Alexa dan semua tim yang masih berada di mulut Goa segera bergegas mendekati mulut Goa saat melihat Heiven dengan begitu mudahnya masuk ke dalam Goa. Padahal mereka semua sebelumnya selalu dihalangi oleh kemunculan kabut tebal yang sangat aneh begitu mencoba memasuki Goa.
Akan tetapi, mereka semua ternyata kembali dihadang oleh kemunculan kabut misterius dan dihempaskan kembali ke tempat semula.
“Sial! Kenapa hanya ketua yang diijinkan masuk ke dalam. Aku juga sangat penasaran dengan misteri yang ada di dalam Goa. Hai, Dewa penunggu tempat ini … Jika kau mendengarkan ucapanku maka biarkan kami semua masuk.”
Salah satu anak buah Heiven yang memiliki postur tubuh tinggi besar tak bisa menerima semua ini dan berteriak dengan suara lantang berharap jika penunggu Goa ini mengijinkan mereka semua masuk ke dalam Goa dan melanjutkan penelitian bersama Heiven.
Akan tetapi, sama sekali tidak ada respon apapun di sekitar Goa. Suasana di tempat ini begitu hening dan terkesan menyeramkan layaknya sebuah tempat yang telah dikutuk.
“Tampaknya warisan peninggalan Dewa yang ada di dalam Goa itu memang telah memilih Heiven. Lebih baik kita semua meninggalkan tempat ini dan berjaga diluar. Jangan sampai ada orang yang mengganggu area di sekitar reruntuhan kuno ini sampai Heiven kembali.”
Alexa meminta semua anggota tim meninggalkan ruang bawah tanah ini. Sebab, tidak ada gunanya juga mereka berlama-lama berada di tempat ini. Lagipula Alexa juga harus mengabarkan apa yang telah terjadi di tempat ini pada satu-satunya anggota keluarga yang dimiliki Heiven yaitu ibunya, Nyonya Bianca.
**
Di Dalam Goa.
Heiven melihat sebuah tombak pusaka yang terbang di bagian inti Goa. Tanpa terasa ia sudah menatap tombak pusaka yang ada di depannya itu selama sepuluh menit.
Ia merasa ada sesuatu di dalam tombak pusaka itu yang mencoba menarik dirinya untuk mendekat.
Namun, Heiven tidak berani bertindak gegabah. Apalagi Goa ini bukanlah sebuah Goa biasa melainkan sebuah Goa yang tinggalkan oleh seorang Dewa yang tak diketahui indentitasnya.
Heiven akhirnya memberanikan diri melangkah mendekati tombak pusaka itu dan menggenggamnya dengan hati-hati.
Ternyata sama sekali tidak ada keanehan apapun saat ia menggenggam tombak pusaka itu dengan erat. Ia malah merasakan sensasi yang sangat nyaman seolah-olah berjumpa kembali dengan seorang teman yang telah lama menghilang.
Heiven mengamati setiap bagian tombak pusaka itu dengan detail dan menemukan beberapa ukiran yang cukup menarik. Sebab, warna dari ukiran itu memancarkan sinar tujuh warna yang sangat indah layaknya pelangi.
“Waktu.” Heiven membaca salah satu ukiran yang hanya berupa satu kalimat. Namun, dalam kalimat itu terdapat makna yang begitu dalam.
“Waktu?! Kenapa akhir-akhir ini kehidupanku selalu dibayang-bayangi dengan kata-kata waktu? Apa sebenarnya rahasia yang ada di balik sang waktu?”
Heiven kembali teringat dengan mimpi yang selama beberapa bulan ini selalu menghantui dirinya. Ia menjadi semakin penasaran dengan tombak pusaka ini dan identitas Dewa misterius pemilik senjata pusaka ini sebelumnya.
Ding ...
Suara lonceng tiba-tiba bergema di dalam Goa ini dan sebuah peti mati yang terbuat dari emas muncul dari dalam tanah tepat dimana posisi tombak pusaka ini melayang sebelumnya.
“Ternyata Goa ini adalah sebuah makam kuno. Jangan-jangan peninggalan dari Dewa itu sebenarnya bukanlah tombak pusaka ini, melainkan benda yang ada di dalam peti mati itu.”
Tanpa mengenal rasa takut, Heiven segera mendekati peti mati emas itu dan membaca beberapa ukiran berwarna emas yang ada di bagian atasnya.
Semua ukiran yang ada pada tutup peti mati itu ternyata adalah kalimat yang sama dengan kalimat yang selalu ia dengar dalam mimpinya.
“Waktu … Waktu … Dan waktu!! Aku benar-benar muak dengan kalimat ini! Akan 'ku hancurkan peti mati terkutuk ini.”
Heiven lalu mengangkat tombak pusaka yang ada di tangannya dan langsung menebaskan dengan kuat ke peti mati yang ada di hadapannya.
Akan tetapi, tindakannya itu sepertinya telah memicu kemunculan sesuatu yang lebih menakutkan.
Suara lonceng kembali bersenandung di tempat ini dan membuat Heiven seolah-olah dikelilingi oleh ratusan lonceng.
Ia sampai menutup kedua telinganya karena tak tahan dengan suara bising ini.
Sampai akhirnya peti mati berwarna emas itu terbuka dan menghisap Heiven masuk ke dalamnya lalu membawanya pergi menghilang dari tempat ini.
**
Di Luar Goa.
Alexa dan semua anggota tim menjadi ketakutan saat melihat ke arah langit.
Mereka semua melihat sesosok raksasa yang terbuat dari petir berdiri di atas awan.
Sosok raksasa itu terus menatap lokasi Goa misterius itu berada sambil memegang sebuah panah yang terbuat dari petir dan siap dilepaskan kapan saja.
Tidak ada satupun dari mereka yang berani bersuara karena takut keberadaan mereka semua akan diketahui oleh sosok raksasa petir itu.
Sampai akhirnya sebuah mobil berwarna putih sampai di reruntuhan kuno dan berhenti di samping mereka semua.
Seorang wanita yang memiliki paras yang sangat cantik segera keluar dari mobil itu. Wajah wanita itu masih terlihat seperti seorang gadis yang baru berusia dua puluh lima tahun, padahal usianya yang sebenarnya jauh berada di atas itu.
“Nyonya, anda akhirnya tiba. A—Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika anda tidak segera tiba di tempat ini.” Alexa yang tampak ketakutan berbicara dengan bibir yang sedikit bergetar.
Wanita yang baru datang itu adalah ibu Heiven, nyonya Bianca.
Bianca lalu berusaha menenangkan Alexa dengan meletakkan tangannya di atas kepala wanita muda itu. Alexa pun seketika merasakan sensasi yang begitu nyaman seolah-olah berada dalam pelukan seorang ibu dan membuatnya tenang kembali.
“Ceritakan padaku apa yang sebenarnya membuatmu ketakutan?” tanya Bianca yang belum sempat melihat daerah sekitar reruntuhan.
Alexa lalu menunjuk ke arah langit. “Dia!! Raksasa petir itu sepertinya ingin menghancurkan Goa. Padahal Heiven sedang berada di dalam Goa itu.”
Bianca segera melihat ke arah yang ditunjuk Alexa dan raut wajahnya seketika berubah menjadi serius. Ia sempat menyipitkan matanya untuk memastikan jika yang ia lihat tidak salah. “Kau bawalah semua anggota tim mu pergi dari tempat ini. Biar aku saja yang pergi mencari Heiven karena dia adalah putraku.”
“Tapi …”
“Tidak ada tapi-tapian! Cepat pergi tinggalkan tempat ini! Aku dan Heiven akan segera menyusul kalian.”
Alexa tadinya ingin menolak permintaan Bianca. Akan tetapi, Bianca bersikeras agar mereka semua meninggalkan tempat ini. Akhirnya, Alexa pun memenuhi keinginan Bianca dan membawa semua anggota tim meninggalkan Situs Kirene.
Setelah benar-benar yakin jika Alexa dan semua anggota timnya telah jauh dari reruntuhan kuno ini, Bianca segera mengeluarkan sebuah busur panah dan mengarahkannya ke arah langit dengan arah sedikit ke utara dari posisi raksasa petir itu.
“Jika kau berani menyerang reruntuhan kuno itu, maka aku akan menghujanimu dengan panah-panah api milikku!” seru Bianca mengancam tanpa rasa takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
A - 𝐙⃝🦜
semangat berkarya
2023-01-12
0
Lord Yama
emak² emang beda coy :v
2022-12-28
2