"CLAY!!!!" Teriakan Alex menggema di ruangan itu, membuat seisi rumah ketakutan.
Clay yang mendengar namanya di panggil segera berlari, dengan langkah gemetar, ia mendekati Alex.
" Ada apa tuan? " Tanya Clay ragu-ragu.
Pertanyaan Clay membuat emosi Alex semakin meluap luap, di cengkramnya leher gadis itu.
" Setelah kau melakukan kesalahan, kau masih bertanya ada apa? apa kau sedang bergurau denganku ? " Gertak Alex dengan penuh emosi menatap tajam kedua bola mata yang penuh dengan ketakutan, dan di dorongnya tubuh Gadis itu hingga tersungkur di lantai.
" Apa kesalahan saya tuan? " Lagi-lagi ia memancing kembali emosi Alex dengan pertanyaannya.
" Kau masih berani bertanya apa kesalahanmu hah? " Bentak Alex.
" Bagaimana bisa anak kecil itu masih hidup? " Tanya Alex lagi dengan nada yang penuh emosi.
" Maafkan saya Tuan, tadi anak itu sedang bermain."
" Aku tidak mau tau, bunuh anak itu bagaimanapun caranya."
" Jangan membunuhnya." Kata seorang Wanita yang baru datang.
Alex dan Clay yang mengetaui pemilik suara itu langsung nenoleh.
Auria tersenyum dan mengalungkan kedua tangannya di leher suaminya itu.
" Jangan bunuh dia sayang, setidaknya jangan sekarang, bukankah kita membutuhkan dia untuk rencana kita?" kata Auria
Alex bingung dengan yang dikatakan istrinya itu.
" Maksudmu?"
Auria memutar kedua bola matanya dan melepaskan tangannya yang melingkar di leher Alex, lalu ia duduk di sofa, di ikuti Alex yang juga duduk sejajar dengannya.
" Kita belum tau isi dari surat wasiat yang di buat oleh Rainan jika dia mati, jadi tunggulah sebentar, tunggu pengacaranya datang." Kata Auria.
Alex sejenak berfikir, sambil memainkan bulu-bulu halus yang mulai tumbuh di sekitar dagunya.
" Baiklah aku tidak akan membunuhnya sekarang. " Kata Alex.
" Uncle,, Aunty,, " Kata Jovanka menghampiri mereka sambil mengucek ngucek kedua matanya, Auria dan Alex hanya memperhatikan Jovanka.
" Dimana Momy sama Dady? " Tanya Jovanka menatap lekat Alex dan Auria.
Alex bangun dari duduknya.
" Mereka sudah pergi." Kata Alex tanpa basa-basi, lalu beranjak meninggalkan Jovanka, Auria pun mengikutinya.
Jovanka menghampiri Clay.
" Bibi, apa benar yang di katakan Uncle, Momy dan Dady ku, sudah pergi? mereka pergi kemana bibi? kenapa mereka tidak mengajakku? hu hu hu,, " Pertanyaan ia lontarkan kepada Clay, dengan berurai air mata.
" Bibi, ajak aku menemui mereka." Rengek Gadis kecil itu, sambil menarik narik tangan Clay.
" Lepaskan tanganku, aku bukan bibimu." Clay menghempaskan tangan mungil itu dengan kasar, dengan langkah cepat, Clay meninggalkan Jovanka yang masih menangis
Jovanka terduduk di lantai sambil terus mengusap air matanya.
" Momy,, Dady,, kenapa kalian meninggalkanku,, hu hu hu,, "
Jovanka memiliki seorang kakak, namun dua tahun yang lalu, Zian beserta anak dan istrinya mengalami kecelakaan pesawat saat pulang dari Jerman, sehingga Jovanka maheshwari pratisa, menjadi ahli waris dari keluarga pratista. Alex yang saat itu menjabat sebagai direktur, ingin menguasai Perusahaan Pratista, ia pun merencanakan untuk melenyapkan keluarga Rainan. Alex sendiri bukanlah adik kandung Rainan, Alex adalah anak dari paman Rainan, ke dua orang tua Alex bercerai sewaktu Alex berumur 10tahun. Mereka tidak mau merawat Alex, dan mereka pun pergi entah kemana dengan urusan mereka masing masing tanpa memperdulikan Alex, sehingga Alex diangkat anak oleh pamannya, yaitu orang tua Rainan.
"""""''''"'"'''''"""''""'''''"
Di kantor polisi, Zen sedang membahas penyebab kebakaran di rumah Rainan.
" Bagaimana penyelidikannya? apakah kalian sudah mengetahui penyebab terjadinya kebakaran itu?" Tanya Zen.
" Sudah tuan, menurut penyelidikan yang sudah kami lakukan, kebakaran itu di sebabkan karna kebocoran gas."
" Lalu dimana jenazah Nyonya Alisa dan Tuan Rainan di temukan?"
" Kami menemukan Jenazah Nyonya Alisa dan Tuan Rainan di ruang kerja."
" Di ruang kerja?"
" Ia tuan, kami menemukannya di ruang kerja."
" Tapi untuk apa mereka ke ruang kerja berdua, bukankah seharusnya mereka menemani putrinya yang sedang merayakan ulang tahunnya?"
" Kau benar tuan, dan aku rasa kebakaran itu adalah sebuah kesengajaan."
" Maksudmu? ada yang ingin sengaja membunuh Nyonya Alisa dan Tuan Rainan?"
" Tapi itu hanya dugaan sementara, kami akan terus menyelidikinya."
" Hmm, baiklah kalo begitu, aku permisi, aku harus ke rumah sakit."
Setelah berpamitan, Zen langsung pergi ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit,
Zen meminta pihak rumah sakit untuk segera mengurus jenazah Alisa dan Rainan, dan Zen pergi menemui Alex untuk membicarakan pemakaman Alisa dan Rainan, Alex menyerahkan semuanya kepada Zen.
" Baiklah Tuan, saya akan mengurus semuanya, dan saya juga membawa beberapa dokumen yang harus anda tangani. " Kata Zen menyerahkan map yang berisi dokumen.
Disana tertulis,,
*Jika CEO dari Perusahaan Pratista (Rainan Pratista)meninggal dunia sebelum ahli warisnya (Jovanka maheshwari pratista)berumur 20tahun, maka yang bertanggung jawab sebagai CEO adalah pihak ke 3(Alex abiputra) sampai ahli waris(Jovanka maheshwari pratista)berumur 20tahun.
Jika ahli waris (Jovanka maheshwari pratista) sudah menginjak umur 20tahun, maka sepenuhnya kepemilikan Perusahaan akan kembali kepada ahli waris (Jovanka maheshwari pratista).
* 70% Dari keuntungan perusahaan akan tetap menjadi hak ahli waris(Jovanka maheshwari pratista) dan 30% akan menjadi hak pihak ke tiga (Alex abiputra).
* Ahli waris(Jovanka maheshwari pratista)akan menjadi tanggung jawab pihak ke tiga (Alex abiputra).
* Jika terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan kepada ahli waris(Jovanka maheshwari pratista)maka yang bertanggung jawab adalah pihak ke tiga(Alex abiputra).
* Kekayaan Pratista akan langsung di alihkan kepada ahli waris(Jovanka maheshwari pratista), namun sebelum ahli waris(Jovanka maheshwari pratista)genap berumur 20tahun kekayaan pratista akan di wakilkan kepada pihak Pengacara.
" Apa-apaan ini, kenapa aku yang harus bertanggung jawab mengurus anak itu kalo hartanya di wakilkan padamu, kalo seperti itu kenapa tidak kau saja yang mengurusnya." Kata Alex yang tidak terima dengan isi dari wasiat itu.
" Karna anda adalah Paman Nona Jovanka,
jika anda tidak mau menandatangani surat ini, maka anda tidak akan mendapatkan apa apa, dan anda akan di keluarkan dari perusahaan.
Jadi tolong kerjasamanya, silahkan Tuan tandatangani." Kata Zen tegas, sambil memberiksn bolpen pada Alex.
Alex segera menandatangi dokumen tersebut, walaupun ia tidak menyetujui isi dari wasiat tersebut.
" Untuk pendidikan Nona Jovanka, saya sendiri yang akan mengurusnya, sesuai amanat almarhum Tuan Rainan." Kata Zen.
Tiba-tiba Jovanka datang berlari menghampiri Zen, Zen langsung bangkit dari duduknya, lalu berjongkok dan merentangkan kedua tangannya.
" Paman Zeeenn,, " Teriak Jovanka.
Jovanka berlari dan memeluk Zen.
" Halo Nona Cantik. " Kata Zen sambil mentoel ujung hidung kecil Jovanka.
" Paman sedang apa disini? "
" Paman kesini untuk menjemput Nona, kia akan mengantarkan orang tua Nona ke peristirahatan terakhir." Kata Zen menatap sedih wajah mungil itu.
" Tuan, saya memohon ijin membawa Nona sebentar." Kata Zen, Alex hanya mengangguk.
" Mari Nona, ikut Paman zen." Zen menuntun tangan Jovanka dan pergi dari rumah Alex
Setelah mereka berdua berada di dalam mobil, Zen segera melajukan kendaraannya ke rumah sakit untuk mengurus pemakaman Rainan dan Alisa.
Setelah sampai di rumah sakit, Zen langsung meminta pihak rumah sakit menyiapkan Ambulance untuk membawa jenazah Alisa dan Rainan ke lokasi pemakaman, sedangkan jenazah yang lain sudah di pulangkan ke keluarga masing masing, semua keluarga korban sudah di berikan uang santunan. Rumah serta jaminan pendidikan dari pihak Pratista.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Ida Ismail
setelah berusaha terlalu giat ternyata keberuntungan tak berpihak kepada alex alias apes loe lex 😁
2021-08-05
0
Edha Alvin
ada jg ya manusia kyak alex yg tidak tau balas budi
2021-07-11
0
KaiRA🎉PUCUK~SQUAD🌱🐛🌱🐛🥀🐛
untung Masi ad zen
2020-12-29
0