Bab 4 Mertua Cerewet

Rania melihat putranya sudah di lantai, sepertinya Bintang jatuh saat tertidur. Beruntung kasurnya tidak tinggi sehingga badannya tidak terluka.

"Astaga Sayang, mana yang sakit?" tanya Rania.

Rania segera menggendong Bintang dan menghiburnya agar tidak menangis lagi. Setelah tenang ia segera memandikannya, dan membiarkannya bermain setelah berpakaian. Rania mulai menyiapkan dagangannya, menatanya dengan rapi di depan rumah. Saat akan mulai menggoreng putranya minta makan, jadi dia menyikapinya terlebih dahulu.

"Nia, gorengannya belum matang?" tanya tetangganya.

"Masih mau di goreng Mbak, tadi masih menyuapi Bintang," jawabnya.

"Ya sudah, nanti aku kesini lagi," ucapnya.

Rania menghela napas, ternyata tidak mudah berjualan jika di sambi mengurus anak dan juga rumah. Tapi apa boleh buat, saat ini hanya usaha ini yang bisa membuat dapurnya terus mengepul.

Rania segera menggoreng tempe dan pisang goreng, ia menggunakan 2 wajan agar cepat. Apalagi gorengannya berbeda jenis, yang satu gurih dan satunya manis, lebih baik jika tidak di campur agar tidak mempengaruhi rasa masing-masing.

"Mbak Santi, gorengannya sudah matang," teriak Rania.

"Oh iya, sebentar ambil piring dulu," jawabnya.

Santi adalah tetangganya, sejak kemarin ia berjualan wanita itu selalu membeli gorengannya. Rania dulunya tidak bisa memasak, namun semenjak menjadi seorang istri dia selalu mau belajar. Seperti resep gorengan ini, ia juga mempelajarinya dari youtube, dan alhamdulillah banyak yang menyukainya.

Rania memang terlahir dari keluarga menengah ke bawah, namun otaknya yang cerdas mampu mengantarkannya menjadi Sarjana Ekonomi dengan bantuan beasiswa prestasi. Itu sebabnya selama ini dia tidak pernah kehabisan akal untuk membuat keluarganya bertahan hidup.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikum salam,"

Ternyata suaminya sudah datang, bersamaan mbak Santi membeli gorengan.

"Kok sudah pulang, Mas?" tanya Rania.

"Pekerjaannya hanya sedikit. Nanti sore kita ke rumah ibu, ada selamatan di sana," jawab Alif.

"Mas mau sarapan atau mau makan gorengan? Memangnya hari ini tidak kerja?" tanyanya lagi.

"Aku mau mandi dulu, baru sarapan. Hari ini aku libur kerjanya," Alif langsung masuk kamar mandi.

Rania memanaskan sayur untuk suaminya sarapan, Alif sarapan dengan lahap. Setelah sarapan ia menemani Bintang bermain, namun tidak lama ia sudah tertidur pulas. Rania melayani pembeli yang mulai ramai sembari mengawasi Bintang bermain.

Pukul 15.15 Rania segera mengantar gorengan milik bu Rita, setelah itu ia segera membangunkan suaminya. Hari ini Alisa tidak mengaji karena suaminya mengajak semua ke rumah mertuanya.

"Mas bangun, sudah sore katanya mau ke rumah ibu," ia membangunkan suaminya dengan lembut.

"Kamu mandi dulu ajak Bintang juga, aku mau membereskan dagangan dulu," imbuhnya.

"Ya, baiklah. Alisa ayo bangun, kita akan ke rumah nenek," ucap Alif.

"Memangnya ada apa, Yah?" tanya Alisa sembari mengucek matanya yang masih mengantuk.

"Ada selamatan, Ayah mandi dulu bersama Bintang," jawab Alif.

"Mandi sama ibu, mau sama ibu," rengek Bintang.

"Ibu masih membereskan jualannya, sama ayah saja ya. Setelah ini kita akan ke rumah nenek, nanti kita beli mainan," bujuk Alif.

"Hore, mainan," sorak Bintang.

Tanpa drama lagi Bintang pun mau di ajak mandi oleh Ayahnya. Setelah selesai beres-beres, Rania membantu Bintang berpakaian. Setelah semua selesai baru gilirannya untuk membersihkan diri. Pukul 16.30 mereka berangkat. Karena jaraknya lumayan jauh mereka baru sampai saat azdan magrib berkumandang.

"Assalamualaikum,"

Mereka semua segera memberi salam, menyalami semua saudara yang juga telah datang.

"Wah Alif dan Rania, ayo masuk. Sini Cicit buyut yang tampan, Bintang sudah sekolah belum?"

Ibu dari ayah mertua Rania memang baik, dia selalu ramah dan tidak membeda-bedakan menantu ataupun cicit dari keluarga suaminya. Selain perhatian, ia juga tidak pernah pelit.

"Nenek apa kabar? Aku kira Nenek tidak ada di sini, katanya Nenek ke luar kota?" tanya Rania.

"Baru dua hari lalu kembali, aku tidak betah di sana dingin sekali, Rania," jawabnya.

"Nenek sudah tua, sekarang sudah tidak sesehat dulu, sebaiknya jangan pergi jauh-jauh," ucap Rania sembari memijat punggung wanita tua itu.

"Mau bagaimana lagi, kadang tidak enak tinggal terlalu lama," ujarnya.

"Bukan tidak betah, tapi memang dasarnya sukanya keluyuran. Punya uang sedikit saja sudah gatal mau pergi," sahut ibu mertua Rania.

Ayah mertua Rania dan semua yang hadir hanya diam, memang bukan rahasia umum lagi jika ibu mertua dan nenek mertua Rania tidak bisa akur. Sebenarnya ibu mertuanya tipe orang yang merasa dirinya yang paling benar, jadi hampir tidak pernah ada yang cocok dengannya. Bahkan dengan ibu kandungnya sendiri ibu mertuanya itu sering cekcok. Dengan keluarganya saja tidak merasa cocok, bisa di bayangkan bagaimana dengan Rania.

"Sudah Nek, jangan dengarkan ibu. Dia memang seperti itu, jangan di masukkan ke dalam hati ya," hibur Alif.

"Iya Bu, jangan dengarkan ibu Alif memang begitu. Tapi dia sebenarnya baik kok," imbuh ayah mertua Rania.

"Iya aku tahu, aku tidak apa-apa,"

Rania tahu walau nenek suaminya berkata begitu, namun hatinya pasti sakit. Walaupun memang sudah biasa berkata yang menyakitkan hati orang lain, tetap saja yang namanya perasaan siapa yang tahu.

Setelah semua selesai Rania membantu membersihkan piring bersama beberapa orang, sedangkan yang lain masih mengobrol di depan. Tiba-tiba ibu mertuanya mendekat dan mengajaknya mengobrol.

"Rania, sekarang kegiatan mu di apa saja rumah? Apa hanya ongkang-ongkang kaki menikmati hasil kerja suami mu?" tanyanya datar.

Astagfirullah, Rania hanya bisa mengucap istighfar dalam hati. Padahal ibu mertuanya tahu anaknya tidak pernah memberi nafkah yang cukup untuknya selama ini, tapi bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Selama ini dia memang lebih banyak diam dan menghadapi kenyataan ini sendiri.

"Aku jualan, Bu. Supaya bisa membantu mas Alif memenuhi kebutuhan keluarga," jawab Rania tegas.

"Sarjana kok jualan, lebih baik kerja kantoran lagi. Alif saja tidak pernah memberi ku uang, mana mungkin gajinya tidak cukup," balas nya sinis.

"Mungkin belum cukup, makanya mas Alif belum bisa memberi Ibu selama ini. Jika aku bekerja lagi bagaimana dengan anak-anak, siapa yang akan mengurus mereka? Aku memilih berjualan agar masih bisa di sambi merawat mereka," ucap Rania.

"Alasan saja, bilang saja kalau malas mau bekerja lagi. Memang lebih enak di rumah, tinggal menikmati hasil jerih payah suami," sindir ibu mertuanya lagi.

Rania menghela napas, ia memilih mengalah Karena percuma bicara dengan ibu mertuanya, ia akan selalu mencari kesalahannya. Dari awal sepertinya memang dia tidak menyukainya, karena dia hanya orang miskin.

"Wah sedang bicara apa ini, serius sekali sepertinya?" tanya Alif tiba-tiba muncul.

"Ibu menyuruh Rania bekerja kantoran lagi, kan sayang punya title sarjana tapi cuma jualan gorengan," jawab ibunya.

"Wah, ide yang bagus itu," dukung Alif.

Mata Rania membulat, ia tidak menyangka suaminya akan mendukung ibunya. Padahal baru setahun belakangan ia berhenti bekerja, selama ini pun ia selalu menghasilkan uang bukan hanya duduk manis di rumah. Air mata itu di tahannya sekuat tenaga agar tidak tumpah, ia memilih meninggalkan mereka dan menahan rasa sakit itu sendiri.

Terpopuler

Comments

Dewa Rana

Dewa Rana

kasian, sarjana ekonomi jadi tukang gorengan

2024-09-16

0

moms Enf

moms Enf

mertua sama suami g ada akhlak

2023-03-26

0

SBY army

SBY army

ibu sama anak sama saja

2023-02-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bertengkar Lagi
2 Bab 2 Lelah Yang Terbayar
3 Bab 3 Sabar
4 Bab 4 Mertua Cerewet
5 Bab 5 Tidak Pernah di Hargai
6 Bab 6 Status Whatsapp
7 Bab 7 Ceraikan Aku
8 Bab 8 Ku Beri Waktu Sebulan
9 Bab 9 Rasa Yang Memudar
10 Bab 10 Rezeki Yang Tak Terduga
11 Bab 11 Tamu Tak di Undang
12 Bab 12 Tamparan
13 Bab 13 Akhir Dari Segalanya
14 Bab 14 Minta Maaf
15 Bab 15 Mengenang Masa Lalu
16 Bab 16 Cemburu
17 Bab 17 Kejadian di Kolam Renang
18 Bab 18 Mengancam Bunuh Diri
19 Bab 19 Demi Rasa Kemanusiaan
20 Bab 20 Perubahan Sikap
21 Bab 21 Membayar Kontrakan
22 Bab 22 Bertemu Mantan
23 Bab 23 Permintaan Maaf
24 Bab 24 Bertemu Lagi
25 Bab 25 Belajar Ikhlas
26 Bab 26 Ketahuan
27 Bab 27 Terusir
28 Bab 28 Kejadian di Rumah Alif
29 Bab 29 Kedatangan Ibu Mertua
30 Bab 30 Lapor Polisi
31 Bab 31 Mencabut Laporan
32 Bab 32 Surat Panggilan
33 Bab 33 Di Tuduh Selingkuh
34 Bab 34 Sidang Pertama
35 Bab 35 Alisa Menghilang
36 Bab 36 Peringatan Keras
37 Bab 37 Kebun Binatang
38 Bab 38 Resmi Bercerai
39 Bab 39 Alif Sakit
40 Bab 40 Liburan
41 Bab 41 Mengunjungi Orang Tua Rangga
42 Bab 42 Tidur Satu Ranjang
43 Bab 43 Menyatakan Perasaan
44 Bab 44 Alif dan Desi
45 Bab 45 Kenikmatan Satu Malam
46 Bab 46 Pertemuan Tidak Terduga
47 Bab 47 Ke Sekolah Alisa
48 Bab 48 Desi si Penggoda
49 Bab 49 Lewat Masa Iddah
50 Bab 50 Pencurian
51 Bab 51 Undangan Pernikahan
52 Bab 52 Alif Menikah
53 Bab 53 Mantan Menantu Yang Sukses
54 Bab 54 Terjebak
55 Bab 55 Di Sekap
56 Bab 56 Berhasil Kabur
57 Bab 57 Di Rumah Rangga
58 Bab 58 Kedatangan Alif
59 Bab 59 Bertemu Teman Lama
60 Bab 60 Restu Orang Tua
61 Bab 61 Sifat Asli Desi
62 Bab 62 Alif Minggat
63 Bab 63 Makan Malam Keluarga
64 Bab 64 Membeli Seserahan
65 Bab 65 Lamaran
66 Bab 66 Pisah Ranjang
67 Bab 67 Keputusan Ku Sudah Bulat
68 Bab 68 Persiapan Pernikahan
69 Bab 69 Akhirnya Menikah
70 Bab 70 Malam Pertama
71 Bab 71 Rania Bahagia, Alif Terluka
72 Bab 72 Bulan Madu
73 Bab 73 Alisa di Bully
74 Bab 74 Sosok Laila
75 Bab 75 Cemburu
76 Bab 76 Hamil
77 Bab 77 Rahasia Alisa
78 Bab 78 Ngidam
79 Bab 79 Keadilan
80 Bab 80 Kunjungan Alif
81 Bab 81 Jadi Korban Preman
82 Bab 82 Acara Empat Bulanan
83 Bab 83 Ayah Untuk Akila
84 Bab 84 Jalan-Jalan
85 Bab 85 Dona Salah Paham
86 Bab 86 Rahasia Yang terungkap
87 Bab 87 Menyakiti Rania
88 Bab 88 Masuk RSJ
89 Bab 89 Menikah Ke-3 Kalinya
90 Bab 90 Alif Dan Laila
91 Bab 91 Melahirkan
92 Bab 92 Selamat Datang Abhinaya
93 Bab 93 Derita Laila
94 Bab 94 Akila Jadi Rebutan
95 Bab 95 Kedatangan Teman Lama
96 Bab 96 Ambisi Michelle
97 Bab 97 Paket Misterius
98 Bab 98 Isinya Mengerikan
99 Bab 99 Ternyata Dia Pelakunya
100 Bab 100 Baby Naya di Culik
101 Pengumuman
102 Bab 101 Selamat Tinggal, Sayang
103 Bab 102 Bu Nani Pembunuh?
104 Bab 103 Meninggalkan Rumah
105 Bab 104 Minta Maaf
106 Bab 105 Bayar Hutang Kalian
107 Bab 106 Bertemu Rania
108 Bab 107 Mengunjungi Laila
109 Bab 108 Mengerjai Mertua Laila
110 pengumuman update
111 Bab 109 Michelle Menyukai Anto?
112 Bab 110 Permintaan Michelle
113 Bab 111 Ternyata Dia Masih Mencintainya
114 Bab 112 Bunuh Diri
115 Bab 113 Cinta Yang Datang Terlambat
116 Bab 113 Kecelakaan Membawa Berkah
117 Bab 114 Akhir Yang Indah
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab 1 Bertengkar Lagi
2
Bab 2 Lelah Yang Terbayar
3
Bab 3 Sabar
4
Bab 4 Mertua Cerewet
5
Bab 5 Tidak Pernah di Hargai
6
Bab 6 Status Whatsapp
7
Bab 7 Ceraikan Aku
8
Bab 8 Ku Beri Waktu Sebulan
9
Bab 9 Rasa Yang Memudar
10
Bab 10 Rezeki Yang Tak Terduga
11
Bab 11 Tamu Tak di Undang
12
Bab 12 Tamparan
13
Bab 13 Akhir Dari Segalanya
14
Bab 14 Minta Maaf
15
Bab 15 Mengenang Masa Lalu
16
Bab 16 Cemburu
17
Bab 17 Kejadian di Kolam Renang
18
Bab 18 Mengancam Bunuh Diri
19
Bab 19 Demi Rasa Kemanusiaan
20
Bab 20 Perubahan Sikap
21
Bab 21 Membayar Kontrakan
22
Bab 22 Bertemu Mantan
23
Bab 23 Permintaan Maaf
24
Bab 24 Bertemu Lagi
25
Bab 25 Belajar Ikhlas
26
Bab 26 Ketahuan
27
Bab 27 Terusir
28
Bab 28 Kejadian di Rumah Alif
29
Bab 29 Kedatangan Ibu Mertua
30
Bab 30 Lapor Polisi
31
Bab 31 Mencabut Laporan
32
Bab 32 Surat Panggilan
33
Bab 33 Di Tuduh Selingkuh
34
Bab 34 Sidang Pertama
35
Bab 35 Alisa Menghilang
36
Bab 36 Peringatan Keras
37
Bab 37 Kebun Binatang
38
Bab 38 Resmi Bercerai
39
Bab 39 Alif Sakit
40
Bab 40 Liburan
41
Bab 41 Mengunjungi Orang Tua Rangga
42
Bab 42 Tidur Satu Ranjang
43
Bab 43 Menyatakan Perasaan
44
Bab 44 Alif dan Desi
45
Bab 45 Kenikmatan Satu Malam
46
Bab 46 Pertemuan Tidak Terduga
47
Bab 47 Ke Sekolah Alisa
48
Bab 48 Desi si Penggoda
49
Bab 49 Lewat Masa Iddah
50
Bab 50 Pencurian
51
Bab 51 Undangan Pernikahan
52
Bab 52 Alif Menikah
53
Bab 53 Mantan Menantu Yang Sukses
54
Bab 54 Terjebak
55
Bab 55 Di Sekap
56
Bab 56 Berhasil Kabur
57
Bab 57 Di Rumah Rangga
58
Bab 58 Kedatangan Alif
59
Bab 59 Bertemu Teman Lama
60
Bab 60 Restu Orang Tua
61
Bab 61 Sifat Asli Desi
62
Bab 62 Alif Minggat
63
Bab 63 Makan Malam Keluarga
64
Bab 64 Membeli Seserahan
65
Bab 65 Lamaran
66
Bab 66 Pisah Ranjang
67
Bab 67 Keputusan Ku Sudah Bulat
68
Bab 68 Persiapan Pernikahan
69
Bab 69 Akhirnya Menikah
70
Bab 70 Malam Pertama
71
Bab 71 Rania Bahagia, Alif Terluka
72
Bab 72 Bulan Madu
73
Bab 73 Alisa di Bully
74
Bab 74 Sosok Laila
75
Bab 75 Cemburu
76
Bab 76 Hamil
77
Bab 77 Rahasia Alisa
78
Bab 78 Ngidam
79
Bab 79 Keadilan
80
Bab 80 Kunjungan Alif
81
Bab 81 Jadi Korban Preman
82
Bab 82 Acara Empat Bulanan
83
Bab 83 Ayah Untuk Akila
84
Bab 84 Jalan-Jalan
85
Bab 85 Dona Salah Paham
86
Bab 86 Rahasia Yang terungkap
87
Bab 87 Menyakiti Rania
88
Bab 88 Masuk RSJ
89
Bab 89 Menikah Ke-3 Kalinya
90
Bab 90 Alif Dan Laila
91
Bab 91 Melahirkan
92
Bab 92 Selamat Datang Abhinaya
93
Bab 93 Derita Laila
94
Bab 94 Akila Jadi Rebutan
95
Bab 95 Kedatangan Teman Lama
96
Bab 96 Ambisi Michelle
97
Bab 97 Paket Misterius
98
Bab 98 Isinya Mengerikan
99
Bab 99 Ternyata Dia Pelakunya
100
Bab 100 Baby Naya di Culik
101
Pengumuman
102
Bab 101 Selamat Tinggal, Sayang
103
Bab 102 Bu Nani Pembunuh?
104
Bab 103 Meninggalkan Rumah
105
Bab 104 Minta Maaf
106
Bab 105 Bayar Hutang Kalian
107
Bab 106 Bertemu Rania
108
Bab 107 Mengunjungi Laila
109
Bab 108 Mengerjai Mertua Laila
110
pengumuman update
111
Bab 109 Michelle Menyukai Anto?
112
Bab 110 Permintaan Michelle
113
Bab 111 Ternyata Dia Masih Mencintainya
114
Bab 112 Bunuh Diri
115
Bab 113 Cinta Yang Datang Terlambat
116
Bab 113 Kecelakaan Membawa Berkah
117
Bab 114 Akhir Yang Indah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!