Ch. 10 — Lin Yao.

...“Sihir Elemen Api — Bola Api.”...

Bola api raksasa tiba-tiba muncul dari balik sebuah pohon dan melesat lurus ke arah wajah monster beruang.

Dari tekanan kekuatan yang dihasilkan, memang bola api itu tidak akan mungkin bisa membunuh monster beruang hanya dalam sekali serang. Namun, bola api itu setidaknya akan meninggalkan luka di tubuh monster beruang dan dapat memecah perhatiannya.

Boom ....

Bola api itu menghantam wajah monster beruang dengan telak. Ia sama sekali tak menghindari serangan itu dan terkesan menganggap remeh serangan bola api yang akan menghantam dirinya.

...“Sihir Elemen Es — Kabut Kesunyian.”...

Seketika, pandangan monster beruang menjadi kabur saat kabut yang tebal tiba-tiba muncul dan mengelilingi dirinya kemanapun dia bergerak.

Heiven terpaksa menggunakan dua mantera sihir untuk menghentikan pergerakan monster beruang karena sihir elemen api yang ia gunakan pada serangan pertama tidak memberikan efek yang signifikan pada tubuh monster beruang.

Wanita yang akan diserang oleh monster beruang pun terlihat terkejut saat melihat kabut tebal yang menyerupai sebuah awan itu hanya mengikuti monster beruang saja.

“Ayo kita cepat pergi dari sini! Aku tidak tahu berapa lama kabut buatanku itu akan mampu menahan pergerakan monster beruang itu.” Heiven tiba-tiba muncul di samping wanita itu dan segera membawa lari meninggalkan tempat ini.

Setelah berhasil keluar dari Goa misterius itu, Heiven ternyata melakukan perjalanan ke arah selatan karena tertarik dengan suara keributan yang berasal dari arah itu. Dengan kecepatan penuh, ia berlari ke arah selatan dan menentukan jika sumber keributan itu adalah suara pertempuran antara seorang wanita dengan seekor monster yang begitu mengerikan.

Heiven harus memanfaatkan kesempatan yang singkat ini untuk segera melarikan diri sejauh mungkin dari kejaran monster beruang. Sebab, kekuatan yang ia miliki saat ini masih belum cukup untuk berduel satu lawan satu dengan monster beruang yang sekuat itu.

Setelah berlari sekitar dua puluh menit, mereka berdua akhirnya melihat sebuah Goa yang ada di sebelah kanan jalan setapak.

“Kita bersembunyi dulu di Goa itu dulu sambil menunggu bala bantuan tiba di tempat ini,” ajak wanita itu sambil menunjuk ke arah Goa.

Heiven melihat sekilas Goa itu lalu berbelok arah ke arah mulut Goa. Dalam keadaan seperti ini, ia tidak perlu berpikir panjang untuk membuat sebuah keputusan. Sebab, saat ini ia memang tidak memiliki pilihan lain.

Selain itu, Goa ini tampaknya cukup aman untuk dijadikan tempat persembunyian dari kejaran monster beruang karena pintu masuk Goa yang hanya sebesar satu meter saja tidak akan mungkin bisa dilewati oleh monster beruang yang berukuran raksasa.

“Terimakasih karena telah menolongku. Perkenalkan, namaku Xiao Lin Yao.”

Wanita itu berinisiatif untuk memperkenalkan diri sebagai wujud rasa terimakasihnya. Sebab, tanpa bantuan Heiven mungkin saat ini ia telah meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya.

Heiven sempat terpana untuk sesaat ketika melihat wajah wanita yang baru saja ia tolong itu dari jarak yang sangat dekat. Ia baru menyadari jika wanita yang baru saja ia tolong ternyata memiliki paras yang sangat cantik layaknya seorang dewi.

Rambutnya yang berwarna sehitam malam membuatnya tampak lebih elegan dengan kulit yang seputih salju. Ditambah lagi pakai yang dipakai wanita itu tampaknya tidak biasa dan terlihat seperti pakaian yang biasa digunakan oleh seorang bangsawan kerajaan.

“Na … Namaku Heiven.” Heiven tampak gugup karena tertangkap basah sedang melamun. Ia pun mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan layaknya orang yang berkenalan pada umum.

Heiven sengaja tidak menyebutkan nama marganya karena ia tidak ingin merubah segala sesuatu yang ada di masa depan. Selain itu, wanita yang baru ia temui ini juga bermarga Xiao yang memungkinkan besar adalah leluhurnya di masa lalu.

“Heiven ... Surga. Nama yang sangat menarik.” Lin Yao membalas uluran tangan Heiven itu dengan tawa renyah saat melihat Heiven menjadi salah tingkah ketika berhadapan langsung dengan dirinya dari dekat. Sebab, sebelumnya Heiven terlihat begitu berani saat menyelamatkan dirinya dari serangan monster beruang raksasa.

Lin Yao melirik tombak pusaka yang ada di tangan Heiven lalu lanjut bertanya. “Dari kerajaan mana kau berasal? Seharusnya kau bukanlah Ksatria yang berada dari wilayah di sekitar sini.”

Di zaman ini hanya seorang Prajurit dan Ksatria saja yang selalu memegang sebuah senjata kemanapun ia pergi. Sedangkan para penyihir biasanya hanya memegang sebuah tongkat sihir.

Lin Yao juga menyadari jika pakaian yang dikenakan Heiven terlihat cukup aneh dan belum pernah ia lihat sebelum. Sebab, pakaian yang dipakai Heiven saat ini terlihat sederhana tapi memiliki kesan yang begitu rapi layaknya pakaian seorang bangsawan kerajaan.

“Aku tidak berasal dari kerajaan manapun. Aku adalah seorang penyihir yang berasal dari sebuah wilayah terpencil yang mencoba untuk mencari pengalaman di dunia luar sambil belajar tentang sihir dari alam.”

Heiven tidak bisa mengatakan jika ia sebenarnya berasal dari masa depan. Sebab, ia belum tahu Lin Yao ini berada di pihak yang mana. Jika Lin Yao ternyata berada di pihak penyihir kegelapan maka ia sama saja dengan mengundang bahaya bagi dirinya sendiri.

Selain itu, Ia juga ingat tentang salah satu ucapan Dewi Nuwa yang menyebutkan jika Planet ini didominasi oleh para penyihir dan sama sekali tidak memiliki seorang kultivator. Jadi, yang dimaksud Ksatria oleh Lin Yao seharusnya adalah seorang kultivator hanya saja di dunia ini belum mengenal istilah tentang kultivasi.

“Penyihir?!” Lin Yao menyipitkan matanya menatap Heiven lebih terutama pada tombak pusaka yang ada di tangan kanannya “Sejak kapan para penyihir menggunakan sebuah tombak sebagai senjata? Apakah tongkat sihir sudah kehilangan arti di mata para penyihir?”

Heiven mengangkat tangan kanannya dan mendekatkan tombak pusaka yang ada di tangannya ke arah Lin Yao. “Lihatlah baik-baik!”

Dengan kemampuan khusus yang diberikan oleh Dewi Nuwa, Heiven segera merubah tombak pusaka itu menjadi sebuah tongkat sihir tepat di depan Lin Yao.

“Tombak pusaka ini sebenarnya adalah sebuah tongkat sihir. Biasanya aku menggunakan kekuatan sihirku untuk merubah tongkat sihir ini menjadi sebuah tombak jika aku ingin menyerang musuhku dari jarak dekat,” jelas Heiven.

Lin Yao lalu menunjuk tongkat sihir yang ada di tangan Heiven. “Coba tunjukkan padaku bagaimana kau menggunakan tongkat sihir itu untuk menyerang saat berada dalam bentuk sebuah tombak.”

Heiven tampak ragu saat mendengar permintaan Lin Yao karena ia takut rahasia tentang tombak pusaka ini akan terbongkar. Apalagi ia belum mengetahui apakah tempat ini aman dari para penyihir kegelapan.

“Baiklah! Kalau begitu lihatlah baik-baik. Aku akan membuatmu percaya jika aku adalah seorang penyihir,” jawab Heiven setelah berpikir sejenak.

Heiven segera merubah tongkat sihirnya menjadi sebuah tombak dan mengerakkannya sambil membaca sebuah mantera.

Kekuatan elemen api yang cukup kuat seketika memancar dari ujung tombak yang ada di tangan Heiven.

Lin Yao mulai berpikir jika apa yang diucapkan Heiven tentang identitasnya sebagai seorang penyihir bukanlah sebuah omong kosong biasa. Sebab, mustahil bagi seorang Ksatria untuk menggunakan mantera sihir sekuat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!