Wujud Dewi Nuwa menjadi semakin memudar setelah ia melihat Heiven mengeluarkan peta itu. Sebab, sebagian besar kekuatan yang tersimpan di dalam jiwanya telah ia berikan para Heiven selama proses pewarisan kekuatan itu.
Namun, sebelum ia pergi meninggalkan tempat ini, Dewi Nuwa harus mengatakan sesuatu pada Heiven.
“Kau harus menyembunyikan keberadaan tombak pusaka itu pada siapapun. Sebab, di dalam tombak pusaka itu terdapat jiwa dari makhluk yang sangat jahat. Saat itu, Dewa Waktu terpaksa mengurung jiwa makhluk jahat itu ke dalam tombak pusaka miliknya karena tidak ada satu pun kekuatan di dunia ini yang dapat menandingi kekuatan makhluk itu selain kekuatan waktu.”
Sebuah cahaya yang sangat menyilaukan mata melesat dari ujung jari telunjuk Dewi Nuwa dan menabrak tombak pusaka yang ada di tangan Heiven dan merubah tombak pusaka itu menjadi sebuah tongkat sihir.
“Aku sengaja merubah bentuk tombak pusaka itu menjadi sebuah tongkat sihir agar tidak terlalu menarik perhatian saat kau membawanya selama perjalanan. Namun, tombak pusaka itu sama sekali tidak kehilangan wujud aslinya dan dapat berubah kapan saja menjadi sebuah tombak sesuai dengan keinginanmu.”
Dewi Nuwa akhirnya menghilang dari pandangan Heiven dengan meninggalkan misteri yang tersimpan di dalam tombak pusaka warisan Dewa Waktu yang saat ini berada di tangan Heiven, yaitu tentang makhluk jahat yang terpenjara di dalam tombak pusaka itu.
Ruangan di dalam Goa misterius ini kembali menjadi sunyi dan gelap gulita setelah Dewi Nuwa meninggalkan tempat ini.
Dalam keadaan yang sangat gelap seperti ini, sangat mustahil baginya untuk mempelajari peta yang ada di tangan kirinya. Heiven pun lalu memutuskan untuk menyimpan kembali peta dan tongkat sihir yang ada di tangannya ke dalam cincin penyimpanan.
Ia lalu melihat sekeliling dan tak menemukan sesuatu yang dapat ia gunakan sebagai sumber penerangan. Ia pun berniat untuk mencoba kekuatan sihir yang baru saja ia dapatkan.
“Sepertinya ini adalah waktu yang cocok untuk mencoba beberapa mantera sihir tingkat rendah. Tapi, mantera sihir apa yang cocok untuk aku gunakan sebagai penerangan?”
Heiven hanya terpikir untuk menggunakan kekuatan elemen cahaya sebagai penerangan. Tapi, penggunaan sihir elemen cahaya terlalu menguras banyak energi walaupun yang ia gunakan hanyalah sihir elemen cahaya tingkat rendah.
Ia akhirnya beralih ke mantera sihir api setelah membaca berapa tulisan yang ada di dalam pikirannya. Sebab, pengguna sihir api tidak membutuhkan energi yang cukup besar.
Heiven mulai memfokuskan pikiran dan energi yang ada di dalam tubuhnya agar berkumpul di telapak tangannya. Setelah itu, ia baru membaca mantera untuk mengubah energi itu menjadi kekuatan elemen api.
...“Sihir Elemen Api — Kobaran Api.”...
Whoost ...
Seketika, kobaran api berwarna merah mulai berkobar di tangan kanan Heiven layaknya sebuah obor. Namun, Heiven sama sekali tidak merasa kepanasan.
Sihir memang tidak akan mampu melukai penggunanya selama penggunaannya memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan efek serangan balik.
Dengan api yang ada di tangan kanannya Heiven kembali menyusuri Goa dan mencari jalan keluar.
**
Sementara itu, jauh ke arah selatan.
Sekelompok orang sedang melakukan perjalanan menyeberangi sebuah hutan yang terkenal sangat angker dan juga berbahaya.
Dilihat dari pakaian yang mereka kenakan mereka semua adalah sekelompok pedagang yang menyeberangi hutan ini untuk pergi ke Kerajaan terdekat.
Tentu saja selama perjalanan para pedagang ini telah menyewa jasa beberapa orang penyihir untuk mengawal perjalanan mereka.
Namun, sebuah hal yang tak terduga tiba-tiba terjadi …
Puluhan ekor monster yang sangat mengerikan tiba-tiba muncul dan menghadang perjalanan mereka.
Wujud monster itu menyerupai seekor beruang setinggi tiga meter dengan kuku cakar dan taring yang panjang dan sangat tajam.
Tanpa menunggu waktu lagi, para monster itu langsung menyerang para pedagang yang ada di hadapan mereka.
Tampaknya para monster ini sedang kelaparan karena jarang sekali ada manusia yang berani masuk ke dalam hutan. Sedangkan para hewan liar yang biasanya menjadi buruan mereka jumlahnya juga tiba-tiba semakin berkurang dan sulit dijumpai.
Keempat penyihir yang disewa oleh para pedagang itu tentu saja tidak tinggal diam. Mereka berempat segera menyatukan kekuatan dan bertarung dengan para monster itu dengan kekuatan penuh.
Dalam sekejap, hutan yang tadinya sangat sunyi langsung menjadi medan perang yang dipenuhi dengan suara ledakan.
Para penyihir itu menggunakan sihir terkuat yang mereka miliki untuk melawan para monster yang jumlahnya hampir mencapai delapan puluh ekor.
Secara jumlah, para penyihir ini memang kalah jauh. Namun, sebagai seorang manusia, para penyihir ini memiliki kemampuan dan kecerdasan yang melebihi para monster.
Berbagai macam mantera sihir tingkat tinggi mereka gunakan untuk menyerang sekelompok monster yang berusaha menyerang para pedagang.
Namun, jumlah para monster itu memang terlalu banyak sehingga mereka harus berkerja lebih keras dari biasanya.
Dalam kurun waktu satu jam, Ke-empat penyihir itu telah berhasil membunuh separuh dari jumlah para monster yang ada di sini dalam sebuah pertempuran yang sangat sengit.
Namun, hal itu harus dibayar mahal oleh ke-empat penyihir itu karena cadangan energi yang ada di dalam tubuh mereka telah mengering dan tak mampu lagi menggunakan kekuatan sihir dalam kurun waktu tertentu.
Keempat penyihir itu pun hanya bisa terduduk di tempat mereka berdiri sebelumnya sambil berusaha menyerap energi alam yang ada di sekitarnya agar cadangan energi yang ada di dalam tubuh mereka segera pulih.
Para monster yang menyadari hal itu tentu saja tak ingin membiarkan ke-empat penyihir itu untuk memulihkan diri. Mereka semua mengalihkan perhatian ke arah ke empat peryihir itu lalu melompat sambil mengarahkan cakarnya yang lebih tajam dari sebuah pedang.
...“Sihir Elemen Kayu — Penjara Alam.”...
Suara seorang wanita tiba-tiba bergema di sekitar hutan disusul dengan kemunculan akar pohon raksasa yang langsung menjerat semua monster itu dan mengunci pergerakan mereka semua.
Wanita misterius itu lalu pergi menghampiri para pedagang dan berkata. “Cepat bawa para penyihir itu meninggalkan tempat ini. Aku akan menahan para monster ini untuk sementara waktu. Dan, kalian semua jangan lupa memberitahukan apa yang telah terjadi di tempat ini pada para prajurit penjaga yang ada di gerbang perbatasan agar mereka bisa segera mengirim bala bantuan kemari.”
“Tapi, Nona ...”
“Tidak ada tapi-tapian! Cepat pergi tinggalkan tempat ini karena kehadiran kalian di tempat ini hanya akan mengganggu konsentrasiku.”
Seorang pedagang terlihat enggan untuk meninggalkan wanita ini sendirian di tengah hutan bersama para monster. Meskipun ia tahu jika wanita ini memiliki kekuatan sihir yang cukup tinggi.
Akan tetapi, wanita itu sama sekali tak membiarkan pria itu menyelesaikan kata-katanya dan meminta mereka semua untuk segera meninggalkan tempat ini dan pergi ke Kerajaan terdekat.
Para pedagang itupun akhirnya pergi meninggalkan hutan ini bersama para peryihir yang dalam keadaan tak sadarkan diri karena kehabisan energi.
Tentu saja para pedagang ini mempercepat perjalanan mereka karena khawatir dengan keselamatan wanita yang telah menjadi dewi penolong mereka semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments