“Raya Drisana, akhirnya mengumumkan siapa pujangga hati yang telah memikatnya selama ini. Dalam acara pertunangan megah yang dilaksanan semalam di salah satu hotel mewah di kawasan Jakarta Pusat, Raya memperkenalkan tambatan hatinya kepada publik. Pria itu adalah Varen Admaja, pria yang berusia satu tahun di atas super model itu. Dalam pertunangan mereka, anak konglomerat sekaligus pengusaha hotel dan tempat hiburan tersebut menyematkan sebuah cincin berlian yang harganya lebih dari 500 juta rupiah. Pemenang Putri Kecantikan Indonesia tahun 2017 itu mengungkapkan betapa bahagianya dia malam itu. Dengan dibalut gaun berwarna merah—"
“Sialan!” Karan mengumpat kencang, merasa tak kuasa mendengar berita itu lagi. Ia nyaris melemparkan remot televisinya ke lantai jika Ian tidak mencegahnya. “Apa hebatnya laki-laki itu dibandingkan denganku?” ucap Karan dengan nada dingin dan penuh kebencian.
Matanya menyalak memandang televisi, menujukkan seberapa besar rasa cemburu dalam dirinya. Tentu saja bukan hanya sekali Raya tampil di depan kamera bersama pria lain. Terhitung sudah ke tujuh kalinya selama karier wanita itu sebagai model. Tapi sebagai tunangan? Ini pertama kalinya dan Karan tidak bisa menerima hal itu sama sekali.
“Katakan padaku, Ian. Kenapa laki-laki itu berani menyentuh tangan kekasihku?” Karan berbicara lagi. Kali ini ia menunjukkan wajah kelam penuh kemarahan ke arah Ian, yang membuat asisten pribadi Karan itu bergidik ngeri.
Dengan ragu Ian menjawab, “Saya tidak tahu, Pak.” Ian menangkap warna merah padam pada wajah Karan, tahu ketika Karan berada dalam suasana hati yang sangat buruk dan memilih untuk berhati-hati dalam berbicara agar tidak memperkeruh keadaan.
“Kau tidak tahu? Hahaha!” Karan mengeluarkan suara penuh emosi, antara tawa atau kemarahan. “Apa yang kau kerjakan selama ini, hah? Aku menyuruhmu memata-matainya agar tidak ada satu pun laki-laki yang berani berhubungan jauh dengan Raya. Dan sekarang pertunangan. Apa kau tahu seberapa besar kesalahanmu itu?”
Karan berdiri dari kursinya dan mendekati Ian. Dengan gerakan cepat, ia menarik kerah leher hingga sang asisten merasa tercekik.
“P-pak! Ma-maafkan sa-saya,” tukas Ian terbata-bata karena napasnya yang mulai tersengal.
“Bagaimana rasanya? Kau tidak bisa bernapas? Itu yang aku rasakan, Ian. Aku tidak akan bisa bernapas tanpa Raya. Kau seharusnya mengerti itu, berengsek!” Karan semakin menguatkan cengkraman tangannya di kerah Ian.
“Sa-saya me-mengerti, Pak. To-tolong maafkan saya.” Ian berusaha meminta belas kasihan Karan. Matanya sudah memerah dan sedikit berair. Jika Karan tidak segera melepaskannya, mungkin dalam waktu dekat Ian akan benar-benar kehabisan napas.
Karan luluh mendengar permohonan Ian. Tidak ada untungnya membunuh Ian sekarang. Ia masih butuh sang asisten untuk mengurus semua keperluannya, terutama yang berkaitan dengan Raya.
“Sialan!” keluh Karan sembari melepaskan tangannya dari leher Ian. Rasa kesalnya ia limpahkan dengan melemparkan cangkir kopi dari mejanya ke atas lantai hingga hancur berkeping-keping.
Ian tersentak, lalu menunduk sambil mengatur napasnya. Jujur, ini memang kesalahannya. Ia terlalu sibuk mempersiapkan acara pernikahan seperti yang diminta Karan sampai-sampai hal yang terpenting luput begitu saja. Sejak pulang dari Paris, Karan sudah memerintahkan Ian mempersiapkan pernikahannya dengan Raya. Mereka memang belum sempat bertemu, tapi Karan yakin ia bisa mendapatkan Raya dengan mudah. Sebab yang paling diinginkan Raya adalah kekayaan dan popularitas. Beruntungnya, Karan punya semua itu.
Karan Reviano merupakan satu-satunya anak dari keluarga Reviano, sebuah keluarga konglomerat yang memiliki sebuah perusahaan media massa yang menaungi beberapa stasiun televisi, media cetak dan rumah produksi film. Perusahaan media satu-satunya dengan penghasilan tertinggi tiap tahun di Indonesia.
Tidak hanya karena menopang nama keluarga, nama Karan Reviano mencuat belakangan ini berkat kerja kerasnya di dunia bisnis. Ia berhasil mendapatkan gelar magister manajemen dan bisnis serta menjadi lulusan terbaik universitas mentereng di Amerika Serikat. Baru tiga tahun lalu ia mendirikan perusahaan jam tangan yang ia beri nama KR Watch. Karena bentuk pemasaran yang baik dan massif, saat ini Karan berhasil berada dalam posisi pertama sebagai pengusaha muda terkaya di Indonesia, menggeser posisi yang selama ini diduduki oleh para pengusaha di bidang teknologi.
Dengan popularitas dan kekayaan yang besar itu tentu saja membuat banyak wanita tergiur untuk mendekati Karan. Ada banyak wanita yang silih berganti menghampirinya, menawarkan berbagai hal untuk menyenangkan Karan termasuk dengan tubuh mereka. Sayangnya, Karan tidak menggubris mereka sama sekali. Karena sejak dulu hingga sekarang, Karan hanya memusatkan perhatiannya pada Raya Drisana, seorang super model yang sangat terkenal dan sekarang dikabarkan telah bertunangan dengan laki-laki lain.
“Siapa nama laki-laki berengsek itu?” tanya Karan lagi. Ia beranjak, membuka jendela di belakang mejanya dan menghidupkan sebatang rokok di bibirnya. Untung ruangan itu sudah disulapnya menjadi ruangan yang tahan asap. Jika tidak, alarm kebakaran akan berbunyi dan air akan turun membasahi semua dokumen bernilai miliaran rupiah yang ada di atas meja kerjanya.
“Varen Admaja, Pak,” sahut Ian.
“Berengsek!” umpat Karan lagi. Ia menghisap rokoknya hingga habis, lalu menghisap yang baru sampai dadanya terasa sesak. Sesak karena asap rokok yang memenuhi paru-parunya dan bayangan Raya bersama laki-laki lain. “Cari tahu semua informasi tentang laki-laki itu, termasuk bagaimana cara untuk menghancurkannya. Tidak ada yang boleh memiliki Raya selain aku. Apa kau mengerti?”
Ian mengangguk cepat. “Saya mengerti, Pak,” sahutnya yang menuruti perintah gila dari pria yang begitu terobsesi pada sang super model itu.
...********...
Selama sisa hari itu, tidak ada yang berani berbicara kecuali telah mendapatkan izin. Dan Karan menenggelamkan diri dalam pekerjaan, lembur di ruangannya agar bisa melupakan Raya. Saat jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, Karan memutuskan pulang ke rumah. Ia harus mencari cara untuk menemui tunangan Raya apa pun yang terjadi. Karan tidak akan membiarkan kekasihnya itu direbut oleh pria lain.
Begitu sampai di rumah besarnya, Karan mengembuskan napas panjang. Ia memilih langsung masuk ke kamar agar bisa melihat pigura besar seorang gadis yang menempel di dinding. Gadis berpakaian SMA yang sedang tersenyum ceria ke arahnya. Gadis bernama Raya Drisana.
“Bagaimana bisa kau begitu kejam padaku, Sayang? Setelah menghancurkan hidupku, sekarang kau tersenyum pada laki-laki lain? Tidak, Sayang. Kau adalah milikku! Tidak ada satu pun yang bisa menyentuh tubuhmu kecuali aku,” tukasnya.
Bayangan Raya menari-nari di depan Karan. Senyuman manis wanita itu dan tingkah mesranya bersama sang tunangan, semua tingkah Raya yang seolah mengolok-olok Karan. Bagaimana Raya bisa hidup bahagia selama ini sementara Karan begitu tersiksa?
Karan bergerak mendekati pigura itu. Ia mencium pigura itu tepat pada bagian kaki Raya. Lalu, Karan berbicara lagi, “Sayang, aku berjanji akan membawamu ke sini, ke rumah kita dan membuatmu merasakan apa yang aku rasakan 12 tahun lalu.” Sambil menatap foto Raya, bibir Karan membentuk sebuah seringai mengerikan.
Tidak ada yang bisa menghentikan Karan sekarang. Bahkan, kedua orang tuanya pun tidak. Bukan karena Karan menunjukkan seberapa besar keinginannya untuk memiliki Raya, justru sebaliknya. Di mata keluarga dan masyarakat sekitar, Karan tak ubah sesosok pangeran yang baik hati. Karan punya yayasan untuk membantu banyak orang, mulai dari penyembuhan penyakit sampai bantuan terhadap para korban bencana alam. Tak jarang masyarakat lebih memuji kesigapan bantuan yang diberikan oleh yayasan Karan dibandingkan dengan bantuan dari pemerintah.
Tidak hanya itu, Karan juga bersikap ramah kepada orang lain. Ia tetap datang ke acara perjodohan yang dibuat oleh kedua orang tuanya demi menghormati mereka. Kendati pada akhirnya, Karan menolak wanita itu dengan sopan. Ia selalu berkata bahwa hatinya sudah dimiliki oleh wanita lain, dan sampai kapan pun hanya wanita itulah yang ingin Karan nikahi. Walaupun sudah menolaknya, karena sikap Karan yang ramah membuat para wanita tetap mengejar-ngejarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Ucy (ig. ucynovel)
matre dong raya
2023-04-03
0
Pink Blossom
mampir jg kak🙂
2023-02-25
0
Ayu Ap
anyeong thor
2023-01-29
1