Alea dan Jeniffer masuk ke dalam apartemen Levin setelah pintu apartemen tersebut dibuka oleh Erzio. Pagi-pagi sekali mereka sudah ke apaetemen Levin karena semenjak semalam, baik Erzio dan Levin tidak bisa dihubungi. Alea merasa khawatir dengan mereka berdua, maka dari itu, dia mengajak Jeniffer mengunjungi Erzio dan Levin di apartemen mereka.
"Bau apa ini?"
Alea menutup hidungnya ketika memasuki ruangan keluarga bersama dengan Jeniffer. Saat melihat banyak botol minum berserakan di lantai serta meja, Alea seketika memekik ke arah Erzio
"Kalian habis minum??" Alea menatap tajam adiknya yang sudah lebih dulu duduk di sofa dengan wajah lesu, "kalian mengabaikan aku karena habis berpesta di sini?" tanya Alea lagi dengan tatapan menusuk.
Kemarin sore, mereka sudah setuju untuk makan malam bersama di restoran yang sudah di pesan Alea. Setelah berada di restoran bersama dengan Jeniffer, Alea menghubungi ponsel Levin maupun Erzio, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang mengangkat telpon dari Alea ataupun Jeniffer. Karena mereka tidak junjung tiba dan ponsel Levin dan Erzin juga tidak bisa dihubungi, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang.
"Bukan pesta, Kak. Kami hanya minum berdua," jawab Erzio malas.
Alea melangkah cepat ke arah adiknya lalu memukulnya berkali-kali dengan bantal sofa. "Sudah aku bilang jangan pernah minum lagi. Kalian ini mati muda dengan minum sebanyak ini?"
Erzio berusaha menangkis setiap pukulan dari kakaknya, meskipun sebenarnya itu tidak sakit. "Berhenti memukuliku, Kak. Aku bukan anak kecil lagi."
Alea berhenti sejenak lalu melayangkan tatapan marah pada Erzio. "Kau memang harus diberi pelajaran. Berani sekali kau minum sebanyak ini tanpa sepengetahuanku. Aku akan memukulmu terus agar kau bisa berpikir jernih."
Melihat Alea kembali memukuli Erzio, Jeniffer terlihat berdiri di hapapan Erzio, menghalau Alea agar tidak bisa memukulnya lagi. "Kak, jangan memukulinya lagi. Bisa-bisa dia tidak tampan lagi nanti."
Alea berhenti dengan wajah kesal. "Aku akan mengatakan pada mommy dan daddy kalau kau habis minum alkohol sebanyak ini."
Erzio langsung menghentikan Alea saat dirinya akan menelpon orang tuanya. "Jangan Kak, dengarkan aku dulu Ini tidak seperti yang kakak pikirkan. Aku hanya menemani Levin minum. Lagi pula, bukan aku yang menghabiskan semua minuman ini. Aku hanya minum satu botol, lainnya Levin yang menghabiskannya. Seharusnya kau memarahinya juga, jangan cuma aku," protes Erzio dengan wajah kesal
Alea langsung mengernyit mendengar perkataan adiknya. Selama ini, Levin tidak pernah menyentuh Alkohol sama sekali, maka dari itu, Alea merasa heran. Selama ini, Erziolah yang beberapa kali tertangkap basah oleh Alea sedang berpesta sambil minum minuman alkohol.
"Jangan coba-coba menipuku." Alea melayangkan tatapan garang pada Erzio.
Erzio menghela napas dengan wajah tidak berdaya. "Aku tidak berbohong, Kak. Dia yang menghabiskan semuanya. Kalau kau tidak percaya, tanya saja nanti padanya."
Alea memicingkan mata sejenak lalu duduk di sofa setah merapihkan rambutnya. "Kenapa dia tiba-tiba minum?" Mendengar nada bicara Alea yang sudah lembut, Erzio membenahi duduknya dengan perasaan lega.
"Panjang ceritanya, Kak. Lebih baik kau tanya sendiri padanya. Dia akan marah kalau aku memberitahumu."
Jeniffer terlihat berjalan ke arah jendela dan membuka tirainya hingga ruangan itu menjadi terang benderang kemudian duduk di sebelah Erzio.
"Dia ada di mana?" tanya Alea lagi.
"Ada di kamarnya. Dia masih tidur. Lebih baik jangan mengganggunya dulu, Kak. Dia baru saja tertidur selama dua jam."
Alea menghela napas pelan kemudian menatap tajam pada adiknya. "Katakan padaku, kenapa dia tiba-tiba mabuk, jika tidak, aku akan memberitahu mommy & daddy serta papa dan mama juga. Kalian semua pasti akan segera diminta untuk pulang kalau tahu hal ini."
Mendengar ancaman Alea, Erzio seketika panik. Yaa, dia tidak mau pulang. Dia tidak bisa sebebas di sini jika dia pulang ke Indonersia. Alan ada banyak aturan jika dia pulang ke negaranya. Terutama aturan dari ibunya. Meskipun ibunya lama tinggal di luar negeri ketika masih muda, tapi aturan ibunya sangat ketat, tidak seperti ibu-ibu yang tinggal di negeri barat yang membebaskan anak-anaknya.
"Baiklah, tapi kau harus berjanji untuk merahasiakannya dari semuanya, termasuk Levin. Pura-pura saja tidak tahu."
Setelah berpikir sejenak, Alea akhirnya menyetujuinya. "Cepat katakan! Aku tidak memiliki banyak waktu. Aku harus bekerja setelah ini."
Erzio sebenarnya tidak mau memberitahu Alea karena itu adalah masalah pribadi Levin, tapi bagaimana pun Alea juga menyanyangi Levin. Dia juga harus tahu alasan kenapa Levin tiba-tiba mabuk agar Alea tidak berpikiran yang tidak-tidak.
"Dia seperti ini karena Celine."
Alea dan Jeniffer mengerutkan kening bersamaan. Baru saja mereka membahasnya 2 hari yang lalu, sekarang nama itu kembali terdengar.
"Ada apa dengannya? Levin belum juga menyerah? Dia masih mencari Celine sampai sekarang?" cecar Alea dengan wajah tidak sabar.
Sebenarnya Alea sudah tahu jawabannya. Baik keluarga Dion maupun Dave, semua tahu kalau Levin masih mencari keberadaan Celine, tapi mereka terlihat enggan ikut campur dan seolah membiarkan Levin melakukan itu.
Alea sebenarnya sudah sering kali menasehati Levin untuk berhenti mencari Celine, tapi seperinya Levin menulikan telinganya jika sudah berhubungan dengan Celine.
"Dia harus berhenti sekarang, meskipun dia masih ingin mencarinya," jawab Erzio dengan wajah pasrah.
"Apa maksudmu?" tanya Alea dengan wajah heran.
Tentu saja Alea merasa heran. Selama ini Levin tidak pernah mau berhenti dan menyerah begitu saja jika keinginannya belun tercapai dan Alea sangat tahu itu.
"Celine sudah meninggal 8 tahun lalu."
Baik Alea dan Jeniffer sama-sama menutup mulut mereka bersamaan setelah mendengar ucapan Erzio.
"Bagaimana bisa?" tanya Alea dengan wajah terkejut dan mata berkaca-kaca.
Alea dan Celine cukup dekat ketika mereka kecil. Alea sering ke rumah Dave dan bermain dengan Celine dan Jeniffer. Itu sebabnya dia merasa sedih setelah mendengar itu.
"Dia meninggal dalam kebakaran 8 tahun lalu ketika sedang berlibur di salah satu vila yang ada di pedesaan di Swiss. Kami baru saja menemui bibi Celine yang waktu itu membawa Celine ke Swiss dan dari bibinya itulah kami mengetahui itu," ungkap Erzio.
Buliran bening sudah mengalir di pipi Jeniffer. Sewaktu kecil dia sangat dekat dengan Celine, bahkan dia sempat mengira kalau Celine adalah kakak kandungnya. Dia tidak menyangka kalau Celine memiliki nasib tragis di usianya masih sangat muda.
"Maka dari itu, mulai sekarang, jangan pernah ada yang menyinggung hal yang berkaitan dengan Celine lagi. Sekecil apapun, namanya pun tidak boleh ada yang menyebutnya." Erzio kemudian beralih menatap Jeniffer, "terutama kau, Jen. Jangan pernah menyinggung Celine lagi, apalagi sampai menyalahkan Levin atas kepergian Celine 10 tahun lalu."
"Iyaaa," jawab Jen sambil menyeka air matanya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Edah J
Mungkin itu hanya sandiwara keluarga Celine/Celia aja
untuk menghapus jejak
2023-01-31
0