun terus memberikan berbagi macam pertanyaan untuk menyelidiki sifat asli jiwa jahat ini, termasuk mengenai masa lalu Yu Hao dan penyebab kenapa Sang Dewa Waktu sampai harus menghukumnya di dalam tombak pusaka.
Dan, semua jawaban yang diberikan Yu Hao hampir mirip dengan apa yang telah diceritakan oleh Dewi Nuwa sebelumnya.
“Kalau begitu cepat bawa aku pergi dari Goa ini,” seru Heiven memberi perintah setelah cukup yakin bahwa Yu Hao telah benar-benar tunduk padanya.
“Itu adalah hal yang mudah.”
Yu Hao segera menggunakan kekuatan sihirnya untuk menghancurkan pohon besar itu dan memperlihatkan sebuah lorong yang terlihat sangat gelap.
Ternyata semua akar pohon berduri yang ada di ruangan ini bukan berasal dari pohon besar itu melainkan dari dalam lorong ini. Entah apa yang sebenarnya ada di ujung lorong ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
permana2579
lanjut thor, mantap 👍🏻
2022-12-27
1