"Maksud kamu apa sih, Mas? Jangan membuat aku malu di sini," ucap Rania.
Rania segera melangkah pergi meninggalkan minimarket setelah berpamitan kepada pria yang tak lain adalah kepala toko di minimarket tersebut. Kebiasaan Alif yang selalu mengambil kesimpulan sendiri membuat dirinya kesal bukan main, betapa teganya ia menuduh perceraian yang ia minta di sangkut pautkan dengan pria tadi.
"Nia, tunggu! Kamu harus menjelaskan semuanya,"
Alif berusaha mengejar Rania, namun istrinya sudah pergi karena malu. Kata-kata suaminya tadi cukup keras sehingga membuat beberapa pasang mata karyawan dan pengunjung menatap ke arah mereka.
Alif segera masuk ke toko lagi untuk berbicara dengan pria tadi, bahkan ia lupa dengan anaknya yang bingung melihat ini semua.
"Kamu itu siapa? Ada hubungan apa dengan istri ku?" tanyanya dengan angkuh.
"Maaf, saya tidak ada hubungan apa-apa dengan ibu Rania. Hanya saja dia adalah pelanggan setia kami, dia sering berbelanja di sini dalam jumlah banyak," jawab pria itu.
"Yang benar? Kenapa dia hanya berbicara kepada Kamu, kan banyak pegawai yang lain?" tanya Alif masih dengan sikap sinis.
"Maaf ya Pak, biasanya bu Rania memang berinteraksi dengan semua karyawan yang bertugas. Saya kepala toko di sini, kebetulan tadi sedang bertugas, jadi sedikit berbincang karena bu Rania berencana mengambil barang lagi. Namun karena bapak datang, ibu Rania justru pergi dari sini,"
Alif menatap pria itu, sepertinya ia memang kepala toko karena paling tua di antara karyawan yang lain. Ia segera pergi membawa anaknya karena merasa malu sudah menuduh yang bukan-bukan terhadap pria itu dan istrinya. Alif sangat menyesal sekali, mengapa ia selalu tidak bisa mengontrol emosinya dan cepat menuduh. Sudah bisa di pastikan Rania akan semakin sulit memaafkannya.
Ingin rasanya ia mengejar Rania dan meminta maaf, tapi pria itu tidak tahu harus mencari istrinya di mana. Akhirnya ia putuskan untuk tetap mengajak anaknya berenang. Sepanjang perjalanan hatinya di selimuti kegelisahan.
"Ayah... awas,"
Alif tersentak dari lamunannya, hampir saja ia menabrak pembatas jalan jika saja Alisa tidak mengingatkannya.
"Astagfirullah, kalian tidak apa-apa?" tanyanya.
"Tidak apa-apa, tapi Ayah kenapa sampai mau menabrak sih?"
"Maaf Nak, ayah janji akan lebih waspada,"
Alif segera melanjutkan perjalanannya, beberapa menit saja mereka telah sampai di tempat tujuan. Kolam renang yang sama yang Rania kunjungi bersama kedua anaknya waktu itu. Mereka segera berganti pakaian renang, Alif menemani kedua anaknya. Sejenak ia terlupa akan masalahnya dengan Rania.
☆☆☆
Sementara di tempat lain.
Rania sangat kesal di permalukan di depan umum oleh suaminya. Tadinya ia akan berbelanja cukup banyak di minimarket tersebut, tapi terpaksa beralih ke minimarket yang lain karena ulah suaminya. Sebenarnya ia paling suka belanja di toko tadi, selain bisa memborong juga semua karyawan bahkan kepala tokonya sangat baik dan ramah.
Rania segera mengambil barang yang ingin ia beli, ia terpaksa ambil di beberapa toko karena tidak semua toko memperbolehkan membeli dalam jumlah yang banyak. Ia terpaksa melakukannya karena setelah ini barang-barang tersebut akan segera dia antarkan.
"Terima kasih ya Mbak, ini buat mbak,"
Rania memberikan sebotol minuman kepada kasir sebagai rasa terima kasih telah mengizinkannya mengambil barang banyak.
"Tidak perlu Bu, ini ambil saja. Saya ikhlas kok membantu,"
"Sudah Mbak ambil saja, tidak apa-apa. Saya juga ikhlas kok,"
Akhirnya kasir itu menerima pemberian Rania dan mengucapkan terima kasih. Rania segera meminta nomor wa nya agar transaksi selanjutnya bisa lebih mudah ia lakukan. Ia juga bisa menanyakan stok barang kepada kasir tersebut tanpa harus datang ke toko langsung.
Rania segera lanjut untuk mengantarkan barang-barang tersebut kepada pemesan, semua pekerjaan akhirnya bisa ia selesaikan. Tepat pukul 11.00 ia pun kembali pulang ke rumah.
"Alhamdulillah, hari ini dapat untung 300 ribu. Terima kasih ya Allah atas rejeki yang Engkau berikan, semoga lelah ku mendapat ridha mu. Amin,"
Rania begitu bersyukur keuntungan hari ini cukup banyak, bahkan tadi reseller nya ada yang mentraktirnya makan bakso sehingga ia tidak perlu keluar uang untuk membeli makan. Baru saja rebahan ponselnya berdering tiada henti, tertera nama suaminya di kontak nya. Tadinya dia malas mengangkat, namun mengingat dia sedang bersama kedua anaknya maka ia pun mengangkat.
"Ada Apa?" tanya Rania datar.
"Nia cepat kamu kesini, Bintang tenggelam,"
"Apa? Kok bisa sih?"
"Sudah, nanti saja aku ceritakan. Kamu cepat kesini,"
"Iya, aku kesana sekarang. Masih di Kolam renang atau rumah sakit?"
"Di kolam renang,"
Tanpa banyak bertanya lagi dia segera melajukan motornya dengan lebih cepat dari biasanya, pikirannya benar-benar kalut. Ia memikirkan kondisi Bintang yang masih kecil, bagaimana mungkin anak itu bisa tenggelam padahal ada suaminya yang menjaganya. Ia benar-benar kesal kepada Alif yang tidak bisa menjaga putranya dengan baik.
Beberapa menit kemudian dia telah sampai, ia segera membeli tiket agar bisa masuk. Ia bahkan lupa bertanya posisi mereka di mana karena terlalu kuatir. Ia segera mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru tempat itu. Suasana yang cukup ramai cukup menyulitkan pencariannya. Karena tidak sabar ia memutuskan untuk menghubungi Alif.
"Kalian ada dimana?" tanyanya tanpa basa basi.
"Kami ada di ruang ganti, sedang berganti pakaian," jawab Alif.
"Katanya Bintang tenggelam, kenapa malah sibuk berganti pakaian?"
Rania merasa ada kejanggalan, jika putranya tenggelam kenapa mereka justru berganti pakaian. Namun rasa kuatirnya mampu menghilangkan rasa curiganya. Rania segera ke tempat berganti pakaian. Beberapa menit kemudian ia melihat Alif dan kedua anaknya telah berganti pakaian.
"Mas, tadi kamu bilang Bintang tenggelam? Kenapa dia terlihat baik-baik saja?" tanya Rania geram.
"Aku tidak berbohong Nia, tadi dia memang sempat tenggelam tapi aku berhasil menolongnya tepat waktu,"
Rania merasa di bohongi, biasanya Alif lebih bersikap tenang bahkan saat anak mereka sakit. Tapi kejadian ini menurutnya sangat aneh, jika Bintang baik-baik saja lalu apa maksudnya meneleponnya dan membuatnya sangat kuatir tentang keadaan anaknya itu.
"Maksud kamu apa sih, Mas? Jika Bintang baik-baik saja, untuk apa kamu menelepon dan membuat ku panik?" tanya Rania kesal.
"Dia tadi tenggelam, tentu saja aku kuatir. Jadi tidak salah jika aku menghubungi kamu, bukannya kamu selalu kuatir dengan keadaan mereka," jawab Alif.
"Tapi kamu bisa menceritakannya di rumah, tidak perlu membuat aku kuatir. Aku lihat Bintang juga baik-baik saja,"
"Apa kamu sudah tidak peduli dengan anak mu? Apa karena sudah ada pria lain yang berhasil mengisi hati mu?"
Oh, ternyata ini yang di pikirkan suaminya sehingga membuat drama yang menurutnya tidak lucu. Suaminya ternyata punya pikiran picik. Rania segera pergi membawa kedua buah hatinya tanpa memperdulikan Alif yang terus berbicara sampai menjadi tontonan orang, suaminya memang tidak punya malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Dewa Rana
astaga...alif norak
2024-09-16
0
SBY army
alif oh alif
2023-03-16
0
Alifia Najla Azhara
dasar Alif
2023-02-22
0