Jovanka
Siang itu, Jovanka kecil baru pulang dari sekolah. Ia di jemput oleh supirnya, karna ke dua orang tua nya sedang sibuk mempersiapkan keperluan untuk ulang tahun putri kesayangannya itu. Hari ini Jovanka genap berusia 6tahun. Sesampainya di rumah, Jovanka sangat senang dengan dekorasi rumahnya yang bertema Cinderella sesuai keinginannya, karna Jovanka sangat menyukai sosok Cinderella yang cantik dan baik hati.
"Putriku yang cantik sudah pulang, ayo cepat mandi, momy akan membantu Jovanka bersiap siap, karna sebentar lagi teman-temanmu akan datang," kata Alisa tersenyum sambil menggandeng tangan mungil putrinya itu.
Tidak perlu berlama-lama, Jovanka pun sudah siap dengan penampilan ala Cinderella.
Acara pun dimulai, para tamu undangan menyanyikan lagu ulang tahun untuk Jovanka. Keluarga kecil itu, terlihat sangat bahagia.
Setelah acara tiup lilin, Alisa mempersilahkan para tamu, untuk menyantap hidangan, yang sudah disediakan.
"Mom, aku mau main di taman ya, bersama teman-teman" ucap gadis itu sambil tersenyum menampakkan lesung pipinya.
"Iya sayang," ujar Alisa, yang membungkukkan tubuhnya.
Jovanka pun berlari kecil menghampiri teman-temannya yang sedang asyik bermain.
Jovanka terlihat sangat bahagia, Alisa dan Rainan tersenyum bahagia melihat putrinya yang terlihat ceria itu.
Seorang pelayan yang terlihat panik, tiba-tiba menghampiri Alisa dan Rainan yang sedang asik memperhatikan putrinya.
"Nyonya, Tuan, Gawat!" kata si pelayan yang terlihat panik itu.
"Ada apa?" tanya Rainan mengerutkan keningnya, melihat kepanikan si pelayan itu.
"Saya tidak bisa menjelaskannya disini tuan," ucap si pelayan, dengan suara yang pelan.
"Kenapa?" tanya Rainan, yang masih heran, dengan sikap pelayan itu.
"Saya takut, ada mata-mata disini,"
.Rainan berpikir sejenak.
"Yasudah, kita ke ruang kerja saya,"
"Sayang, aku ke ruang kerjaku dulu, kamu jaga Jovanka," pinta Rainan.
"Tidak tuan, Nyona harus ikut, karna ini masalah penting, sudah ada pak Edi yang menjaga Nona," kata si pelayan sambil menunjuk Pak Edi yang sedang mengawasi Jovanka.
"Baiklah."
Mereka pun pergi ke ruang kerja Rainan. Setelah Alisa dan Rainan masuk, tiba-tiba...
Brakk !!
Pintu di tutup dengan sangat keras. Pelayan itu, langsung mengunci Alisa dan Rainan, di ruangan itu.
Alisa dan Rainan saling bertatapan. Rainan berlari ke arah pintu lalu menggedor-gedor pintu itu. Tidak ada akses lain, selain pintu itu.
" Hei, buka ! kenapa kau mengunci kami? " Teriak Rainan sambil terus menggedor-gedor pintu.
Alisa menghampiri Rainan.
"Ada apa sebenarnya, apa pelayan itu telah membohongi kita?" tanya Alisa.
"Sepertinya begitu, tapi untuk apa?"
Tiba-tiba, terdengar suara ledakan yang berasal dari dapur, dengan cepat api menyebar, semua orang panik, dan berusaha menyelamatkan diri.
"Suara ledakan apa itu Rai?" Tanya Alisa sambil memeluk suaminya.
Sementara Jovanka sudah ada dalam pelukan Pak Edi. Pak Edi segera menghubungi petugas pemadam kebakaran.
"Rai, kenapa tiba-tiba panas sekali" Kata Alisa sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
"Aku juga tidak tau, mungkin AC nya rusak."
Alisa melihat asap yang masuk dari celah pintu.
"Rai, kenapa ada asap? apa jangan-jangan, suara ledakan tadi itu ...."
Alisa dan Rainan saling berpandangan.
Mereka berdua menggedor-gedor pintu dan berteriak meminta tolong.
"Tolong! tolong kami ..., tolong buka pintunya, uhuk uhuk ...."
Kini asap, sudah memenuhi ruangan itu, mereka berdua, mulai kehabisan nafas, dan akhirnya pingsan.
"Kenapa, aku tidak melihat Tuan dan Nyonya, apa mereka terjebak di dalam?" batin Pak Edi.
"Nona, tunggu Pak Edi di sini sebentar ya." Kata Pak Edi mengusap wajah Jovanka, Jovanka yang masih menangis hanya mengangguk.
Pria paruh baya itu segera berlari hendak menyelamatkan ke dua majikannya yang masih berada di dalam, namun saat Pak Edi hendak masuk, seluruh ruangan sudah di penuhi api, Pak Edi segera mundur dan berlari kembali menemui Jovanka.
Tidak berapa lama, petugas pemadam kebakaran datang, dan segera membagi tugas mereka untuk memadamkan api.
Pak Edi langsung terduduk lemas di depan Jovanka.
Pak Edi langsung mengusap air mata Jovanka dengan ibu jarinya. Pria paruh baya itu tidak bisa berkata-kata lagi, Jovanka tak henti-hentinya, memanggil Momy dan Dady nya.
"Momy ..., Dady ...,
." panggilnya, sambil menangis tersedu-sedu.
"Pak Edi,, dimana Momy dan Dady,, hik hik hik,, Momy,,,, Dady,,,, Aaaaa,,," Teriak Jovanka.
Pak Edi hanya bisa diam dan menunduk, ia merasa gagal menjadi seseorang yang di percaya oleh majikannya itu, bahkan ia tidak mampu meredakan tangisan Jovanka.
Dalam waktu 3 jam, api berhasil di padamkan, para petugas membawa beberapa kantong mayat dari dalam rumah yang sudah hangus terbakar. Pak Edi langsung menghampiri petugas.
" Pak, apakah majikan saya selamat?" tanya Pak Edi dengan raut wajah yang cemas.
" Maaf pak, kami tidak menemukan korbsn selamat, sepertinya majikan bapak adalah salah satu dari 12 jenazah yang kami temukan. Dua diantara 12 jenazah, kami temukan di sebuah ruangan."
"Bapak tolong ikut kami ke rumah sakit untuk membantu mendata para korban." Kata salah seorang petugas.
" Baiklah pak, saya akan ikut ke rumah sakit."
Pak Edi berlari menuju mobilnya, ia langsung mendudukan Jovanka di bangku depan samping supir, dan memasangkan seatbelt pada Jovanka, ia pun segera duduk di belakang kemudi dan segera melajukan mobilnya mengikuti mobil para petugas pemadam ke rumah sakit.
Setelah 30menit perjalanan, mereka pun sampai di rumah sakit, para petugas bergegas membawa kantung kantung yang berisi jenazah korban kebakaran ke dalam rumah sakit, dan meletakannya di ruangan khusus.
" Pak, mari ikut saya. " Kata salah seorang petugas.
Pak Edi pun mengikuti, sedangkan Jovanka sebelumnya sudah ia titipkan pada petugas wanita.
Pak Edi dan petugas sudah ada di deoan pintu sebuah ruangan.
" Mari masuk pak."
" Tolong bantu kami Untuk mendata para korban."
" Baik pak."
Petugas itu membuka satu persatu kantung mayat untuk di perlihatkan pada pak Edi.
Dengan teliti Pak Edi memperhatikan satu persatu jenazah yang sudah hangus terbakar. Hanya beberapa yang bisa Pak Edi kenali termasuk kedua majikannya.
Pria itu tak kuasa menahan air matanya saat melihat kedua jenazah majikannya, ia memikirkan bagaimana nasib Jovanka.
Pak Edi langsung teringat kepada Alex , adik Rainan,Pak Edi segera pamit kepada petugas.
Ia lalu menggendong Jovanka, membawanya masuk ke dalam mobil. Pak Edi segera melajukan kendareannya ke rumah Alex.
" Pak Edi kita mau kemana? " Tanya Jovanka.
" Kita mau ke rumah tuan Alex."
" Pak Edi, Momy sama Dady tidak ikut? " Tanya Jovanka, sambil memiringkan kepalanya.
Pak Edi bingung, memikirkan jawaban apa yang akan di berikan kepada Nona mudanya itu, dia terdiam sejenak, sedangkan Jovanka menatap lekat Pak Edi yang sedang menyetir. Menunggu jawaban pria berumur 40 tahun itu.
"Emm,, Tuan dan Nyonya sudah menunggu di rumah tuan Alex Nona. " Kata Pak Edi berbohong dengan senyum yang di paksakan. Jovanka sangat senang mendengarnya, namun Pak Edi sangat sedih karna harus berbohong kepada Jovanka, namun dia juga tidak bisa jujur.
Karna kelelahan, Jovanka akhirnya tertidur.
Setelah 45 menit perjalanan, mereka sampai di kawasan perumahan elit dimana terdapat rumah Alex disana.
Pak Edi segera turun dari mobil dan memencet bel. Satpam yang berjaga segera membukakan pagar.
" Tuan Alex ada?." Tanya Pak Edi.
" Bapak siapa? dan ada keperluan apa dengan tuan Alex?? "
" Saya supir pak Rainan, ada hal penting yang harus saya sampaikan."
" Baiklah, tunggu sebentar." kata pak satpam, pak edi hanya mengangguk tanda mengerti.
Tidak berapa lama pak satpam kembali.
" Silahkan masuk, tuan menunggu."
" Terimakasih. " Kata Pak Edi.
Pak Edi segera berlari melewati halaman rumah Alex dan masuk ke rumah mewah itu.
" Selamat malam tuan." Sapa Pak Edi.
" Ada keperluan apa kau datang kesini malam malam??" Tanya Alex.
" Saya ingin menyampaikan kabar duka tuan."
" Kabar duka ? "
" Iya tuan, tadi siang rumah tuan Rainan terbakar, Tuan Rainan dan Nyonya Alisa meninggal dunia dalam kebakaran tersebut. " Kata Pak Edi lemas, dengan wajah tertunduk.
" Apa? "
" Iya tuan, saya sudah memberikan data yang di perlukan kepada pihak rumah sakit, saat ini jenazah Tuan dan Nyonya masih di rumah sakit."
" Baiklah, terimakasih atas informasinya."
" Tuan, saya membawa nona Jovanka, nona ada di mobil sedang tidur, saya tidak tau harus membawa nona kemana, karna hanya tuan,saudara yang nona punya, jadi saya membawany kemari. "
" Anak malang, bawa dia, dan tidurkan dia di kamar tamu, "
" Baik Tuan. " Kata Pak Edi, dan segera ke luar menghampiri mobil yang masih terparkir di luar.
Pak Edi segera melajukan mobilnya masuk ke halaman rumah Alex dan segera memarkirkannya. ia mengangkat tubuh kecil Jovanka masuk ke rumah Alex lalu menidurkannya di tempat tidur kamar tamu, setelah menidurkan Jovanka, Pak Edi kembali menghampiri Alex yang masih duduk di ruang tengah.
" Tuan ini kunci mobil Nona, dan saya pamit pulang ke kampung saya. " Kata Pak Edi dengan raut wajah sedih menyerahkan kunci mobil jovanka pada Alex.
Alex menerimanya, dan pak edi segera pergi dari hadapan Alex.
*** hai the readers ,, jangan lupa tinggalkan jejak ya,, selamat membaca,,🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Su Dar
kasihan pada anaknya aq
2022-04-28
0
shevcanna
nyimak
2021-05-24
0
KaiRA🎉PUCUK~SQUAD🌱🐛🌱🐛🥀🐛
mampir baca thor
2020-12-29
0