Gladi resik nampaknya sudah selesai. Semua model sudah berjalan ke arah belakang panggung. Jeniffer terlihat ikut pergi ke belakang panggung saat Alea memanggilnya untuk ikut dengannya. Saat melihat Celia akan masuk ke belakang panggung catwalk juga, Levin berniat untuk menghampirinya, tetapi tangannya ditahan oleh Erzio. "Kau mau ke mana?"
Levin menoleh sebentar. "Aku harus menemuinya. Aku ingin bertanya dari mana dia dapatkan kalung itu."
Levin melepaskan tangan Erzio di lengannya lalu kembali melangkah. Dia harus bergegas mengejar Celia sebelum dia pergi. "Vin, jangan membuat keributan di sini. Lebih baik kita pergi," cegah Erzio sembari menahan kembali lengannya.
Levin menoleh pada Erzio lagi dan menatapnya dengan tajam. "Zio, lepaskan aku! Aku harus bertanya padanya langsung mengenai kalung itu."
Kalau benar itu kalung ibunya, dia ingin tahu bagaimana bisa berada di tangan Celia. Dia harus tahu bagaimana caranya Celia mendapatkan kalung tersebut.
"Apa yang akan kau tanyakan padanya? Bagaimana kalau kalung itu hanya mirip dan bukan milik ibumu?"
"Tapi Jen bilang kalau...."
"Dia akan mengira kau pria gila karena terus mengganggunya, sudahlah. Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, Vin. Dia bukan Celine. Celine sudah meninggal dan kau harus bisa terima itu."
Levin terdiam sambil menatap ke bawah. "Aku yakin dia...."
"Vin, aku tahu sampai sekarang kau belum bisa menerima kematian Celine. Aku tidak keberatan kalau kau tertarik dengan Celia dan ingin mendekatinya, tapi menganggapnya sebagai Celine bukanlah sesuatu yang benar, Vin."
Tidak ada salahnya jika Levin tertarik pada Celia, Erzio masih bisa memakluminya, tapi dari awal Levin mendekati Celia karena menganggapnya sebagai Celine, bahkan setelah tahu tentang kematian Celine, Levin nampaknya masih menganggap Celia adalah Celine. Dia hanya takut Levin mulai gila.
Levin kemudian hanya terdiam di tempat. Dia tidak lagi berusaha untuk membalas ucapan Erzio. Pada akhirnya dia hanya berdiri sampai Alea selesai berganti pakaian. Sebelum pulang, Levin pergi ke toilet. Ternyata Celia juga sedang berjalan ke arah toilet. Levin dengan cepat menarik tangannya.
"Tuan Levin, apa yang kau lakukan?" Celia berusaha melepaskan cengkraman tangan Levin di tangannya.
"Aku ingin berbicara denganmu sebentar."
Celia nampak berontak. "Aku tidak mau bicara denganmu, aku harus pulang!"
Levin tidak memperdulikan penolakan dari Celia dan terus menarik Celia masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan staff only dan langsung memojokkannya ke tembok dan mengurungnya dengan kedua tangannya yang bertumpu di tembok.
"Katakan padaku, dari mana kau dapatkan kalung itu?"
Wajah Celia nampak menegang ketika melihat sorot mata mengintimidasi Levin. "Kalung apa yang kau maksudmu?" Celia berusaha untuk tetap tenang, meskipun saat ini jantungnya berdebar kecang. Wajah Levin sangat dekat dengan wajahnya dan itu membuat Celia jadi gugup.
"Jangan berpura-pura tidak tahu, Celia."
Levin nampak tidak ingin berbasa-basi degan Celia dan langsung menarik keluar kalung yang tersembunyi di balik bajunya hingga terpampang kalung dengan liontin berlian yang berwarna biru terpampang jelas.
"Dari mana kau dapatkan kalung ini?" tanya Levin seraya memegang liontin tersebut.
Ekpresi wajah Celia nampak terkejut. Bulu matanya bergerak dengan cepat dan seketika dia menjadi gugup. "Jawab Celia, dari mana kau dapatkan kalung ini?" tanya Levin lagi saat tidak mendapatkan jawaban apapun darinya setelah beberapa detik berlalu.
Celia nampak menarik napas kemudian menjawab dengan berani. "Ibuku yang memberikannya padaku ketika aku masih kecil."
Levin menatap dalam mata Celia. Dia nampak sedikit kesal. Gadis di depannya itu sangat kerasa kepala. Bahkan dia masih tidak mau jujur darimana dia mendapatkan kalung tersebut. "Ibumu yang mana? Bukankah kau anak yatim piatu? Kau sudah yatim piatu sejak masih bayi, bagaimana bisa ibumu memberikan kalung tersebut padamu?"
Mendengar itu, Celia secara tidak sadar menelan salivanya. Dia akhirnya tahu kalau pria di depannya sudah menyelidiki latar belakangnya. "Dari ibu angkatku. Dia yang memberikannya padaku," sambung Celia lagi.
"Ibu angkatmu?" Levin menarik salah satu sudut bibirnya, "aku ingin tahu siapa nama ibu angkatmu itu."
Celia seketika bungkam. Dia terlihat bingung dan sekaligus salah tingkah. "Biar aku tebak siapa nama ibu angkatmu itu," lanjut Levin lagi. Dia sangat yakin kalau Celia tidak akan mampu menjawab pertanyaannya, kalaupun dia bisa menjawabnya, dia pasti akan berbohong.
Bulu mata Celia terus bergerak naik turun dan tidak henti berkedip. Gerakan tubuhnya terlihat gelisah. "Maaf, aku harus pergi. Sepertinya Jefry sudah datang menjemputku." Celia langsung mendorong tubuh Levin menjauh darinya dan bergegas keluar dari ruangan itu.
Levin terlihat tidak berniat untuk mengejarnya. Dia nampak hanya berjalan keluar ruangan itu dan memandang kepergian Celia dengan tatapan tidak terbaca.
Kita lihat saja sampai kapan kau bisa menghindari, Celine. Aku tahu kau mengenalku. Mulutmu bisa berbohong, tetapi tidak dengan tatapan matamu.
**********
Malam harinya, setelah bersiap, Levin, Erzio dan Jeniffer langsung menuju tempat gelaran Paris Fashion Show. Untuk bisa menghandiri acara tersebut, orang tersebut harus memiliki undangan jika tidak, maka jangan harap bisa masuk ke dalam ruangan fashion show itu dan tentu saja mereka bertiga memiliki undangan tersebut.
Mereka tiba satu jam sebelum acara dimulai. Mereka memang sengaja berangkat lebih awal agar tidak terburu-buru saat menuju ke acara tersebut. Saat tiba di sana, kursi sebagian sudah terisi. Mereka bertiga terlihat duduk di barisan front row yang biasa diduduki oleh tamu undangan VIP.
Jeniffer terlihat duduk diantara Levin dan Erzio. Ketika acara akan dimulai, lampu ruangan tersebut dimatikan dan lampu di panggung catwalk mulai dinyalakan. Semua orang terlihat antusias menatap ke arah panggung catwalk ketika satu persatu model mulai berjalan memamerkan busana yang mereka pakai.
Alea menjadi model yang pertama kali melenggang di catwalk lalu dilanjutkan model lainnya, Celia terlihat muncul paling akhir. Mata Levin bahkan tidak pernah lepas dari tubuh wanita cantik berwajah bule itu. Setelah di rias, Celia terlihat sangat cantik, ada perbedaan dengan siang tadi.
Selama acara berlangsung Levin hanya fokus pada satu model yaitu Celia. Tanpa Levin sadari, di sebrangnya ada Jefry yang sedari tadi juga menatap ke arah Celia dengan tatapan penuh cinta. Selesai acaranya, Levin, Jeniffer dan Erzio tidak langsung pulang, melainkan menunggu sampai Alea selesai beganti pakaian.
Levin terlihat masih setia duduk di kursinya, sementara Jeniffer dan Erzio sedang menghampiri Alea ke belakang panggung setelah orang-orang mulai meninggalkan ruangan fashion show tersebut. Levin akhirnya berdiri dan melangkah menuju belakang juga. Dia sedang mencari sosok wanita yang sejak siang tadi memenuhi kepalanya.
Celia terlihat sedang berbicara dengan designer yang menggelar acara fashion show malam itu. Levin bergegas menghampirinya dan menyapa designer tersebut dengan ramah. "Celia, kenalkan ini adalah Tuan Levin. Dia salah sponsor acara ini."
Kelopak mata Celia nampak melebar sesaat kemudian dia tersenyum kaku ke arah Levin. Pantas saja tadi dia melihat Levin duduk di barisan depan ternyata dia adalah sponsor acara tersebut. Celia memang sempat melihat Levin sekilas saat dia sedang berjalan di catwalk.
"Senang bisa bertemu dengan Anda, Tuan Levin."
"Penampilanmu malam ini sangat bagus, Nona Celia," puji Levin.
"Terima kasih," ucap Celia sembari tersenyum, "maaf saya tinggal dulu. Saya ingin berganti pakaian."
Celia terlihat bergegas pergi dari sana. Levin akhirnya berbincang selama beberapa menit dengan designer itu. Selesai berganti pakaian, Celia pergi ke ruangan rias untuk menghapus riasannya. Hanya ada dia di dalam ruangan tersebut. Setelah selesai menghapus riasannya, Celia mengambil kotak di dalam tasnya dan membuka kotak tersebut lalu mengambil kalung yang ada di dalamnya.
Setiap melakukan fashion show, Celia selalu melepas kalungnya dan akan memakainya kembali setelai acaranya selesai. Baru saja akan memakai kalung itu di lehernya, pintu terbuka dan menampilkan wajah Levin dari pantulan cermin. Karena sangat terkejut, tanpa sadar Celia menjatuhkan kalungnya.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Celia sambil berbalik menghadap Levin yang terlihat sedang berjalan ke arahnya.
"Aku ingin menyelesaikan pembicaraan kita tadi siang."
"Pergilah dari sini, sebelum orang lain datang. Ini bukanlah ruangan yang bisa kau masuki sesukamu," usir Celia dengan wajah dinginnya.
Levin tersenyum miring mendengar itu. "Kita perlu bicara. Kau tidak perlu khawatir, tidak akan ada yang berani masuk ke sini sebelum aku keluar dari sini. Kau juga tidak bisa keluar dari sini sebelum aku selesai bicara denganmu."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Edah J
Apa mungkin Celia tidak akan bisa bohong kalau dihadapkan dengan mama angkatnya
2023-01-31
0