Bab 12 Tamparan

Rania segera menutup pintu dengan keras, emosinya masih terlihat meledak-ledak. Enak saja mertuanya mau mengambil barang dagangan yang sudah susah payah ia kumpulkan selama ini. Ia rela berpanas-panas untuk mencari barang promo kesana kemari, bahkan terkadang harus meninggalkan anak-anaknya agar lebih efisien waktu. Dan mertuanya seenaknya saja mau mengambil tanpa permisi.

Selama ia selalu di hina, sekarang saat dia mulai punya usaha seenaknya saja ibu mertuanya itu mau menjarah dagangannya. Mungkin dia pikir Rania akan selalu diam jika di hina dan di injak-injak, padahal selama ini dia melakukan hal itu karena rasa hormatnya mengingat wanita itu adalah ibu dari suaminya.

"Bu, kenapa nenek kesini marah-marah dan mau mengambil barang dagangan Ibu?" tanya Alisa yang mendengar suara keributan.

"Ibu juga tidak tahu, Nak. Mungkin nenek mu kira semua barang dagangan ini dari hasil kerja ayah mu," jawab Rania.

Sebenarnya Alisa juga sudah mendengar semuanya, hanya saja dia heran mengapa neneknya sepertinya sangat tidak menyukai ibunya. Selama ini dia tidak pernah mendengar neneknya berkata lembut kepada ibunya, setiap bertemu pasti selalu marah dan menghina ibunya. Padahal walau ibunya bukan berasal dari keluarga kaya, tapi ibunya berpendidikan dan bergelar sarjana ekonomi. Ibunya juga tidak malas, selama ini dia selalu membantu ayahnya dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

"Aku tidak suka dengan nenek, dia selalu saja jahat terhadap Ibu," tegas Alisa.

"Sayang, tidak boleh berbicara begitu. Bagaimanapun dia itu nenek mu, harus tetap kamu hormati walaupun terkadang berbuat semaunya,"

"Bukan terkadang Bu, tapi selalu begitu. Apa seorang ibu memang hanya baik kepada anak dan keluarganya saja ya, Bu?" tanya Alisa.

"Seharusnya tidak Nak, kita harus baik kepada siapa saja. Orang tua bisa juga berbuat salah, jadi kita harus bisa berpikir sendiri mana yang baik dan boleh di tiru, dan mana yang jahat yang harus kita tinggalkan,"

Rania tidak ingin mendoktrin anaknya dengan kata-kata negatif yang bisa merusak moral dan spiritual gadis kecil itu untuk ke depannya. Karena apa yang akan terjadi saat ia dewasa adalah cerminan bagaimana ia di didik sejak kecil. Orang tuanya selalu mendidik dirinya dengan tegas, bahkan tidak segan melayangkan pukulan jika ia berbuat buruk. Mungkin untuk sebagian orang itu terlihat sadis, namun justru hal itu yang mengantarkan dia sukses menjadi wanita yang kuat dan tahan banting seperti saat ini.

"Tapi Bu, Nenek Arum selalu baik kepada siapa saja termasuk kepada ayah, sedang nenek Nani mengapa dia bersikap begitu terhadap Ibu. Nenek Nani itu pilih kasih, kepada ayah baik tapi kepada Ibu..."

"Sudahlah Sayang, jangan di pikirkan lagi ya. Ibu baik-baik saja, selama ayah sayang Ibu dan kalian, Ibu tidak mau pusing dengan nenek kamu. Mungkin usianya yang semakin tua yang membuatnya begitu,"

Lagi-lagi Rania berbohong supaya Alisa tidak membenci neneknya, sesungguhnya ia sangat tertekan dengan sikap mertuanya yang selalu membuat hatinya terluka. Padahal ibu Arum, Ibu kandungnya selalu baik kepada Alif suami Rania. Baru tadi Rania berbuat tidak sopan dengan berbicara lantang dan mengusirnya, karena ia merasa ibu mertuanya sudah keterlaluan. Betapa niatnya dia kesini sampai membawa karung dan menggunakan jasa ojek online.

Rania segera merapikan kembali barang dagangan yang di buat berantakan, ia menyusunnya seperti semula.

☆☆☆

Beberapa saat kemudian.

Rania sibuk dengan gadgetnya, alhamdulillah banyak pesanan yang masuk ke wa nya. Sambil mencatat ia segera memisahkan barang sesuai pesanan, kadang ada yang ia antar namun tidak jarang juga pembeli yang mengambilnya langsung ke rumahnya. Alhamdulillah keuntungan berjualan seperti ini jauh lebih besar dari menjual gorengan dan jajanan anak.

"Sayang Ibu mau membuat pisang coklat, apa kamu mau?" tanya Rania.

"Wah pasti enak, aku mau Bu. Sudah lama tidak makan kue buatan Ibu, Bintang juga pasti suka,"

"Ya sudah kalian tunggu di sini, Ibu mau buat dulu. Jaga adik dan jangan bertengkar ya,"

Rania segera ke dapur berjibaku dengan pisang dan tepung. Sebelum menikah dia tidak bisa memasak yang susah-susah, karena saat bersama ibunya dia hanya membantu ibunya hal-hal yang ringan saja. Kalau hanya membuat mie atau nasi goreng ia bisa, selebihnya ia belajar otodidak setelah menikah. Karena pada hakikatnya tidak ada yang tidak bisa manusia pelajari jika punya niat.

Tiga puluh menit kemudian, sepiring pisang coklat hangat bertabur keju dan susu sudah siap di hidangkan, ia segera membawanya kepada anak-anaknya.

"Pisang coklat keju sudah siap, ayo di makan,"

"Enak, Bu," puji Bintang.

"Mantap sekali, lebih enak dari yang di jual di jalan," sahut Alisa.

Mereka menikmati hingga tetes terakhir, bahkan remahan-remahan di piring nyaris tidak ada. Jelas saja enak karena Rania memakai bahan premiun yang di tambah dengan rasa cinta dan kasih sayang seorang ibu.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 21.00, pantas saja mata Rania sudah terasa berat. Ia segera menemani anak-anaknya tidur. Baru juga mata akan terpejam terdengar suara motor berhenti di depan rumah, tampaknya suaminya yang datang. Dengan sedikit mengantuk Rania melangkah ke luar kamar, setelah memastikan benar suaminya yang datang ia segera membuka pintu.

"Berani-beraninya kamu membentak dan mengusir ibu ku, padahal selama ini aku sudah berusaha berubah menjadi lebih baik. Dia itu orang yang sudah melahirkan aku, tanpa dia aku tidak akan pernah ada. Kamu tega sudah membuatnya menangis, Kamu benar-benar kurang ajar Nia. Apa ibu mu tidak mendidik mu dengan benar sehingga kamu tidak sopan kepada orang tua,"

Senyum Rania seketika pudar setelah mendengar ocehan Alif, entah apa yang di ceritakan mertuanya sehingga Alif semarah ini.

"Ibu mu yang sudah tidak sopan datang kesini dan marah-marah, kenapa kamu justru menyalahkan aku Mas," ucap Rania.

Plakkk...

Sebuah tamparan mendarat di pipi Rania yang tanpa polesan bedak dan make up apapun. Serasa di sambar petir di siang bolong, hati Rania luluh lantak hancur berkeping-keping. Begitu tega suaminya menamparnya, selama ini seberat apapun masalahnya ia tidak pernah ringan tangan seperti ini.

"Kamu tidak perlu membela diri, aku tidak suka jika ibu ku di buat menangis," bentak Alif.

"Aku tidak mungkin diam saja ketika ibu mu bertindak seenaknya terhadap ku, aku sudah capek di tekan terus Mas. Kamu tidak terima jika ibu mu menangis, tapi kamu dan Ibu mu selalu membuat ku menangis. Aku juga punya perasaan Mas," teriak Rania.

Plakkk...

Lagi-lagi sebuah tamparan di layangkan Alif ke pipi wanita yang sudah melahirkan kedua anaknya. Dunia Rania terasa runtuh, ia tidak punya kekuatan lagi untuk bertahan. Lututnya terasa bergetar hebat, bahkan rasanya sudah tidak sanggup menopang tubuhnya.

"Ceraikan aku sekarang, Mas!"

Terpopuler

Comments

Dewa Rana

Dewa Rana

ceritanya bagus dan bahasanya rapi, tapi kok sepi ya

2024-09-16

0

Indah Ndutt

Indah Ndutt

iy cerai aj

2023-03-23

1

Alifia Najla Azhara

Alifia Najla Azhara

Alif dan ibunya sama saja

2023-02-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bertengkar Lagi
2 Bab 2 Lelah Yang Terbayar
3 Bab 3 Sabar
4 Bab 4 Mertua Cerewet
5 Bab 5 Tidak Pernah di Hargai
6 Bab 6 Status Whatsapp
7 Bab 7 Ceraikan Aku
8 Bab 8 Ku Beri Waktu Sebulan
9 Bab 9 Rasa Yang Memudar
10 Bab 10 Rezeki Yang Tak Terduga
11 Bab 11 Tamu Tak di Undang
12 Bab 12 Tamparan
13 Bab 13 Akhir Dari Segalanya
14 Bab 14 Minta Maaf
15 Bab 15 Mengenang Masa Lalu
16 Bab 16 Cemburu
17 Bab 17 Kejadian di Kolam Renang
18 Bab 18 Mengancam Bunuh Diri
19 Bab 19 Demi Rasa Kemanusiaan
20 Bab 20 Perubahan Sikap
21 Bab 21 Membayar Kontrakan
22 Bab 22 Bertemu Mantan
23 Bab 23 Permintaan Maaf
24 Bab 24 Bertemu Lagi
25 Bab 25 Belajar Ikhlas
26 Bab 26 Ketahuan
27 Bab 27 Terusir
28 Bab 28 Kejadian di Rumah Alif
29 Bab 29 Kedatangan Ibu Mertua
30 Bab 30 Lapor Polisi
31 Bab 31 Mencabut Laporan
32 Bab 32 Surat Panggilan
33 Bab 33 Di Tuduh Selingkuh
34 Bab 34 Sidang Pertama
35 Bab 35 Alisa Menghilang
36 Bab 36 Peringatan Keras
37 Bab 37 Kebun Binatang
38 Bab 38 Resmi Bercerai
39 Bab 39 Alif Sakit
40 Bab 40 Liburan
41 Bab 41 Mengunjungi Orang Tua Rangga
42 Bab 42 Tidur Satu Ranjang
43 Bab 43 Menyatakan Perasaan
44 Bab 44 Alif dan Desi
45 Bab 45 Kenikmatan Satu Malam
46 Bab 46 Pertemuan Tidak Terduga
47 Bab 47 Ke Sekolah Alisa
48 Bab 48 Desi si Penggoda
49 Bab 49 Lewat Masa Iddah
50 Bab 50 Pencurian
51 Bab 51 Undangan Pernikahan
52 Bab 52 Alif Menikah
53 Bab 53 Mantan Menantu Yang Sukses
54 Bab 54 Terjebak
55 Bab 55 Di Sekap
56 Bab 56 Berhasil Kabur
57 Bab 57 Di Rumah Rangga
58 Bab 58 Kedatangan Alif
59 Bab 59 Bertemu Teman Lama
60 Bab 60 Restu Orang Tua
61 Bab 61 Sifat Asli Desi
62 Bab 62 Alif Minggat
63 Bab 63 Makan Malam Keluarga
64 Bab 64 Membeli Seserahan
65 Bab 65 Lamaran
66 Bab 66 Pisah Ranjang
67 Bab 67 Keputusan Ku Sudah Bulat
68 Bab 68 Persiapan Pernikahan
69 Bab 69 Akhirnya Menikah
70 Bab 70 Malam Pertama
71 Bab 71 Rania Bahagia, Alif Terluka
72 Bab 72 Bulan Madu
73 Bab 73 Alisa di Bully
74 Bab 74 Sosok Laila
75 Bab 75 Cemburu
76 Bab 76 Hamil
77 Bab 77 Rahasia Alisa
78 Bab 78 Ngidam
79 Bab 79 Keadilan
80 Bab 80 Kunjungan Alif
81 Bab 81 Jadi Korban Preman
82 Bab 82 Acara Empat Bulanan
83 Bab 83 Ayah Untuk Akila
84 Bab 84 Jalan-Jalan
85 Bab 85 Dona Salah Paham
86 Bab 86 Rahasia Yang terungkap
87 Bab 87 Menyakiti Rania
88 Bab 88 Masuk RSJ
89 Bab 89 Menikah Ke-3 Kalinya
90 Bab 90 Alif Dan Laila
91 Bab 91 Melahirkan
92 Bab 92 Selamat Datang Abhinaya
93 Bab 93 Derita Laila
94 Bab 94 Akila Jadi Rebutan
95 Bab 95 Kedatangan Teman Lama
96 Bab 96 Ambisi Michelle
97 Bab 97 Paket Misterius
98 Bab 98 Isinya Mengerikan
99 Bab 99 Ternyata Dia Pelakunya
100 Bab 100 Baby Naya di Culik
101 Pengumuman
102 Bab 101 Selamat Tinggal, Sayang
103 Bab 102 Bu Nani Pembunuh?
104 Bab 103 Meninggalkan Rumah
105 Bab 104 Minta Maaf
106 Bab 105 Bayar Hutang Kalian
107 Bab 106 Bertemu Rania
108 Bab 107 Mengunjungi Laila
109 Bab 108 Mengerjai Mertua Laila
110 pengumuman update
111 Bab 109 Michelle Menyukai Anto?
112 Bab 110 Permintaan Michelle
113 Bab 111 Ternyata Dia Masih Mencintainya
114 Bab 112 Bunuh Diri
115 Bab 113 Cinta Yang Datang Terlambat
116 Bab 113 Kecelakaan Membawa Berkah
117 Bab 114 Akhir Yang Indah
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab 1 Bertengkar Lagi
2
Bab 2 Lelah Yang Terbayar
3
Bab 3 Sabar
4
Bab 4 Mertua Cerewet
5
Bab 5 Tidak Pernah di Hargai
6
Bab 6 Status Whatsapp
7
Bab 7 Ceraikan Aku
8
Bab 8 Ku Beri Waktu Sebulan
9
Bab 9 Rasa Yang Memudar
10
Bab 10 Rezeki Yang Tak Terduga
11
Bab 11 Tamu Tak di Undang
12
Bab 12 Tamparan
13
Bab 13 Akhir Dari Segalanya
14
Bab 14 Minta Maaf
15
Bab 15 Mengenang Masa Lalu
16
Bab 16 Cemburu
17
Bab 17 Kejadian di Kolam Renang
18
Bab 18 Mengancam Bunuh Diri
19
Bab 19 Demi Rasa Kemanusiaan
20
Bab 20 Perubahan Sikap
21
Bab 21 Membayar Kontrakan
22
Bab 22 Bertemu Mantan
23
Bab 23 Permintaan Maaf
24
Bab 24 Bertemu Lagi
25
Bab 25 Belajar Ikhlas
26
Bab 26 Ketahuan
27
Bab 27 Terusir
28
Bab 28 Kejadian di Rumah Alif
29
Bab 29 Kedatangan Ibu Mertua
30
Bab 30 Lapor Polisi
31
Bab 31 Mencabut Laporan
32
Bab 32 Surat Panggilan
33
Bab 33 Di Tuduh Selingkuh
34
Bab 34 Sidang Pertama
35
Bab 35 Alisa Menghilang
36
Bab 36 Peringatan Keras
37
Bab 37 Kebun Binatang
38
Bab 38 Resmi Bercerai
39
Bab 39 Alif Sakit
40
Bab 40 Liburan
41
Bab 41 Mengunjungi Orang Tua Rangga
42
Bab 42 Tidur Satu Ranjang
43
Bab 43 Menyatakan Perasaan
44
Bab 44 Alif dan Desi
45
Bab 45 Kenikmatan Satu Malam
46
Bab 46 Pertemuan Tidak Terduga
47
Bab 47 Ke Sekolah Alisa
48
Bab 48 Desi si Penggoda
49
Bab 49 Lewat Masa Iddah
50
Bab 50 Pencurian
51
Bab 51 Undangan Pernikahan
52
Bab 52 Alif Menikah
53
Bab 53 Mantan Menantu Yang Sukses
54
Bab 54 Terjebak
55
Bab 55 Di Sekap
56
Bab 56 Berhasil Kabur
57
Bab 57 Di Rumah Rangga
58
Bab 58 Kedatangan Alif
59
Bab 59 Bertemu Teman Lama
60
Bab 60 Restu Orang Tua
61
Bab 61 Sifat Asli Desi
62
Bab 62 Alif Minggat
63
Bab 63 Makan Malam Keluarga
64
Bab 64 Membeli Seserahan
65
Bab 65 Lamaran
66
Bab 66 Pisah Ranjang
67
Bab 67 Keputusan Ku Sudah Bulat
68
Bab 68 Persiapan Pernikahan
69
Bab 69 Akhirnya Menikah
70
Bab 70 Malam Pertama
71
Bab 71 Rania Bahagia, Alif Terluka
72
Bab 72 Bulan Madu
73
Bab 73 Alisa di Bully
74
Bab 74 Sosok Laila
75
Bab 75 Cemburu
76
Bab 76 Hamil
77
Bab 77 Rahasia Alisa
78
Bab 78 Ngidam
79
Bab 79 Keadilan
80
Bab 80 Kunjungan Alif
81
Bab 81 Jadi Korban Preman
82
Bab 82 Acara Empat Bulanan
83
Bab 83 Ayah Untuk Akila
84
Bab 84 Jalan-Jalan
85
Bab 85 Dona Salah Paham
86
Bab 86 Rahasia Yang terungkap
87
Bab 87 Menyakiti Rania
88
Bab 88 Masuk RSJ
89
Bab 89 Menikah Ke-3 Kalinya
90
Bab 90 Alif Dan Laila
91
Bab 91 Melahirkan
92
Bab 92 Selamat Datang Abhinaya
93
Bab 93 Derita Laila
94
Bab 94 Akila Jadi Rebutan
95
Bab 95 Kedatangan Teman Lama
96
Bab 96 Ambisi Michelle
97
Bab 97 Paket Misterius
98
Bab 98 Isinya Mengerikan
99
Bab 99 Ternyata Dia Pelakunya
100
Bab 100 Baby Naya di Culik
101
Pengumuman
102
Bab 101 Selamat Tinggal, Sayang
103
Bab 102 Bu Nani Pembunuh?
104
Bab 103 Meninggalkan Rumah
105
Bab 104 Minta Maaf
106
Bab 105 Bayar Hutang Kalian
107
Bab 106 Bertemu Rania
108
Bab 107 Mengunjungi Laila
109
Bab 108 Mengerjai Mertua Laila
110
pengumuman update
111
Bab 109 Michelle Menyukai Anto?
112
Bab 110 Permintaan Michelle
113
Bab 111 Ternyata Dia Masih Mencintainya
114
Bab 112 Bunuh Diri
115
Bab 113 Cinta Yang Datang Terlambat
116
Bab 113 Kecelakaan Membawa Berkah
117
Bab 114 Akhir Yang Indah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!