Bab 20 Perubahan Sikap

"Maksud Ibu apa? Aku bahkan tidak bersamanya saat dia kecelakaan?" tanya Rania tidak suka.

"Sudah Bu, apa Ibu lupa ucapan ku tadi. Jika Ibu hanya kesini untuk membuat keributan, lebih baik pulang saja. Apa Ibu ingin kondisi ku makin buruk?"

Alif berkata dengan tegas sampai meringis menahan sakit karena terlalu banyak mengeluarkan tenaga. Ibunya seketika terdiam, bagaimanapun dia tidak ingin kejadian buruk menimpa putranya.

"Mas, aku harus pulang dulu karena harus mengantar pesanan. Nanti sore aku akan kesini lagi dan menginap, di sini kan sudah ada ibu yang menemani" ucap Rania.

"Ya baiklah, apa anak-anak akan kamu bawa?" tanya Alif.

"Kalian di sini saja sama nenek dan ayah ya," imbuh neneknya.

"Aku ikut ibu saja,"

Alisa memeluk ibunya seolah takut di pisahkan. Rania juga tidak mau memaksa kedua anaknya untuk tinggal, karena selama ini mereka memang tidak pernah dekat dengan keduanya.

Setelah berpamitan kepada suami dan Ibu mertuanya Rania segera berlalu, ia langsung menuju rumah untuk mengambil barang. Karena melihat kedua anaknya lelah, ia memutuskan untuk menidurkan mereka terlebih dahulu sebelum mengirim pesanan.

***

Sementara itu di rumah sakit.

"Bu, aku mohon jangan bertengkar lagi dengan Rania. Aku sangat mencintainya dan masih ingin terus bersamanya, kasihan cucu ibu jika sampai kita bercerai. Tolong tekan ego Ibu, demi kebahagiaan putra ibu ini. Aku tak tahu apa yang sanggup aku lakukan jika sampai kehilangan istri ku," ucap Alif serius.

Ibunya menghela napas dengan kasar, ini permintaan yang sangat berat untuknya. Dia telah membenci menantunya itu sejak awal ia mengetahui Rania berasal dari keluarga miskin, hanya karena Alif begitu mencintai wanita itu dia menerimanya.

Rasa bencinya semakin menjadi tatkala hubungan dia dan putranya makin renggang, Alif terlalu sibuk dengan keluarga kecilnya sehingga jarang menjenguk ibunya. Ia tidak suka jika putranya membangga-banggakan istrinya yang lulusan sarjana dan bekerja di kantor dengan penghasilan yang besar kala itu, ia terus menghasut putranya agar membenci istrinya sendiri. Walaupun rencananya tidak sepenuhnya berhasil namun dia senang karena akhirnya Alif selalu membela dirinya walaupun perbuatannya salah. Namun tampaknya sekarang ia harus mengalah kembali, ia tidak ingin jika putranya melakukan ancamannya itu.

"Baiklah Nak, demi kamu ibu rela mengalah. Sekarang makan dulu ya, biar ibu suapin," ucap ibunya.

"Nah begitu dong Bu, jika ibu baik dengan menantu kita kan enak di lihatnya. Semoga Rania masih mau membatalkan keputusannya untuk bercerai," sahut ayahnya.

"Aku berharap juga begitu, aku tidak ingin berpisah dengannya," balas Alif.

☆☆☆

Sore harinya.

Setelah semua selesai mandi dan shalat ashar, Rania segera menyiapkan barang-barang yang akan di bawa. Dia memutuskan besok Alisa izin libur sekolah, karena kasihan jika harus pulang lagi mengingat tempat ayahnya di rawat lumayan jauh. Ia membawa bekal agar lebih hemat, tidak lupa ia membeli jajanan untuk anaknya.

"Bu, apa Ibu dan ayah akan kembali seperti dulu? Tidak bertengkar dan romantis seperti pasangan di sinetron itu?"

Rania tersenyum, batinnya tertawa mendengar pertanyaan Alisa yang menurutnya sedikit lucu karena terlontar dari seorang anak SD. Ia tidak ingin memberikan harapan palsu kepada putrinya, namun ia juga tidak ingin menyakiti hati gadis kecil itu. Ia harus menyiapkan jawaban yang pantas, harus mencari kata-kata yang tepat.

"Ketahuilah Nak, tidak ada pasangan yang ingin berpisah, semua ingin hidup harmonis. Tapi terkadang kita tidak dapat menolak takdir yang telah di gariskan oleh Tuhan atas hidup kita. Ibu hanya meminta kepada Allah, sadarkan ayah dan nenek mu jika kita masih ada takdir untuk bersama. Tapi jika memang ibu tidak berjodoh dengan ayah, kita semua harus ikhlas menerima,"

Alisa menyimak penjelasan ibunya dengan seksama, penjelasan ibunya dapat ia cerna dengan baik walaupun ia masih kecil. Kerasnya hidup yang selama ini mereka jalani membuatnya menjadi lebih dewasa, pikirannya tidak seperti anak sebayanya yang hanya senang bermain. Alisa lebih senang membantu pekerjaan ibunya seperti membantu pekerjaan rumah atau menemani dan menjaga adiknya bermain.

"Aku mau ikut ibu, apapun yang terjadi. Aku tidak mau jika harus tinggal dengan ayah dan nenek,"

Alisa memeluk Rania sangat erat, kesedihan tampak dari matanya yang bening. Rania membalas pelukannya dengan kesedihan yang mendalam, betapa rumit takdir yang di gariskan Tuhan untuk hidupnya.

"Ibu akan berjuang agar kalian tetap bisa bersama ibu, jangan sedih lagi ya,"

Rania menyeka tiik-titik air mata yang membasahi pipi putrinya, ia menciumi pipi gadis itu dengan penuh rasa bersalah. Ia sangat merasa bersalah harus membuat kedua anaknya hidup dalam keluarga yang terpisah di usia mereka yang masih dini.

Setelah suasana kembali stabil, Rania bergegas menuju rumah sakit. Ia berharap ibu mertuanya tidak akan membuat keributan lagi saat bertemu dengannya. Perlahan ia melangkah di lorong rumah sakit, perasaannya makin tidak karuan saat tiba di depan kamar suaminya.

"Assalamualaikum," ucap Rania dan Alisa.

"Eh kalian sudah datang, ayo duduk di sini,"

Mereka terkejut bukan main dengan perubahan sikap ibunya Alif, bisa juga ternyata ia berkata dengan ramah begitu. Alisa melirik ke arah ibunya, Rania membalasnya dengan senyuman.

"Kalian sudah makan belum, ini ibu tadi sempat masak banyak. Makan saja jika mau,"

Lagi-lagi ibu mertuanya tidak bersikap seperti biasanya, padahal tadi pagi dia masih menghinanya. Tidak mungkin ia berubah secepat ini, pasti sesuatu terjadi padanya.

"Tidak perlu Bu, kita semua tadi sudah makan. Ini juga kita bawa bekal," tolak Rania sopan.

"Oh ya sudah, kalau kalian capek istirahat saja mumpung ranjang sebelah kosong,"

"Tadi anak-anak sudah tidur kok, mereka ingin bertemu ayahnya,"

"Mungkin kamu capek, tadi kamu kan mengirim barang pesanan,"

"Ah tidak Bu, aku sudah terbiasa,"

Alif senang sekali dengan perubahan sikap ibunya, ternyata ancamannya berhasil. Ia berharap hubungan ibu dan istrinya segera membaik agar Rania membatalkan untuk bercerai.

"Nia, kita titip Alif ya. Kita akan pulang, besok kita akan kemari lagi," pinta ayah mertuanya.

"Iya Yah, jangan kuatir, aku akan menjaga mas Alif," jawab Rania.

"Oh iya Yah, tadi pagi aku sempat bikin kue brownies cukup banyak. Kalau ayah mau bisa bawa sebagian, Mas Alif tidak mungkin menghabiskannya,"

"Boleh Nak, terima kasih ya,"

Rania memberikan satu tepak kue untuk ayah mertuanya bawa pulang, sedangkan ibu mertuanya hanya diam saja. Perubahannya tadi sangat kentara jika di paksakan. Entah apa yang membuatnya berpura-pura begitu.

Setelah mereka berpamitan, Rania juga keluar untuk memberikan kunci motor mertuanya yang ketinggalan. Ia berusaha mengejar mereka berdua.

"Kalau bukan karena Alif mengancam akan bunuh diri, tidak sudi aku bermanis-manis dengan perempuan itu. Mau muntah rasanya aku jika melihatnya,"

'Ternyata ini penyebab perubahan sikapnya' batin Rania.

Terpopuler

Comments

Dewa Rana

Dewa Rana

ternyata oh ternyata

2024-09-16

0

SBY army

SBY army

ternyata karena itu

2023-03-16

0

Alifia Najla Azhara

Alifia Najla Azhara

ketahuan deh

2023-02-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bertengkar Lagi
2 Bab 2 Lelah Yang Terbayar
3 Bab 3 Sabar
4 Bab 4 Mertua Cerewet
5 Bab 5 Tidak Pernah di Hargai
6 Bab 6 Status Whatsapp
7 Bab 7 Ceraikan Aku
8 Bab 8 Ku Beri Waktu Sebulan
9 Bab 9 Rasa Yang Memudar
10 Bab 10 Rezeki Yang Tak Terduga
11 Bab 11 Tamu Tak di Undang
12 Bab 12 Tamparan
13 Bab 13 Akhir Dari Segalanya
14 Bab 14 Minta Maaf
15 Bab 15 Mengenang Masa Lalu
16 Bab 16 Cemburu
17 Bab 17 Kejadian di Kolam Renang
18 Bab 18 Mengancam Bunuh Diri
19 Bab 19 Demi Rasa Kemanusiaan
20 Bab 20 Perubahan Sikap
21 Bab 21 Membayar Kontrakan
22 Bab 22 Bertemu Mantan
23 Bab 23 Permintaan Maaf
24 Bab 24 Bertemu Lagi
25 Bab 25 Belajar Ikhlas
26 Bab 26 Ketahuan
27 Bab 27 Terusir
28 Bab 28 Kejadian di Rumah Alif
29 Bab 29 Kedatangan Ibu Mertua
30 Bab 30 Lapor Polisi
31 Bab 31 Mencabut Laporan
32 Bab 32 Surat Panggilan
33 Bab 33 Di Tuduh Selingkuh
34 Bab 34 Sidang Pertama
35 Bab 35 Alisa Menghilang
36 Bab 36 Peringatan Keras
37 Bab 37 Kebun Binatang
38 Bab 38 Resmi Bercerai
39 Bab 39 Alif Sakit
40 Bab 40 Liburan
41 Bab 41 Mengunjungi Orang Tua Rangga
42 Bab 42 Tidur Satu Ranjang
43 Bab 43 Menyatakan Perasaan
44 Bab 44 Alif dan Desi
45 Bab 45 Kenikmatan Satu Malam
46 Bab 46 Pertemuan Tidak Terduga
47 Bab 47 Ke Sekolah Alisa
48 Bab 48 Desi si Penggoda
49 Bab 49 Lewat Masa Iddah
50 Bab 50 Pencurian
51 Bab 51 Undangan Pernikahan
52 Bab 52 Alif Menikah
53 Bab 53 Mantan Menantu Yang Sukses
54 Bab 54 Terjebak
55 Bab 55 Di Sekap
56 Bab 56 Berhasil Kabur
57 Bab 57 Di Rumah Rangga
58 Bab 58 Kedatangan Alif
59 Bab 59 Bertemu Teman Lama
60 Bab 60 Restu Orang Tua
61 Bab 61 Sifat Asli Desi
62 Bab 62 Alif Minggat
63 Bab 63 Makan Malam Keluarga
64 Bab 64 Membeli Seserahan
65 Bab 65 Lamaran
66 Bab 66 Pisah Ranjang
67 Bab 67 Keputusan Ku Sudah Bulat
68 Bab 68 Persiapan Pernikahan
69 Bab 69 Akhirnya Menikah
70 Bab 70 Malam Pertama
71 Bab 71 Rania Bahagia, Alif Terluka
72 Bab 72 Bulan Madu
73 Bab 73 Alisa di Bully
74 Bab 74 Sosok Laila
75 Bab 75 Cemburu
76 Bab 76 Hamil
77 Bab 77 Rahasia Alisa
78 Bab 78 Ngidam
79 Bab 79 Keadilan
80 Bab 80 Kunjungan Alif
81 Bab 81 Jadi Korban Preman
82 Bab 82 Acara Empat Bulanan
83 Bab 83 Ayah Untuk Akila
84 Bab 84 Jalan-Jalan
85 Bab 85 Dona Salah Paham
86 Bab 86 Rahasia Yang terungkap
87 Bab 87 Menyakiti Rania
88 Bab 88 Masuk RSJ
89 Bab 89 Menikah Ke-3 Kalinya
90 Bab 90 Alif Dan Laila
91 Bab 91 Melahirkan
92 Bab 92 Selamat Datang Abhinaya
93 Bab 93 Derita Laila
94 Bab 94 Akila Jadi Rebutan
95 Bab 95 Kedatangan Teman Lama
96 Bab 96 Ambisi Michelle
97 Bab 97 Paket Misterius
98 Bab 98 Isinya Mengerikan
99 Bab 99 Ternyata Dia Pelakunya
100 Bab 100 Baby Naya di Culik
101 Pengumuman
102 Bab 101 Selamat Tinggal, Sayang
103 Bab 102 Bu Nani Pembunuh?
104 Bab 103 Meninggalkan Rumah
105 Bab 104 Minta Maaf
106 Bab 105 Bayar Hutang Kalian
107 Bab 106 Bertemu Rania
108 Bab 107 Mengunjungi Laila
109 Bab 108 Mengerjai Mertua Laila
110 pengumuman update
111 Bab 109 Michelle Menyukai Anto?
112 Bab 110 Permintaan Michelle
113 Bab 111 Ternyata Dia Masih Mencintainya
114 Bab 112 Bunuh Diri
115 Bab 113 Cinta Yang Datang Terlambat
116 Bab 113 Kecelakaan Membawa Berkah
117 Bab 114 Akhir Yang Indah
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab 1 Bertengkar Lagi
2
Bab 2 Lelah Yang Terbayar
3
Bab 3 Sabar
4
Bab 4 Mertua Cerewet
5
Bab 5 Tidak Pernah di Hargai
6
Bab 6 Status Whatsapp
7
Bab 7 Ceraikan Aku
8
Bab 8 Ku Beri Waktu Sebulan
9
Bab 9 Rasa Yang Memudar
10
Bab 10 Rezeki Yang Tak Terduga
11
Bab 11 Tamu Tak di Undang
12
Bab 12 Tamparan
13
Bab 13 Akhir Dari Segalanya
14
Bab 14 Minta Maaf
15
Bab 15 Mengenang Masa Lalu
16
Bab 16 Cemburu
17
Bab 17 Kejadian di Kolam Renang
18
Bab 18 Mengancam Bunuh Diri
19
Bab 19 Demi Rasa Kemanusiaan
20
Bab 20 Perubahan Sikap
21
Bab 21 Membayar Kontrakan
22
Bab 22 Bertemu Mantan
23
Bab 23 Permintaan Maaf
24
Bab 24 Bertemu Lagi
25
Bab 25 Belajar Ikhlas
26
Bab 26 Ketahuan
27
Bab 27 Terusir
28
Bab 28 Kejadian di Rumah Alif
29
Bab 29 Kedatangan Ibu Mertua
30
Bab 30 Lapor Polisi
31
Bab 31 Mencabut Laporan
32
Bab 32 Surat Panggilan
33
Bab 33 Di Tuduh Selingkuh
34
Bab 34 Sidang Pertama
35
Bab 35 Alisa Menghilang
36
Bab 36 Peringatan Keras
37
Bab 37 Kebun Binatang
38
Bab 38 Resmi Bercerai
39
Bab 39 Alif Sakit
40
Bab 40 Liburan
41
Bab 41 Mengunjungi Orang Tua Rangga
42
Bab 42 Tidur Satu Ranjang
43
Bab 43 Menyatakan Perasaan
44
Bab 44 Alif dan Desi
45
Bab 45 Kenikmatan Satu Malam
46
Bab 46 Pertemuan Tidak Terduga
47
Bab 47 Ke Sekolah Alisa
48
Bab 48 Desi si Penggoda
49
Bab 49 Lewat Masa Iddah
50
Bab 50 Pencurian
51
Bab 51 Undangan Pernikahan
52
Bab 52 Alif Menikah
53
Bab 53 Mantan Menantu Yang Sukses
54
Bab 54 Terjebak
55
Bab 55 Di Sekap
56
Bab 56 Berhasil Kabur
57
Bab 57 Di Rumah Rangga
58
Bab 58 Kedatangan Alif
59
Bab 59 Bertemu Teman Lama
60
Bab 60 Restu Orang Tua
61
Bab 61 Sifat Asli Desi
62
Bab 62 Alif Minggat
63
Bab 63 Makan Malam Keluarga
64
Bab 64 Membeli Seserahan
65
Bab 65 Lamaran
66
Bab 66 Pisah Ranjang
67
Bab 67 Keputusan Ku Sudah Bulat
68
Bab 68 Persiapan Pernikahan
69
Bab 69 Akhirnya Menikah
70
Bab 70 Malam Pertama
71
Bab 71 Rania Bahagia, Alif Terluka
72
Bab 72 Bulan Madu
73
Bab 73 Alisa di Bully
74
Bab 74 Sosok Laila
75
Bab 75 Cemburu
76
Bab 76 Hamil
77
Bab 77 Rahasia Alisa
78
Bab 78 Ngidam
79
Bab 79 Keadilan
80
Bab 80 Kunjungan Alif
81
Bab 81 Jadi Korban Preman
82
Bab 82 Acara Empat Bulanan
83
Bab 83 Ayah Untuk Akila
84
Bab 84 Jalan-Jalan
85
Bab 85 Dona Salah Paham
86
Bab 86 Rahasia Yang terungkap
87
Bab 87 Menyakiti Rania
88
Bab 88 Masuk RSJ
89
Bab 89 Menikah Ke-3 Kalinya
90
Bab 90 Alif Dan Laila
91
Bab 91 Melahirkan
92
Bab 92 Selamat Datang Abhinaya
93
Bab 93 Derita Laila
94
Bab 94 Akila Jadi Rebutan
95
Bab 95 Kedatangan Teman Lama
96
Bab 96 Ambisi Michelle
97
Bab 97 Paket Misterius
98
Bab 98 Isinya Mengerikan
99
Bab 99 Ternyata Dia Pelakunya
100
Bab 100 Baby Naya di Culik
101
Pengumuman
102
Bab 101 Selamat Tinggal, Sayang
103
Bab 102 Bu Nani Pembunuh?
104
Bab 103 Meninggalkan Rumah
105
Bab 104 Minta Maaf
106
Bab 105 Bayar Hutang Kalian
107
Bab 106 Bertemu Rania
108
Bab 107 Mengunjungi Laila
109
Bab 108 Mengerjai Mertua Laila
110
pengumuman update
111
Bab 109 Michelle Menyukai Anto?
112
Bab 110 Permintaan Michelle
113
Bab 111 Ternyata Dia Masih Mencintainya
114
Bab 112 Bunuh Diri
115
Bab 113 Cinta Yang Datang Terlambat
116
Bab 113 Kecelakaan Membawa Berkah
117
Bab 114 Akhir Yang Indah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!