Di pojok kamar nampak gadis kecil sedang menangis sambil memegangi foto ke dua orang tuanya.
" Momy,,Dady,,,,hu hu hu,,, "
Ceklek,, pintu terbuka.
Kinara membuka pintu kamar Jovanka membawakan segelas susu hangat, Kinara meletakkan gelas yang berisi susu hangat itu di atas nakas, lalu ia menghampiri Jovanka yang sedang menangis. Ia mendudukan tubuhnya di lantai berhadapan dengan Jovanka, Kinara mengusap lembut rambut Jovanka, dan meraih dagu Gadis kecil itu.
" Nona,, Nona kenapa menangis? " Tanya Kinara lembut.
" Bibi, kenapa Uncle memarahi Paman?hik. hik. hik,,,, Apa karna Paman mengajakku ke luar? gara-gara aku, Paman di marahi Uncle, kalo begitu,,hik hik,, aku tidak akan pergi bersama Paman lagi Bibi,,hu,,, hu. ,,hu,, " Kata Jovanka sambil terisak
kinara langsung merengkuh tubuh kecil dan rapuh itu kedalam pelukannya, Jovanka meluapkan kesedihannya dalam pelukan Kinara, ia menangis sejadi-jadinya, Kinara yang mendengar tangisan yang begitu pilu, ikut merasakan kesedihan gadis itu, tak terasa ia pun ikut menangis.
Karna kelelahan menangis, akhirnya Jovanka tertidur. Kinara segera memindahkan tubuh kecil itu dari pelukannya ke atas kasur dengan sangat hati hati, Kinara mengusap lembut pipi Jovanka yang masih ada sisa -sisa air mata di sana, ia mengecup hangat dahi jovanka.
" Selamat tidur Nona, semoga mimpi indah. " Kata Kinara dengan suara pelan.
Kinara segera bangkit melangkahkan kakinya dengan hati-hati keluar dari kamar Jovanka dan menutup pintu kamar dengan perlahan.
""""""""""""""""""""""""""""
Pagi itu, Zen baru keluar dari kamar mandi, setelah menyelesaikan ritual mandinya, tiba tiba ponselnya berdering.
Tring tring triing,,
Zen langsung meraih ponselnya yang ada di atas nakas, dan menempelkan benda pipih itu di telinganya.
" Ada apa? " Tanya Zen kepada orang di sebrang telpon.
" Tuan, wanita itu sudah ada di markas." Kata Orang di sebrang telpon.
Di pinggiran ibu kota terdapat sebuah rumah yang di tinggali oleh para Bodyguard dan mata-mata Rainan, rumah itu terletak di kawasan yang jauh dari keramaian, dan itu adalah markas dimana Clay di tahan.
" Baiklah aku akan segera kesana, tetap awasi dia." Kata Zen.
" Baik Tuan." Kata Orang di sebrang telpon, dan Zen langsung menekan tombol ikon telpon berwarna merah.
Dengan cepat Zen menutupi tubuh kekarnya dengan pakaian santainya. Setelah selesai berpakaian, Zen bergegas keluar Apartemen menuju parkiran dimana mobilnya berada. Setelah sampai di parkiran, Zen menekan tombol alarm mobilnya, dan segera masuk kedalam mobilnya, dengan sigap ia mendudukan tubuhnya di belakang kemudi memasang seat belt, kakinya menekan pedal gas, dan bruuummmmm, Zen melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi menuju ke markas.
Zen, adalah seorang pengacara muda, usianya baru menginjak 28tahun, dan sudah 5tahun belakangan ia menjadi pengacara pribadi keluarga Pratista. Rainan sangat puas dan sangat senang dengan hasil kerja Zen. Maka dari itu ia menjadikan Zen sebagai pengacara sekaligus pengawal pribadi, dan Rainan juga memberikan seorang asisten pengacara kepada Zen untuk membantu pekerjaannya.
Di dalam mobil dalam perjalanannya ke markas, Zen sudah menelpon asistennya untuk segera pergi ke markas.
Kini Zen sudah sampai di markas setelah 1 jam perjalanan, Zen segera memarkirkan kendaraannya. Dan rupanya asistennya juga baru sampai, akhirnya mereka berdua masuk bersama-sama ke dalam markas, disana sudah ada Clay yang terduduk di kursi dengan tangan dan dan kaki yang terikat, serta mulut yang di tutup lakban, Zen memberikan isyarat kepada salah satu Bodyguard untuk membuka lakban yang menutupi mulut Clay.
Dengan kasar, Bodyguard itu membuka lakban yang menempel menutupi mulut Clay.
Wwrrekkkk,,!!!
Aawww,,, " Clay meringis perih.
Tap tap tap,,
Zen mendekat, ia menatap bola mata Clay dengan penuh amarah, Clay yang melihat mata penuh amarah itu mengalihkan pandangannya.
Zen dengan penuh emosi merapatkan giginya, rahangnya mengeras dan matanya di penuhi api kemarahan.
" Siapa yang menyuruhmu membunuh Alisa dan Rainan? " Tanta Zen dengan menekankan setiap kata-katanya.
Namun Clay tidak membuka mulutnya.
Plak!! plak!!
Zen menampar wajah Clay dengan sangat keras hingga darah segar mengalir di ujung bibirnya, lalu Zen menjambak rambut Clay hingga wanita itu meringis kesakitan sampai mengeluarkan air mata.
" Jangan membuang buang waktuku brengsek, dasar wanita sialan, cepat katakan!! " Gertak Zen.
" Sakit Tuan, lepaskan aku." Kata Clay memohon untuk di lepaskan.
" Aku tidak ingin mendengar rengekanmu, cepat katakan!!" Kata Zen tanpa melepaskan jeratan tangannya dari rambut wanita yang sudah kesakitan itu.
" Tu tuan Alex,," nama itu pun lolos dari mulut Clay.
Tanpa melepaskan jeratan tangannya dari rambut Clay, Zen mendorong wanita itu hingga ia jatuh tersungkur bersama kursi yang menjadi tumpuan tubuhnya itu.
Brak !!
Zen mengusap wajahnya kasar.
" Sudah ku duga dia adalah dalangnya." Kata Zen.
" Masukkan wanita itu ke penjara." Kata Zen lagi memerintahkan asistennya.
Zen segera meninggalkan ruangan itu. Setelah sampai di halaman markas, Zen mengambil ponsel dari saku celananya hendak menelpon seseorang, tapi sebelum Zen melakukan panggilan, panggilan lebih dulu masuk ke ponsel Zen.
Zen segera mengangkat panggilan itu.
" Ya, ada apa? " Tanya Zen.
" Tuan, tuan Alex pergi bersama anak istrinya dia juga membawa Nona." Kata Orang di sebrang telpon.
" Pergi? pergi kemana? " Tanya Zen kaget dan bingung.
" Pergi liburan tuan, tadi Nona terlihat sangat senang, dan keluarga tuan Alex juga memperlakukan Nona dengan baik, tidak seperti biasanya,m." Kata Orang di sebrang telpon.
" Dimana Kinara? " Tanya Zen.
" Saya tidak melihatnya dari tadi tuan." Kata orang di sebrang telpon.
Zen merasa ada yang tidak beres.
" Cepat cari Kinara, aku akan segera ke rumah Alex." Kata Zen dan menutup panggilannya.
Zen bergegas masuk ke dalam mobilnya dan segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Alex.
FLASHBACK,,,,
Malam itu seseorang datang ke rumah Alex, dan Alex mengajaknya berbicara di ruang kerjanya.
" Ada apa malam-malam kau kemari sam? " Tanya Alex menatap wajah Sam dengan penuh pertanyaan. Sam adalah Orang kepercayaan Alex, bisa di bilang Sam adalah tangan kanan Alex.
" Tuan, beberapa orang telah menangkap Clay, sepertinya itu orang-orang suruhannya tuan Zen, dan selama ini tuan Zen telah mengerahkan beberapa Orang Bodyguard dan mata-mata untuk mengawasi Nona, dan Tuan Zen juga menyusupkan 1 orang mata-mata di rumah Tuan untuk jadi pelayan Nona. " Kata Sam.
Alex di buat terbelalak dengan pernyataan Sam. Ia memukul meja dengan kepalan tangannga.
Brukk,,!!
" Kurang ajar, brengsek kau Zen, lihat saja apa yang akan aku lakukan setelah ini." Kata Alex dengan senyum liciknya.
" Sam, siapkan tiket untuk penerbanganku besok, aku akan ke Amsterdam, tidak ada seorangpun yang tau rumahku disana." Kata Alex.
" Baik Tuan." Kata Sam dan segera meninggalkan rumah Alex.
" Kau sudah bermain-main denganku Zen, maka aku juga akan bermain-main denganmu. Dan kita lihat siapa yang akan menang dalam permainan ini." Kata Alex dengan senyum Devilnya.
FLASHBACK OFF
Mohon maaf the Readers,, klo kata-katanya masih acak-acakan,,hehe..
Jangan lupa setelah baca, tinggalkan jejak ya,,
dengan cara Like 👍 Vote dan coment,, supaya Author semangat nulisnya.
selamat membaca,,,🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Edha Alvin
jd deg2an😣😣
2021-07-11
0
Nita Rubby
semangat thor....aku dah geram akn situasi cerita...ya Allah lindungi anak tak berdosa itu..mdh2 'an si duralek ceper dpt karma
2020-10-30
0
Naoki Miki
Haaii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
cuss baca jan lupa tinggalkan jejaak🤗
tkn prfil q aja yaa😍
vielen danke😘
2020-10-17
0