“Raya!” panggil Karan. Karena tidak mendengar jawaban Raya, Karan memanggil lagi “Raya!”
Seketika Raya tersadar dari lamunannya. “Ah ya?” katanya bingung.
“Kita sudah sampai. Itu rumah Varen ada di sebelahmu”
Raya menoleh dan menemukan gerbang abu-abu milik rumah Varen di sebelah mobil mereka. “Astaga! Ternyata sudah sampai!” seru Raya kaget.
“Mau kuantar sampai ke dalam?” Karan menawarkan kebaikan lagi pada Raya.
Dengan cepat Raya menolak. Ia menggelengkan kepalanya. “Tidak usah. Aku bisa sendiri. Terima kasih sudah mengantarku. Hubungi aku kalau kekasihmu bersedia makan malam bersama.”
Karan tersenyum. “Ya, aku akan segera meneleponmu,” janjinya dengan lantang.
Begitu melihat mobil Karan meninggalkan jalanan, Raya membuka gerbang dan masuk ke rumah. Ia menyapa asisten rumah tangga Varen yang sedang membersihkan meja.
“Loh, Ibu Raya sudah pulang?” ucap wanita paruh baya itu. “Tidak sama Bapak, Bu?”
Raya membalas, “Tidak. Varen sedang sibuk jadi aku pulang sendiri.”
“Oh begitu.” Asisten rumah tangga itu mengangguk-angguk mengerti. Tak lama berserang, ia berseru lagi. “Oh iya Bu. Ada paket untuk ibu. Sebentar, saya ambilkan.”
Wanita tua itu menghampiri Raya dengan sebuah kotak di tangannya. Raya yang begitu penasaran, langsung mengambil kotak itu dan membacanya. Jelas alamat yang tertulis adalah alamat rumah Varen dan atas nama Varen pula. Awalnya Raya tidak mau membukanya karena menganggap itu milik Varen. Tetapi, saat melihat nama si pengirim yang berasal dari toko sepatu wanita favoritnya, Raya pun nekat membukanya.
Benar sekali dugaan Raya. Paket itu memang ditujukan untuknya karena di dalamnya ada sepasang sepatu bertumit setinggi sepuluh senti berwarna biru. Benar-benar sepatu yang indah. Raya bahkan sudah memikirkan akan menggunakan pakaian apa sebagai kombinasi yang cocok dengan sepatu tersebut.
Sayangnya, begitu Raya memakai sepatu itu, ukurannya tidak sesuai dengan kaki Raya. Sang super model mencobanya berkali-kali, dan hasilnya pun sama. Sepatu itu kebesaran untuknya. Apa toko itu salah mengirimkannya?
Raya menemukan secarik kertas di dalam kotak. Sebuah surat dengan tulisan tangan Varen. Raya tersenyum membacanya karena tidak menyangka Varen akan seromantis itu padanya. Manis sekali. Ingin rasanya Raya menghampiri Varen untuk melihat ekspresi pria itu saat menulis surat ini.
Senyum Raya tidak bertahan lama sebab beberapa detik kemudian, Raya membaca sebuah kalimat yang menyentakkan di atas kertas itu. “Semoga kau menyukainya, Cindy,” tulis Varen.
Cindy, wanita itu adalah teman Varen sewaktu kuliah. Wanita yang juga dikenal oleh Raya karena ia dan Varen berasal dari kampus yang sama, meskipun berbeda tahun angkatan. Cindy dan Varen adalah kakak tingkat Raya di bangku kuliah. Raya tahu seberapa dekat mereka karena Varen juga sering mengundang Cindy untuk makan malam bersama. Selama itu pula Varen mengaku tidak ada hubungan apa-apa dengan Cindy. Mereka hanya berteman.
Akan tetapi, ketika Raya menemukan surat itu di dalam sepatu biru yang ukurannya berbeda dari yang Raya gunakan biasanya, Raya menjadi curiga. Apa yang membuat Varen begitu baik hingga mengirimkan Cindy sepatu baru? Terlebih dilengkapi dengan secarik kertas berisi kalimat rayuan. Varen saja tidak pernah melakukannya kepada Raya, tapi sekarang wanita itu menemukan kekasihnya menuliskan surat untuk wanita lain.
Sayangnya Raya tidak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya menunggu sampai Varen pulang. Setelah itu, ia akan menanyakan kebenarannya. Mungkin saja sepatu itu memang hadiah dari Varen untuk Cindy. Mungkin wanita itu sedang ulang tahun hari ini. Atau ada hal penting yang membuat Varen harus memberikan hadiah. Kendati Raya juga tidak mengerti mengapa Varen mengirimkan hadiah untuk wanita lain ke rumahnya? Atau jangan-jangan Varen memang sering mengundang Cindy ke sini?
Tidak! Raya menolak pendapat itu dengan tergas. Varen bukanlah tipe pria yang mudah berselingkuh. Raya sudah lama mengenal Varen. Ia adalah laki-laki paling setia di kampus mereka. Itulah mengapa Raya tidak ragu saat Varen meminangnya karena Raya yakin Varen tidak akan mengkhianatinya.
“Lho, Raya? Kau sudah pulang?”
Varen langsung menghampiri Raya yang sedang duduk sambil memandang ke arahnya. Ada kerutan di kening Raya yang membuat Varen bertanya-tanya. Apa yang terjadi pada wanita itu? Apa ada masalah dengan pekerjaannya?
“Ada apa? Apa ada masalah?” Varen tak kuasa untuk tidak bertanya pada Raya. Pasalnya, kekasihnya itu tidak pernah seperti ini jika tidak ada masalah yang serius.
Alih-alih menjawab pertanyaan Varen, Raya justru melontarkan pertanyaan. “Apa yang kau lakukan hari ini?”
“Aku? Hmm...” Varen menyentuh dasinya untuk melonggarkan benda itu dari lehernya. Kemudian ia menanggapi ucapan Raya. “Aku sedang memantau pembuatan proyek vila baru kita. Kau ingat kerja sama dengan Karan, bukan? Aku sedang mengurus izin pembangunannya.”
Alasan Varen terdengar masuk akal. Raya juga tahu tentang proyek itu. Karena itulah mereka mengundang Karan waktu itu. Untuk memuluskan pembangunan proyek vila Varen. Hanya saja Raya terlihat tidak puas mendengarnya.
“Hanya itu?” tanya Raya dengan sangat penasaran.
Varen mengangguk cepat. “Iya. Bagaimana denganmu? Apa pekerjaanmu lancar?”
“Tidak terlalu,” cetus Raya masih kesal. Wanita itu sama sekali tidak bisa menyembunyikan ekspresinya, terutama di depan Varen, laki-laki yang sudah dikenalnya sejak lama. “Aku dapat kiriman dari toko sepatu langgananku. Kau membelinya untukku?” tanya Raya yang akhirnya menyasar pada inti pembicaraan. Ia sudah muak berbasa-basi ketika hatinya dilingkupi kegelisahan.
“Toko sepatu?” Varen mengernyit, mencoba menggali ingatannya. Kemudian, ia berseru dengan kencang. “Oh ya! Aku ingat sekarang! Apakah sepatu itu sudah datang?”
Raya mengangguk. “Ya, sudah datang. Tapi Varen, apakah sepatu itu memang kau beli untukku?”
“Apa?” Laki-laki itu tersentak, merasa tidak siap mendengar ucapan Raya. Terlebih saat matanya menatap netra milik Raya yang menyalak. Sepertinya ada yang tidak beres karena Raya terlihat sangat marah. “Tentu saja aku membelikannya untukmu. Aku bahkan menulis surat khusus di dalamnya. Apa kau sudah melihatnya?”
“Ya aku melihatnya. Kau romantis sekali,” komentar Raya.
Varen bergidik ngeri. Suara Raya memang terdengar tenang saat memujinya romantis, namun sorotan mata wanita itu seolah-olah hendak melemparkan sebuah pisau ke arahnya. Membuat Varen kebingungan sekaligus merinding.
Cepat-cepat Varen menyentuh bahu Raya untuk menjelaskannya. Varen pikir kalimatnya terlalu aneh bagi Raya sehingga wanita itu terlihat tidak menyukainya. “Kenapa Sayang? Apa kau tidak suka?”
Raya menepis tangan Varen yang ada di bahunya. “Kenapa tidak kau tanyakan saja pada orang yang bersangkutan?”
Kebingungan Varen semakin menjadi-jadi. Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Padahal Varen hanya ingin memberikan calon istrinya sepasang sepatu. Pria itu bahkan yakin kalau Raya pasti menyukainya. Tetapi mengapa ia malah mendapatkan reaksi seperti ini? Varen sama sekali tidak mengerti.
“Apa maksudmu, Raya? Orang yang bersangkutan?” Varen masih tidak mengerti ucapan Raya.
Dengan wajah merah padam menyimpan amarah, Raya mengambil kartu ucapan yang ia sembunyikan di belakang tubuhnya. Kemudian, wanita itu melemparkannya di depan wajah Varen.
“Ukuran sepatuku 38, Varen. Bukan 39,” kata sang super model marah. “Dan namaku Raya Drisana, bukan Cindy.”
Kedua bola mata Varen terbelalak. Nama Cindy yang tercetus dari bibir Raya menyadarkannya akan sesuatu. Jangan-jangan memang ada yang salah. Dan Varen yakin ini ada kaitannya dengan hadiahnya.
Varen memungut kartu yang tergeletak di atas lantai itu. Apa yang ia khawatirkan ternyata benar. Ia salah menuliskan nama si penerima. Varen ingin memastikannya lagi dengan membuka sebuah kotak yang ada di meja. Kotak berisi sepatu berwarna biru dengan ukuran 39. Sepatu yang seharusnya ia kirimkan pada Cindy, bukan pada Raya.
“Sayang, dengar! Ini tidak seperti yang kau bayangkan.” Varen mendekati Raya, mencoba menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.
“Memang apa yang sedang aku bayangkan sekarang?” balas Raya dengan ketus.
“Apa pun itu aku yakin kau sedang membayangkan hal-hal buruk tentangku.”
“Bagaimana mungkin aku tidak berpikiran buruk? Kau jelas-jelas memberikannya hadiah, Varen. Dengan tulisan tangan dan kalimat romantis yang sama sekali tidak pernah kau berikan padaku. Sekarang katakan padaku, bagaimana bisa aku tidak berpikiran buruk tentangmu?”
Tenggorokan Varen tercekat. Ia harus berusaha menelan salivanya agar bisa menetralkan gemuruh jantungnya. Sungguh, Varen sama sekali tidak ingin melihat Raya marah seperti ini karena tampak sangat mengerikan.
“Baiklah, akan kujelaskan. Benar, aku membelikannya untuk Cindy. Tapi itu sebagai hadiah karena aku baru saja mendapatkan proyek pembangunan vila itu. Aku hanya berterima kasih karena dia telah membantuku. Aku membeli dua pasang. Satu untukmu dan satu lagi untuk dia. Aku sudah mengatakan kepada pelayan toko agar tidak melakukan kesalahan, tapi mereka malah salah memasukkan alamatnya.”
Bukannya tenang Raya justru tampak semakin marah. Tiba-tiba ia teringat kata-kata Karan tentang Varen yang menyebut Cindy sebagai sekretarisnya padahal Cindy tidak pernah bekerja di perusahaan Varen. Yang lebih parahnya lagi adalah Varen benar-benar membelikan sepatu itu kepada Cindy yang terang saja semakin membakar api amarah Raya.
“Kau pikir aku akan tenang mendengarnya, Varen? Kau pikir aku senang mengetahui kau membelikan sepatu untukku juga?”
“Hey, bukan seperti itu.” Varen mencoba mendekati Raya, namun wanita itu menolak. “Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa kau jadi seperti ini, Raya?”
“Memangnya aku seperti apa?”
“Ya seperti ini. Marah-marah tak jelas. Kau tahu hubunganku dengan Cindy hanya sebatas teman. Tidak lebih. Dia hanya membantuku karena hanya dia yang bisa kuajak untuk bertukar pikiran.”
Raya meninggikan suaranya. “Kenapa kau bertukar pikiran dengannya? Kenapa tidak denganku? Aku ini tunanganmu, Varen. Calon istrimu!”
“Karena kau tidak mengerti tentang bisnis ini, Raya. Kau tidak mengerti tentang aku!” tukas Varen yang tersulut emosi. Ia sama sekali tidak menyangka harinya yang awalnya indah justru berakhir dengan pertengkaran seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Senajudifa
aish pasti si karan
2023-04-25
0
auliasiamatir
putus.... putus... putus....👏👏👏
2023-02-08
1
auliasiamatir
ouuuu jadi varel emang selingkuh 🙄🙄🙄
2023-02-08
1