Bab 5 Tidak Pernah di Hargai

"Istri mu itu benar-benar tidak sopan, diajak bicara malah pergi. Menantu tidak tahu diri, di beri saran bagus malah tidak suka" ucap ibunya.

"Biar nanti Alif bicara padanya, mungkin dia lelah karena berjualan, Bu," bela Alif.

"Justru itu makanya ibu menyuruhnya bekerja kantoran lagi, tidak capek duitnya juga banyak. Sedangkan kalau jual gorengan, sudah capek dapatnya tidak seberapa," imbuh ibunya.

"Nanti aku coba bicara dengannya lagi, Ibu tenang saja,"

"Apa uang belanja yang kamu kasih kurang? Mengapa penampilan istri mu seperti itu?"

Alif bingung untuk menjawabnya, ia tidak ingin ibunya tahu tentang masalah dalam rumah tangganya. Ia tidak ingin terlihat gagal menjadi seorang kepala keluarga di hadapan ibunya. Ia takut ibunya bersedih atau justru marah kepadanya, baginya perasaan ibunya sangat penting melebihi yang lain.

"Semua sudah aku serahkan kepada Rania untuk mengurus kebutuhan rumah tangga, tapi mungkin belum cukup untuk membeli kebutuhannya, Bu," jawab Alif.

"Itu berarti istri mu tidak pandai mengatur keuangan, titlenya saja sarjana ekonomi tapi mengurus uang suami saja tidak becus,"

Rania mendengar semua obrolan mereka, yang lain juga pasti mendengarnya karena rumah itu tidak terlalu luas. Alif terlihat diam saja, tidak ada usaha lagi membela istrinya. Padahal selama ini suaminya tidak pernah menafkahinya dengan layak, contohnya jika pengeluaran mereka sebulan di angka 2 juta rupiah, maka Alif hanya akan memberinya 500 ribu rupiah. Sisanya Rania yang akan mati-matian menutupinya.

"Sabar ya Rania, memang begitulah mulut mertua mu. Semua orang tidak ada yang benar di matanya, lebih baik tidak perlu terlalu sering kemari agar tidak sakit hati. Kasihan anak-anak mu jika sampai rumah tangga kalian bermasalah karena mendengar ocehannya,"

Nenek suaminya berkata dengan lirih sembari mengusap punggung Rania dengan lembut. Rasanya ia tidak sanggup berada di sini lebih lama lagi, tapi rasanya tidak enak dengan saudara suaminya yang lain jika pulang terlalu cepat.

Sebenarnya bukannya Rania tidak ingin bekerja kantoran lagi, hanya saja di mana perusahaan yang mau menerima wanita berusia 36 tahun dengan posisi yang bagus sementara yang masih muda saja banyak yang menganggur? Rania sadar diri, walaupun dia wanita yang cukup pintar dalam hal akademik namun faktor usia sangat berpengaruh. Setiap lowongan kerja yang ia baca rata-rata memberi syarat usia maksimal 30 tahun. Lalu untuk apa membuang-buang waktu untuk suatu hal yang tidak pasti, sedangkan yang pasti sudah ada jalannya di depan mata?

"Tapi aku tidak tahan mendengarnya Nek, seolah-olah semua adalah kesalahan ku. Aku sudah lelah, 11 tahun bukan waktu yang sebentar untuk berkorban. Sakit rasanya jika semua yang kita lakukan tidak pernah dihargai,"

Rania tidak sanggup lagi menahan air matanya, rasa sakit yang terpendam begitu lama luruh bersama derasnya air mata yang terjun bebas di pipinya. Pelukan wanita tua itu bahkan tidak mampu memupus kegundahan di dalam dadanya. Jika bunuh diri itu tidak dosa, mungkin sudah lama ia melakukannya. Terkadang ia merasa Tuhan tidak adil kepadanya, diberi penderitaan yang tidak pernah ada ujung pangkalnya. Namun saat ia mulai menghujat, seketika Tuhan akan memberinya kebahagiaan tanpa bisa ia sangka. Dan akhirnya dia hanya bisa pasrah.

"Alif," panggil neneknya.

"Ya Nek, ada apa?" tanya Alif, menghampiri mereka.

"Ini sudah malam, besok anak mu sekolah dan istri mu berjualan. Lebih baik kalian segera pulang, rumah kalian juga sangat jauh, kasihan Bintang," suruh neneknya.

"Mereka baru saja datang, kenapa Ibu suruh pulang? Alif itu putra ku, bukan hanya suami Rania. Ibu jangan terlalu mendengarkan si ratu drama itu, apa-apa di buat seperti sinetron"

Belum juga Alif menjawab, ibunya sudah menyahuti dengan ketus. Suasana menjadi semakin panas, semua hanya bisa menyimak tanpa berusaha menengahi.

"Sudahlah Sayang, kamu jangan berkata begitu. Rania itu juga punya perasaan, jangan berkata yang terlalu menyakitkan. Bayangkan jika putri mu yang di perlakukan begitu," kali ini ayah mertuanya mencoba membelanya, sedangkan suami yang di harapkannya hanya diam membisu.

"Aku hanya bicara kenyataan, memang dia begitu kok," ucapnya sembari mencebikkan mulutnya.

Rania memandang tajam ke arah suaminya, Alif merasakan kode dari istrinya yang sedang marah. Ia kini berada di posisi yang sulit, bagaikan makan buah simalakama, pilihan apapun yang ia pilih sama-sama beresiko. Namun cintanya kepada Rania mampu membuatnya mengambil keputusan, ia masih ingin membina rumah tangga dengannya.

"Kami pamit pulang duluan ya, ucapan nenek tadi benar. Jika ada waktu kita akan kemari lagi,"

Melihat putranya lebih menuruti istrinya timbul rasa iri di hati ibunya. Wanita itu begitu tidak senang, dia yang susah payah merawatnya sedari kecil kini rasa sayangnya lebih besar kepada wanita yang baru sekian tahun mendampinginya.

Mereka segera berpamitan kepada semua orang. Rania tetap menyalami ibu mertuanya walaupun wanita itu menepisnya. Wanita itu seolah mengajak perang Rania, namun ia malas untuk menanggapinya. Ia merasa kehidupannya sudah sangat sulit, untuk apa menabuh genderang perang hanya untuk menuruti ego semata.

Kendaraan roda dua mereka mulai melaju membelah jalanan ibu kota Surabaya. motor yang sudah sempit menampung mereka berempat, semakin penuh sesak tatkala Rania menjaga jarak dengan suaminya. Dia masih merasa kesal kepada suaminya, sikap diamnya membuat posisi Rania semakin terpojok di mata keluarga suaminya.

"Dek, pegangan nanti jatuh," ucap Alif.

Rania tidak mengindahkannya, sampai di rumah pun dia memilih diam. Setelah berganti pakaian ia segera menemani anak-anaknya tidur. Rasa kesal dan lelah yang bersatu membuatnya segera di lenakan buaian angin malam.

'Maafkan aku Nia, aku tahu kamu sakit hati dengan ucapan ibu. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku tidak sanggup melihat ibu menangis. Aku tidak mau menjadi anak durhaka.' Alif hanya bisa membatin manakala melihat istrinya tertidur dengan mata sembab.

Udara dingin membuat naluri kejantanan Alif bangkit, apalagi ketika melihat daster istrinya tersingkap sebatas paha, memperlihatkan sesuatu yang sangat membangkitkan syahwat. Ia mulai m*nc*mbu istrinya yang sedang terlelap. Awalnya Rania hanya diam, namun r*ngs*ngan demi r*ngs*ngan yang suaminya berikan mampu membangunkannya dari alam mimpi.

"Mas, aku mengantuk," ucap Rania dengan mata terpejam.

"Tapi aku merindukan tubuh mu, Sayang," rayu Alif.

"Apa tidak bisa besok saja?"

"Sebentar saja, biar aku yang membuat mu puas,"

Rania hanya bisa pasrah. Pernikahan mereka yang cukup lama membuat Alif hapal betul kelemahan istrinya. Gairah mereka tidak pernah padam jika menyangkut hubungan suami istri. Komunikasi yang baik untuk saling memuaskan membuat mereka mengerti satu sama lain. Namun sayang ini sangat berbanding terbalik dengan masalah perekonomian mereka yang masih saja suram.

Terpopuler

Comments

SBY army

SBY army

ibu dan ank sama az haddeh

2023-02-12

0

Alifia Najla Azhara

Alifia Najla Azhara

Alif sama ibunya sama saja

2023-01-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bertengkar Lagi
2 Bab 2 Lelah Yang Terbayar
3 Bab 3 Sabar
4 Bab 4 Mertua Cerewet
5 Bab 5 Tidak Pernah di Hargai
6 Bab 6 Status Whatsapp
7 Bab 7 Ceraikan Aku
8 Bab 8 Ku Beri Waktu Sebulan
9 Bab 9 Rasa Yang Memudar
10 Bab 10 Rezeki Yang Tak Terduga
11 Bab 11 Tamu Tak di Undang
12 Bab 12 Tamparan
13 Bab 13 Akhir Dari Segalanya
14 Bab 14 Minta Maaf
15 Bab 15 Mengenang Masa Lalu
16 Bab 16 Cemburu
17 Bab 17 Kejadian di Kolam Renang
18 Bab 18 Mengancam Bunuh Diri
19 Bab 19 Demi Rasa Kemanusiaan
20 Bab 20 Perubahan Sikap
21 Bab 21 Membayar Kontrakan
22 Bab 22 Bertemu Mantan
23 Bab 23 Permintaan Maaf
24 Bab 24 Bertemu Lagi
25 Bab 25 Belajar Ikhlas
26 Bab 26 Ketahuan
27 Bab 27 Terusir
28 Bab 28 Kejadian di Rumah Alif
29 Bab 29 Kedatangan Ibu Mertua
30 Bab 30 Lapor Polisi
31 Bab 31 Mencabut Laporan
32 Bab 32 Surat Panggilan
33 Bab 33 Di Tuduh Selingkuh
34 Bab 34 Sidang Pertama
35 Bab 35 Alisa Menghilang
36 Bab 36 Peringatan Keras
37 Bab 37 Kebun Binatang
38 Bab 38 Resmi Bercerai
39 Bab 39 Alif Sakit
40 Bab 40 Liburan
41 Bab 41 Mengunjungi Orang Tua Rangga
42 Bab 42 Tidur Satu Ranjang
43 Bab 43 Menyatakan Perasaan
44 Bab 44 Alif dan Desi
45 Bab 45 Kenikmatan Satu Malam
46 Bab 46 Pertemuan Tidak Terduga
47 Bab 47 Ke Sekolah Alisa
48 Bab 48 Desi si Penggoda
49 Bab 49 Lewat Masa Iddah
50 Bab 50 Pencurian
51 Bab 51 Undangan Pernikahan
52 Bab 52 Alif Menikah
53 Bab 53 Mantan Menantu Yang Sukses
54 Bab 54 Terjebak
55 Bab 55 Di Sekap
56 Bab 56 Berhasil Kabur
57 Bab 57 Di Rumah Rangga
58 Bab 58 Kedatangan Alif
59 Bab 59 Bertemu Teman Lama
60 Bab 60 Restu Orang Tua
61 Bab 61 Sifat Asli Desi
62 Bab 62 Alif Minggat
63 Bab 63 Makan Malam Keluarga
64 Bab 64 Membeli Seserahan
65 Bab 65 Lamaran
66 Bab 66 Pisah Ranjang
67 Bab 67 Keputusan Ku Sudah Bulat
68 Bab 68 Persiapan Pernikahan
69 Bab 69 Akhirnya Menikah
70 Bab 70 Malam Pertama
71 Bab 71 Rania Bahagia, Alif Terluka
72 Bab 72 Bulan Madu
73 Bab 73 Alisa di Bully
74 Bab 74 Sosok Laila
75 Bab 75 Cemburu
76 Bab 76 Hamil
77 Bab 77 Rahasia Alisa
78 Bab 78 Ngidam
79 Bab 79 Keadilan
80 Bab 80 Kunjungan Alif
81 Bab 81 Jadi Korban Preman
82 Bab 82 Acara Empat Bulanan
83 Bab 83 Ayah Untuk Akila
84 Bab 84 Jalan-Jalan
85 Bab 85 Dona Salah Paham
86 Bab 86 Rahasia Yang terungkap
87 Bab 87 Menyakiti Rania
88 Bab 88 Masuk RSJ
89 Bab 89 Menikah Ke-3 Kalinya
90 Bab 90 Alif Dan Laila
91 Bab 91 Melahirkan
92 Bab 92 Selamat Datang Abhinaya
93 Bab 93 Derita Laila
94 Bab 94 Akila Jadi Rebutan
95 Bab 95 Kedatangan Teman Lama
96 Bab 96 Ambisi Michelle
97 Bab 97 Paket Misterius
98 Bab 98 Isinya Mengerikan
99 Bab 99 Ternyata Dia Pelakunya
100 Bab 100 Baby Naya di Culik
101 Pengumuman
102 Bab 101 Selamat Tinggal, Sayang
103 Bab 102 Bu Nani Pembunuh?
104 Bab 103 Meninggalkan Rumah
105 Bab 104 Minta Maaf
106 Bab 105 Bayar Hutang Kalian
107 Bab 106 Bertemu Rania
108 Bab 107 Mengunjungi Laila
109 Bab 108 Mengerjai Mertua Laila
110 pengumuman update
111 Bab 109 Michelle Menyukai Anto?
112 Bab 110 Permintaan Michelle
113 Bab 111 Ternyata Dia Masih Mencintainya
114 Bab 112 Bunuh Diri
115 Bab 113 Cinta Yang Datang Terlambat
116 Bab 113 Kecelakaan Membawa Berkah
117 Bab 114 Akhir Yang Indah
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab 1 Bertengkar Lagi
2
Bab 2 Lelah Yang Terbayar
3
Bab 3 Sabar
4
Bab 4 Mertua Cerewet
5
Bab 5 Tidak Pernah di Hargai
6
Bab 6 Status Whatsapp
7
Bab 7 Ceraikan Aku
8
Bab 8 Ku Beri Waktu Sebulan
9
Bab 9 Rasa Yang Memudar
10
Bab 10 Rezeki Yang Tak Terduga
11
Bab 11 Tamu Tak di Undang
12
Bab 12 Tamparan
13
Bab 13 Akhir Dari Segalanya
14
Bab 14 Minta Maaf
15
Bab 15 Mengenang Masa Lalu
16
Bab 16 Cemburu
17
Bab 17 Kejadian di Kolam Renang
18
Bab 18 Mengancam Bunuh Diri
19
Bab 19 Demi Rasa Kemanusiaan
20
Bab 20 Perubahan Sikap
21
Bab 21 Membayar Kontrakan
22
Bab 22 Bertemu Mantan
23
Bab 23 Permintaan Maaf
24
Bab 24 Bertemu Lagi
25
Bab 25 Belajar Ikhlas
26
Bab 26 Ketahuan
27
Bab 27 Terusir
28
Bab 28 Kejadian di Rumah Alif
29
Bab 29 Kedatangan Ibu Mertua
30
Bab 30 Lapor Polisi
31
Bab 31 Mencabut Laporan
32
Bab 32 Surat Panggilan
33
Bab 33 Di Tuduh Selingkuh
34
Bab 34 Sidang Pertama
35
Bab 35 Alisa Menghilang
36
Bab 36 Peringatan Keras
37
Bab 37 Kebun Binatang
38
Bab 38 Resmi Bercerai
39
Bab 39 Alif Sakit
40
Bab 40 Liburan
41
Bab 41 Mengunjungi Orang Tua Rangga
42
Bab 42 Tidur Satu Ranjang
43
Bab 43 Menyatakan Perasaan
44
Bab 44 Alif dan Desi
45
Bab 45 Kenikmatan Satu Malam
46
Bab 46 Pertemuan Tidak Terduga
47
Bab 47 Ke Sekolah Alisa
48
Bab 48 Desi si Penggoda
49
Bab 49 Lewat Masa Iddah
50
Bab 50 Pencurian
51
Bab 51 Undangan Pernikahan
52
Bab 52 Alif Menikah
53
Bab 53 Mantan Menantu Yang Sukses
54
Bab 54 Terjebak
55
Bab 55 Di Sekap
56
Bab 56 Berhasil Kabur
57
Bab 57 Di Rumah Rangga
58
Bab 58 Kedatangan Alif
59
Bab 59 Bertemu Teman Lama
60
Bab 60 Restu Orang Tua
61
Bab 61 Sifat Asli Desi
62
Bab 62 Alif Minggat
63
Bab 63 Makan Malam Keluarga
64
Bab 64 Membeli Seserahan
65
Bab 65 Lamaran
66
Bab 66 Pisah Ranjang
67
Bab 67 Keputusan Ku Sudah Bulat
68
Bab 68 Persiapan Pernikahan
69
Bab 69 Akhirnya Menikah
70
Bab 70 Malam Pertama
71
Bab 71 Rania Bahagia, Alif Terluka
72
Bab 72 Bulan Madu
73
Bab 73 Alisa di Bully
74
Bab 74 Sosok Laila
75
Bab 75 Cemburu
76
Bab 76 Hamil
77
Bab 77 Rahasia Alisa
78
Bab 78 Ngidam
79
Bab 79 Keadilan
80
Bab 80 Kunjungan Alif
81
Bab 81 Jadi Korban Preman
82
Bab 82 Acara Empat Bulanan
83
Bab 83 Ayah Untuk Akila
84
Bab 84 Jalan-Jalan
85
Bab 85 Dona Salah Paham
86
Bab 86 Rahasia Yang terungkap
87
Bab 87 Menyakiti Rania
88
Bab 88 Masuk RSJ
89
Bab 89 Menikah Ke-3 Kalinya
90
Bab 90 Alif Dan Laila
91
Bab 91 Melahirkan
92
Bab 92 Selamat Datang Abhinaya
93
Bab 93 Derita Laila
94
Bab 94 Akila Jadi Rebutan
95
Bab 95 Kedatangan Teman Lama
96
Bab 96 Ambisi Michelle
97
Bab 97 Paket Misterius
98
Bab 98 Isinya Mengerikan
99
Bab 99 Ternyata Dia Pelakunya
100
Bab 100 Baby Naya di Culik
101
Pengumuman
102
Bab 101 Selamat Tinggal, Sayang
103
Bab 102 Bu Nani Pembunuh?
104
Bab 103 Meninggalkan Rumah
105
Bab 104 Minta Maaf
106
Bab 105 Bayar Hutang Kalian
107
Bab 106 Bertemu Rania
108
Bab 107 Mengunjungi Laila
109
Bab 108 Mengerjai Mertua Laila
110
pengumuman update
111
Bab 109 Michelle Menyukai Anto?
112
Bab 110 Permintaan Michelle
113
Bab 111 Ternyata Dia Masih Mencintainya
114
Bab 112 Bunuh Diri
115
Bab 113 Cinta Yang Datang Terlambat
116
Bab 113 Kecelakaan Membawa Berkah
117
Bab 114 Akhir Yang Indah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!