Ch. 4 — Dewi Nuwa.

Peti mati misterius yang membawa Heiven ke dimensi lain akhirnya mendarat di suatu tempat yang sangat gelap. Bahkan bisa dikatakan lebih gelap dari malam. Sebab, sinar matahari tak mampu menembus tempat ini.

Heiven dapat merasakan peti mati misterius itu telah berhenti bergerak dan pengekangan yang ada di tubuhnya juga telah menghilang karena ia sekarang dapat menggerakkan kedua tangan dan kakinya dengan leluasa.

Tanpa membuang banyak waktu lagi, ia langsung mendobrak penutup peti mati itu dengan kuat. Sebab, ia sudah tak tahan lagi berada di dalam ruangan yang sangat sempit dan juga pengap ini. Untung saja ada sedikit cadangan udara di dalam peti mati itu yang memungkinkan dirinya untuk tetap bernafas selama terjebak di dalam sana.

Namun, Heiven kembali dibuat terkejut ketika keluar dari peti mati itu kerena ia sama sekali tak bisa melihat apapun di tempat ini.

Di depan matanya hanya ada kegelapan tanpa batas yang sunyi senyap. Sama sekali tidak ada suara apapun kecuali suara langkah kakinya sendiri.

“Di mana aku? Jangan-jangan peti mati misterius itu memiliki kekuatan sihir untuk berpindah tempat.”

Heiven akhirnya memutuskan menelusuri tempat yang sangat gelap ini. Ia berjalan dengan perlahan dan sangat ekstra hati-hati karena ia harus meraba-meraba dinding dan tanah yang ada di sekitarnya.

Setelah cukup lama berjalan, ia akhirnya melihat setitik cahaya di kejauhan. Ia pun segera bergegas berlari menuju ke tempat itu dan tak memikirkan lagi jebakan yang mungkin saja ada di tempat ini. Sebab, dalam pikirannya saat ini hanya ada satu tujuan yaitu mencari jalan keluar.

Akan tetapi, ia harus kecewa setelah sampai di tempat yang diterangi oleh cahaya ini. Sebab, cahaya yang ada di dalam ruangan ini bukan berasal dari dunia luar melainkan dari sebuah patung seorang dewi yang sangat cantik.

Di dalam ruangan ini juga Heiven akhirnya mengetahui jika dirinya saat ini sedang berada di dalam Goa dasar laut. Sebab, semua dinding yang mengitari ruangan ini terbuat dari bebatuan tembus pandang yang memungkinkan dirinya untuk melihat ke dunia luar.

Tentu saja Heiven tak bisa percaya dengan apa yang ia lihat. Ia beberapa kali mengusap matanya untuk memastikan jika pemandangan yang ada di hadapannya bukanlah sebuah Ilusi. Bahkan, ia sempat menampar pipinya sendiri agar terbangun jika apa yang ia lihat saat ini hanyalah sebuah mimpi.

Namun, semua pemandangan yang ada di hadapannya saat ini ternyata benar-benar nyata. Ia pun lalu mendekati patung Dewi yang ada di tengah-tengah ruang ini. Sebab, ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan patung itu.

“Berhenti!!”

Suara seorang wanita tiba-tiba menghentikan Heiven ketika tangan kanannya hampir menyentuh wajah patung sang dewi.

Heiven yang merasa penasaran segera memutar tubuhnya dan melihat sekelilingnya untuk mencari siapa pemilik suara yang terdengar sangat indah itu.

Namun, ia tak melihat seorang pun berada di sekitar ruang ini selain dirinya. “Apa suara misterius yang barusan adalah suara hantu laut?”

Heiven teringat dengan film yang pernah ia lihat beberapa bulan yang lalu. Di mana salah satu adegan dalam film itu menunjukkan adanya sebuah Goa misterius yang menjadi sarang bagi para hantu laut yang memiliki paras yang sangat cantik.

“Siapa yang kau sebut hantu laut? Mana ada hantu laut yang bisa dibandingkan dengan diriku?”

Patung Dewi yang ada di hadapan Heiven tiba-tiba berubah menjadi sesosok wanita yang cantik jelita.

Selama hidupnya, Heiven tidak pernah melihat seorang wanita yang memiliki kecantikan seperti ini. Ia pun secara refleks ingin menyentuh wajah yang seputih dan sehalus mutiara itu.

Akan tetapi, hembusan angin yang kuat tiba-tiba muncul dan menghempaskan Heiven ke atas pintu masuk ruangan ini.

“Jangan bersikap kurang ajar! Apakah kau pikir tubuh ini bisa dengan bebas disentuh oleh seorang manusia? Jika kau berani melakukan hal seperti itu lagi maka aku akan membuangmu ke luar dan membiarkan para hewan laut itu menjadikanmu makanan mereka.”

Heiven langsung meminta maaf setelah menyadari kesalahannya. Ia pun lalu memberanikan diri untuk menanyakan siapa sosok Dewi yang ada di depannya itu dan mendapatkan sebuah jawaban yang tak masuk akal.

“Kau pasti bohong! Dewi Nuwa seharusnya telah lama menghilang setelah Bumi ini diciptakan. Sebab, Dewi Nuwa telah membakar sebagian besar essensi hidupnya untuk mengembalikan kehidupan di Planet Mati ini,” bantah Heiven karena ucapan Dewi itu bertentangan dengan sejarah yang telah tertulis selama puluhan ribu tahun.

“Haha ... Aku tidak tahu dari mana cerita itu berasal. Tapi, aku adalah Dewi Nuwa. Jika kau tidak percaya, maka aku akan menunjukkan sebuah bukti yang dapat menjelaskan identitasku.”

Kening Dewi Nuwa tiba-tiba mengeluarkan cahaya yang sangat terang dan mulai memperlihatkan gambaran masa lalu Dewi Nuwa dari mulai kecil sampai ia menjadi seorang Dewi yang cukup disegani di Alam Dewa karena kekuatan dan welas asihnya.

Heiven akhirnya mempercayai bahwa sosok dewi yang ada di hadapannya saat ini adalah Dewi Nuwa. Ia pun lalu kembali memberikan pertanyaan tentang tempat keberadaannya saat ini.

Dewi Nuwa lalu menunjuk ke arah salah satu dinding di mana terdapat seekor ikan yang sangat besar berenang dengan bebas sebagai jawaban. “Lihat lah ikan itu! Aku sangat yakin jika ikan itu telah lama menghilang dari Dunia asalmu.”

Heiven menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Dewi Nuwa dan tampak terkejut. Sebab, ikan yang ada di hadapannya ini telah lama dinyatakan punah sejak zaman dinosaurus berakhir. Lalu bagaimana caranya ikan yang telah lama punah ini bisa berada di hadapannya?

Dewi Nuwa lalu memberikan penjelasan singkat pada Heiven bahwa saat ini dia telah kembali ke masa lalu.

“Bagaimana mungkin? Tidak …!! Semua ini pasti hanya sebuah mimpi,” ucap Heiven tak percaya sambil bergerak mundur menjauhi dinding itu.

“Apa yang tidak mungkin di dunia ini jika takdir telah berkehendak. Bahkan akupun tidak dapat melepaskan diri dari belenggu Sang Takdir,” jawab Dewi Nuwa dengan suara tenang dan sangat berwibawa.

“Apalagi kau saat ini telah mendapatkan warisan dari Sang Dewa Waktu walaupun kau belum dapat memahami warisan itu sepenuhnya,” lanjut Dewi Nuwa melirik tombak pusaka yang ada di genggaman tangan Heiven.

“Warisan Dewa Waktu?!” Heiven tentu saja merasa bingung karena ia sama sekali tak memiliki warisan dari Sang Dewa Waktu seperti apa yang telah dikatakan Dewi Nuwa.

Ia akhirnya teringat dengan tombak pusaka yang ada di tangan kanannya. “Apakah yang kau maksud adalah tombak pusaka ini?”

Heiven menunjukkan tombak pusaka yang ada di tangan kanannya ke hadapan Dewi Nuwa dan Sang Dewi pun merespon dengan anggukan kepala.

“Kau tidak hanya mendapat tombak pusaka yang pernah dimiliki oleh Sang Dewa Waktu tapi kau juga mendapatkan mantera sihir untuk mengaktifkan kekuatan hukum waktu yang tersembunyi di dalam tombak pusaka itu. Akan tetapi, tubuhmu yang sekarang belum cukup kuat untuk menahan tekanan dari kekuatan hukum waktu.”

Heiven kembali teringat dengan mimpi yang selalu menghantui dirinya akhir-akhir ini. Setelah mendengar penjelasan dari Dewi Nuwa, ia akhirnya tahu jika semua kalimat yang selalu ia dengar di dalam mimpi adalah sebuah mantera sihir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!