"Sayang, kenapa adik bisa sampai tenggelam tadi?" tanya Rania saat sampai di rumah.
Alisa diam dan menunduk, tampaknya gadis itu ragu untuk menjawab. Rania yang mengerti kegelisahan putrinya segera mendekat dan mengusap rambut gadis itu dengan lembut.
"Alisa jangan takut, kita harus berkata jujur karena Allah tidak suka kepada orang yang berbohong," ucap Rania lembut.
"Sebenarnya Bintang tidak tenggelam, hanya saja tadi dia sempat terjatuh. Tapi aku dan ayah segera menolongnya, Bintang hanya kaget sehingga sedikit menangis," jelas Alisa.
Astaga betapa teganya suaminya mengarang cerita, bahkan melibatkan putrinya yang masih kecil. Selama ini Rania tidak pernah mengajari kedua anaknya berbohong karena dirinya sendiri selalu berkata jujur, kedua orang tuanya selalu mendidiknya dengan benar.
"Alisa, kita tidak boleh berbohong dalam hal apapun. Siapapun yang mengajari kita untuk berbuat tidak baik, kita tidak boleh mengikuti. Lain kali harus selalu berkata jujur ya, Sayang,"
Rania berpesan dengan lembut, terkadang cara didik Rania dan suaminya memang berbeda. Walaupun orang tuanya di kategorikan kurang mampu, namun selalu mengutamakan pendidikan. Itu terbukti dengan lulusnya Rania menjadi seorang Sarjana Ekonomi, dan terbentuknya attitude nya yang baik. Itu mengapa wanita itu bisa mendidik anknya dengan baik pula.
Sedangkan Alif walaupun dari keluarga ekonomi menengah ke atas, dia hanya tamatan SMU. Sifatnya kurang bertanggung jawab dan lebih suka mengandalkan wanita, suka berbohong, dan sedikit pemalas. Sebenarnya dia pria yang baik, hanya saja berada dalam didikan yang salah.
"Iya Bu, maafkan Alisa ya. Tadi sebenarnya aku mau bilang, tapi ayah memberi kode untuk diam dan tidak ikut bicara,"
"Ya sudah, tidak apa-apa. Lain kali jangan di ulangi lagi ya, sekarang kamu istirahat saja. Tuh adik sudah tidur dari tadi, kalian pasti capek setelah berenang,"
Alisa menuruti ucapan ibunya, ia segera berbaring di sebelah Bintang. Rania ingin merebahkan diri juga, punggungnya serasa mau patah karena naik motor dari pagi dan berkeliling. Namun terdengar suara motor Alif di halaman, rasa tidak nyaman kembali menyelimuti hatinya.
"Rania, aku ingin bicara,"
"Sstt... jangan ramai. Anak-anak sedang tidur, lagian tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi,"
Rania tetap beranjak dan masuk ke dapur untuk minum, sedangkan Alif mengikuti langkah istrinya.
"Apa kamu sudah benar-benar tidak mencintai ku, Nia?"
"Menurut mu bagaimana, Mas?"
"Aku ingin jawaban dari mulut mu, aku tidak mau menduga-duga,"
Rania menghela napas kasar, ia tidak suka Alif terlalu mendesaknya. Sebenarnya ia tidak suka menyakiti perasaan seseorang, namun jika suaminya memaksa ia terpaksa mengatakannya.
"Aku sudah tidak memiliki rasa kepada mu, aku masih mengizinkan mu di sini hanya karena anak-anak. Aku tahu mereka perlu beradaptasi sebelum benar-benar kehilangan sosok ayah. Jadi aku mohon segera pergilah dari sini dan cepat ceraikan aku, Mas,"
Rania tidak dapat menutupi kesedihannya, ini adalah keputusan yang berat untuknya. 11 tahun bukan waktu yang singkat untuk berjuang, ia telah begitu sabar selama ini, bertahan menghadapi semuanya sendiri.
"Aku tidak menyangka akan semudah ini kamu melupakan cinta kita, 11 tahun kebersamaan kita seakan tidak ada artinya bagi mu. Aku tahu aku jauh dari sempurna, tapi aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan mu dan anak-anak. Aku tidak rela jika semua kandas begitu saja,"
"Mudah kamu bilang? Ini keputusan yang berat untuk ku, Mas. Wanita mana yang mau hidup menjanda? Wanita mana yang mau jadi single parents? Bertahun-tahun aku selalu bersabar, dan aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Bahkan kamu begitu tega memukul ku untuk sesuatu yang bukan salah ku, orang tua ku saja sampai sekarang tidak pernah berbuat kasar kepada ku. Apa aku harus menunggu kamu membunuh ku, untuk bisa berpisah dengan mu?"
Rania yang tadi sedih kini berubah kesal, seenaknya saja Alif berkata begitu kepadanya. Ia berbicara seolah justru pria itu yang menjadi korban. Memang dasar tidak mau di salahkan, dia dan keluarganya selalu merasa benar.
"Lalu kenapa kamu ngotot mau bercerai jika tidak ingin menjadi janda? Untuk masalah itu aku mengaku salah, kamu bisa balas memukul ku jika mau, aku rela kok. Yang penting kita tetap bisa bersama, aku berjanji akan berubah menjadi lebih baik,"
Rania merasa percuma bicara dengan suaminya, pria itu lihai bermain kata. Selalu bisa memutar fakta, akhirnya Rania yang akan tersudut. Jika selama ini dia diam dan mengalah, tidak akan terjadi lagi saat ini. Ia sudah tidak ingin melanjutkan pernikahan toxic ini, ia berhak hidup bahagia walau tidak bersama Alif.
"Aku capek bicara dengan mu tidak akan ada habisnya, jika kamu tidak segera mengurus perceraian kita, maka aku yang akan melayangkan surat cerai untuk mu,"
Rania melangkah kembali ke dalam kamar dan menutup pintunya.
"Aku tidak akan menceraikan kamu sampai kapanpun, Nia,"
Alif berteriak dan memukul meja, ia sangat kesal karena tidak dapat membujuk istrinya agar jangan bercerai darinya.
☆☆☆
Keesokan harinya.
"Aku kira kamu sudah tidak mau kesini lagi, pasti kamu bertengkar lagi dengan wanita sialan itu makanya datang kemari," ucap ibunya.
Alif sedang tidak ingin berdebat dengan ibunya, ia kesini untuk menenangkan pikirannya yang kalut. Ibunya sekarang sudah terang-terangan menunjukkan rasa tidak suka kepada istrinya, ini membuat dirinya semakin sulit. Istrinya tidak akan mau bersamanya jika sikap ibunya masih seperti itu.
"Bu, berhentilah membenci istri ku. Aku mencintai Rania dan tidak ingin berpisah dengannya, kasihan anak-anak ku. Lebih baik aku mati jika sampai berpisah dengannya,"
Alif berkata dengan lantang, ia sudah tidak punya ide bagaimana membujuk ibunya agar tidak jahat kepada istrinya. Mungkin dengan mengancam pikiran ibunya akan berubah, karena ia tahu ibunya sayang kepadanya. Ia tidak akan tega jika sampai dirinya meninggal.
"Apa kamu sudah gila, Lif? Untuk apa kamu bunuh diri demi seorang wanita? Dia bahkan sudah tidak ingin hidup dengan mu lagi,"
"Itu semua karena Ibu, hampir setiap saat Ibu selalu menghina dan berbuat jahat kepada istri ku. Jika Ibu baik kepadanya, tidak mungkin dia ingin bercerai. Aku serius, jika sampai aku kehilangan Rania dan kedua anak ku, aku akan mengakhiri hidup ku sendiri,"
"Alif berhenti, kamu jangan nekad,"
Alif bergegas pergi tak tentu arah, ia tak mau mendengarkan ucapan ibunya. Di rumah dan di rumah ibunya sama-sama membuatnya stres. Ia mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, pikirannya benar-benar kalut. Ia tidak punya solusi untuk menjembatani hubungan istri dan ibunya agar membaik.
Sampai di perempatan dirinya mulai kehilangan fokus, pandangannya melemah dan kepalanya mulai pusing.
Brukkk...
Terdengar benturan yang cukup keras, sehingga membuat semua orang berlarian ke arah sumber suara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
SBY army
kecelakaan ya si Alif
2023-03-16
0
Alifia Najla Azhara
kapok kecelakaan
2023-02-22
0