Bertemu dengan Jeniffer

Levin dan Erzio menurunkan barang milik Alea dan Jeniffer setelah berada di parkiran apartemen milik Alea yang disediakan oleh pihak perusahaan yang mengontraknya. Kebetulan, apartemen tersebut berada tidak jauh dari apartemen yang ditinggali oleh Levin serta Erzio. Hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai ke apartemen Alea.

Setelah semuanya turun dari mobil, mereka berempat langsung menuju unit 421 yang berada di lantai 40. Levin membawa barang milik Jen, sementara Erzio membawa barang milik Alea. Apartemen tersebut memiliki 1 kamar tidur, ruang tamu, serta dapur mini.

"Jen, kau akan tinggal bersama dengan Kak Alea di sini," ucap Levin setelah meletakkan barang milik adiknya di samping sofa ruang tamu.

Jeniffer terlihat menampilkan wajah cemberutnya. "Tapi mama menyuruhku untuk tinggal di apartemenmu. Lagi pula, di sini hanya ada satu kamar tidur. Kau ingin aku tidur di sofa?" tanya Jeniffer dengan wajah kesal.

Dia sudah merencanakan untuk tinggal di apartemen kakaknya agar lebih mudah menemui Erzio, lebih tepatnya mengawasinya. Yaa, itulah niatnya ingin tinggal di apartemen kakaknya. Jen tahu kalau Erzio banyak dekat dengan seorang wanita cantik. Selain Levin, Erzio juga sangat populer di sana. Banyak wanita yang menyukai wajah asia yang dimiliki oleh Levin dan Erzio, terlebih lagi, wajah mereka sangat tampan.

"Apartemenku sangat berantakan. Lagi pula, aku tidak suka ada orang lain tinggal di apartemenku," ucap Levin dengan wajah acuh tak acuh sambil duduk di sofa.

Sebenarnya itu hanya alasan Levin agar adiknya tidak tinggal denganya, karena nyatanya, apartemennya sangat bersih dan rapi, berbeda dengan apartemen Erzio yang sedikit berantakan.

"Aku ini bukan orang lain, Kak. Aku adikmu. Lagi pula, apartemenmu sangat luas," ucap Jeniffer dengan wajah kesal.

Apartemen Levin memang jauh lebih besar dari milik Erzio dan yang akan di tempati oleh Alea. Apartemen Levin memiliki 3 kamar tidur, satu ruang tamu, ruang keluarga besar, ruang kerja, dapur besar, serta balkon luas.

"Jen, kau bisa tidur denganku di kamar. Kita akan menginap sesekali apartemen Erzio nanti saat aku libur kalau kau bosan di sini," usul Alea saat melihat kekesalan Jen pada Levin.

Mendengar itu, Jeniffer seketika tersenyum lebar. "Benarkah kita akan menginap di tempat Kak Erzio sesekali?"

Levin mendengus, sementara Erzio hanya bisa menghela napas. "Aku sudah tahu niatmu apa, Jen. Kau pasti sengaja ingin tinggal di apartemenku agar bisa mengganggu Erzio, kan?" tebak Levin dengan wajah mencibir.

Jeniffer berjalan ke arah sofa lalu duduk di sebelah kakaknya. "Memangnya kenapa? Apa salah kalau aku ingin melihat Kak Erzio setiap hari?" ujar Jeniffer dengan wajah acuh tak acuh.

Alea tersenyum melihat pertengkaran kakak-adik itu. Baik Erzio, maupun Alea, mereka sama-sama sudah terbiasa melihat itu. "Sudahlah, berhenti berdebat. Kalian seperti bukan kakak-beradik saja," sela Alea menengahi.

"Kak, perusahaan apa yang mengontrakmu di sini?" tanya Levin mengalihkan pembicaraan.

Alea bekerja sebagai model. Dia menekuni pekerjaan itu semenjak dia masih sekolah dan semenjak lulus kuliah, dia menjadi model profesional dan menjadi salah satu model yang paling dikenal di Indonesia, setelah sukses di Indonesia, dia kemudian pindah London dan bergabung di agensi besar di sana. Dia bahkan sering berjalan di catwalk London Fashion Week.

"Ada salah satu perusahaan dengan brand terkenal di sini. Sebenarnya aku ada beberapa project di sini. Maka dari itu, aku akan tinggal lebih lama di sini. Dan yang terpenting adalah, aku terpilih menjadi model yang akan berjalan di panggung Paris Fashion Show."

"Kau hebat sekali, Kak," sahut Erzio, "aku yakin akan banyak top model yang cantik di sana, bukan?" ujar Erzio dengan senyum lebarnya.

Alea mengangguk santai, sementara Jeniffer langsung memicingkan mata ke arah Erzio. "Tentu saja, beberapa model terkenal dari seluruh penjuru dunia akan bergabung di acara tersebut."

"Kalau begitu, kenalkan aku pada mereka. Kasihan adikmu ini, sudah lama tidak memiliki kekasih," ujar Erzio penuh harap.

"Kak, kau adalah milikku, tak akan kubiarkan orang lain merebutmu dariku," sahut Jeniffer dengan wajah kesal.

Levin mendengus sembari menatap malas pada adiknya, sementara Erzio kembali menghela napas panjang. "Jen, sudah aku bilang, kau bukan tipeku. Tipe wanita aku adalah wanita cantik yang dewasa dan anggun, seperti teman-teman Kak Alea."

Jeniffer menjadi semakin kesal mendengarnya. "Maksudmu yang berpakaian seksi dan berda-da besar begitu? Kalau itu yang kau mau, aku juga bisa seperti mereka," ujar Jeniffer tak mau kalah

Erzio menghela napas lagi. Sikap keras kepala Jenifferlah yang membuat Erzio terkadang kewalahan. "Bukan seperti itu, Jen, maksudku adalah kau masih seperti anak kecil. Aku suka wanita dewasa yang berpikiran luas. Lagi pula, kau sudah aku anggap seperti adikku sendiri."

"Aku bukan adikmu," sanggah Jeniffer cepat.

Levin nampaknya mulai bosan mendengar perdebatan Zio dengan adiknya. "Jangan mempermalukan diri sendiri, Jen. Kau sudah beberapa kali ditolak oleh, Zio. Carilah pria yang lain, seperti tidak laku saja."

Jeniffer bertambah kesal setelah mendengar ucapan kakaknya. "Kau sendiri harus berkaca diri, Kak. Kau juga sampai sekarang masih mencari kak Celine, padalah sudah jelas-jelas dia pergi karena kesalahanmu. Seharusnya kau berhenti juga karena sampai kapanpun kak Celine tidak akan pernah kembali karena dia membencimu."

Seketika wajah Levin menjadi dingin. Dia kemudian beralih menatap adiknya dengan sorot mata tajam. "Kalau kau tidak tahu apa-apa tentang aku dan Celine, lebih baik kau diam, Jen." Setelah mengatakan itu, Levin berdiri lalu berjalan ke arah luar dan menutup pintu dengan keras.

Semua yang ada di dalam ruangan itu seketika menghela napas panjang. Sudah beberapa kali Erzio, Alea, bahkan orang tua Jeniffer menasehatinya agar tidak menyalahkan serta mengungkit masalah Celine di depan kakaknya, tapi sepertinya Jeniffer tidak pernah mengindahkannya.

"Jen, bukankah kau tahu bagaiman reaksi kakakmu kalau kau membahas itu lagi? Berhentilah menyalahkan kakakmu, dia juga menderita, Jen. Kau pikir selama ini dia tidak merasa bersalah?" ujar Erzio dengan wajah frustasi.

Jeniffer menunduk dengan perasaan bersalah. "Aku hanya kesal padanya. Lagi pula, memang benar bukan yang aku katakan? Kak Celine pergi karena sikap buruk kak Levin."

"Jen, mama dan papa akan memarahimu juga kalau tahu kau masih menyalahkan Levin atas kepergian Celine," ujar Alea dengan lembut, "lebih baik mulai sekarang, jangan pernah membahas masalah Celine di depan Levin."

"Baiklah."

*******

Saat Levin baru saja keluar dari lift di lantai yang ada di loby, dia tidak sengaja bertemu dengan Celia yang sedang berdiri di depan lift. "Kenapa kau bisa di sini?" Lagi-lagi, Levin bertemu dengan Celia di tempat yang tidak pernah dia duga.

Levin mengabaikan ucapan Celia dan memilih untuk keluar dari lift tanpa berkata apapun. Melihat sikap dingin Levin padanya, Celia nampak merasa heran. Biasanya, pria itu pasti akan mengajaknya untuk bicara atau sekedar menyapanya. Karena tidak mau ambil pusing dengan sikap Levin, Celia akhirnya memilih untuk masuk ke dalam lift.

Saat Celia keluar dari dalam lift di lantai yang dia tuju, tidak sengaja dia berpapasan dengan Jeniffer dan Erzio yang akan memasuk ke dalam lift. "Celia, kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Erzio dengan wajah heran.

Celia berheti sejenak lalu tersenyum pada Erzio. Kesannya pada Erzio baik karena dia tidak pernah mengganggunya seperti yang Levin lakukan. "Aku tinggal di sini."

Jeniffer memicingkan matanya melihat wanita cantik di depannya itu. "Siapa kau? Apa kau salah satu wanita yang berkencan dengan Kak Zio?" tanya Jen dengan tatapan menyelidik, "jangan coba-coba mendekatinya karena Kak Zio adalah milikku."

"Jen, diamlah. Jangan mempermalukan aku," bisik Zio dengan suara sangat pelan.

"Aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya," jawab Celia, "kami juga tidak dekat. Lagi pula, aku sudah memiliki kekasih, jadi kau tidak perlu khawatir kalau aku akan merebutnya darimu," jawab Celia dengan tenang sambik tersenyum tipis.

Erzio nampak merasa tidak enak pada Celia karena tingkah konyol Jen. "Maafkan dia, Celia. Dia memang agak kekanak-kanakkan," kata Erzio.

"Tidak masalah. Menurutku, pacarmu sangat manis. Dia mengingatkanku pada adikku," ujar Celia sambil tersenyum lembut.

"Dia bukan pacarku. Dia adiknya Levin, namanya Jeniffer."

Senyum di wajah Celia perlahan memudar. "Jadi kau Jen, adiknya Levin?" tanya Celia dengan wajah terkejut.

"Iyaa, kau mengenal kakakku juga?"

"Tentu saja, Levin bahkan mengira kalau dia adalah...."

Ucapan Erzio langsung dipotong oleh Celia. "Maaf, aku harus pergi." Celia bergegas meninggalkan Jeniffer dan Erzio yang terlihat menampilkan wajah bingungnya.

"Ada apa dengannya?" tanya Jeniffer seraya menoleh ke belakang, menatap Celia dengan wajah heran.

"Sudahlah, lebih baik kita membeli makanan, aku sudah lapar." Erzio menarik tangan Jeniffer untuk masuk ke dalam lift.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Edah J

Edah J

Celia masih nyembunyiin jati dirinya

2023-01-31

0

Riyana

Riyana

Maaf, Author habis revisi bab pertama. Author menambahkan prolog di awal cerita jadi bab ini di up lagi. Ada perubahan susunan bab...

2023-01-17

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Masih Mencarinya
3 Salah Mengenali Orang
4 Memastikan Kembali
5 Tidak Sengaja Bertemu
6 Mencari Informasi Tentangnya
7 Jembatan Mühlesteg (Jembatan Gembok Cinta)
8 Kenapa?
9 Alasan Masih Mencarinya
10 Menunggu di Bandara
11 Bertemu dengan Jeniffer
12 Fakta Mengejutkan
13 Penyebab Mabuk
14 Pemotretan
15 Kalung
16 Menghadiri Acara Fashion Show
17 Bertemu Dengannya
18 Tidak Bisa Mengelak
19 Menghindar
20 Membawa Celine Pergi
21 Ayo Menikah
22 Penolakan Celine
23 Bertemu dengan Jen & Alea
24 Pertanyaan Alea
25 Membuat Sarapan
26 Permintaan Jefry
27 Lebih Banyak Diam
28 Kegelisahan Jeniffer
29 Berita Mengenai Celia
30 Usul Levin
31 Ulah Nakal Jeniffer
32 Lamaran Mendadak
33 Peringatan Erzio
34 Penjelasan
35 Rencana Makan Malam
36 Pergi Dengan Josep
37 Melindungi Diam-diam
38 Vidio Call
39 Membantu Celine Berkemas
40 Pindah
41 Pergi
42 Menyerah
43 Pilihan yang Sulit
44 Berdebat
45 Ancaman Jefry
46 Menghabiskan Waktu Berdua
47 Sikap Kasar Jefry
48 Kecewa
49 Peringatan dari Levin
50 Cemburu
51 Cemburu part 2
52 Akhirnya Bertemu
53 Erzio
54 Sikap Ketus Jen
55 Mengobati Levin
56 Keinginan Zio
57 Mengikuti Jen dan Josep
58 Menemani Celine
59 Perasaan Levin
60 Nasehat Levin
61 Bukan Saudra
62 Keputusan
63 Menjadi Kakak yang Baik
64 Hubungan Levin dan Livia
65 Sebuah Pilihan
66 Memilih
67 Canggung
68 Larangan Levin
69 Sikap Dingin Zio
70 Mencari
71 Milik Erzio
72 Tidak Tenang
73 Pembicaraan Serius
74 Berpura-pura
75 Permohonan Brenda
76 Kekesalan Jeniffer
77 Perasaan Takut Kehilangan
78 Pilihan Sulit
79 Masuk Tanpa Permisi
80 Mengatakan yang Sebenarnya
81 Menolak
82 Mulai Hidup Baru
83 Bertemu Lagi
84 Meminta Bantuan Mama
85 Feylin Namanya
86 Menginap di Rumah Sakit
87 Wanita Cantik
88 Tidak Bisa Menahan Diri
89 Meminta Izin Menikah
90 Mengantar Pulang
91 Masa lalu
92 Melupakannya
93 Hari Bahagia
94 Bertemu dengan Semuanya
95 Berendam
96 Tertidur Pulas
97 Sekali Lagi
98 Tinggal Bersama Lagi
99 Ungkapan Hati
100 Bersama Lagi
101 Hal Mengejutkan
102 Rencana Pernikahan
103 Menolongnya
104 Bertanggung Jawab
105 Bercerita pada Celine
106 Sudah Pergi
107 Hari Pernikahan
108 Milikku
109 Meminta Hak
110 Memperkenalkan
111 Tidur Bersama
112 Perasaan Jefry
113 Akhirnya Setuju
114 Penyatuan Dua Insan
115 Mendapatkan Restu
116 Berendam
117 Pindah Kamar
118 Kebahagiaan (End)
Episodes

Updated 118 Episodes

1
Prolog
2
Masih Mencarinya
3
Salah Mengenali Orang
4
Memastikan Kembali
5
Tidak Sengaja Bertemu
6
Mencari Informasi Tentangnya
7
Jembatan Mühlesteg (Jembatan Gembok Cinta)
8
Kenapa?
9
Alasan Masih Mencarinya
10
Menunggu di Bandara
11
Bertemu dengan Jeniffer
12
Fakta Mengejutkan
13
Penyebab Mabuk
14
Pemotretan
15
Kalung
16
Menghadiri Acara Fashion Show
17
Bertemu Dengannya
18
Tidak Bisa Mengelak
19
Menghindar
20
Membawa Celine Pergi
21
Ayo Menikah
22
Penolakan Celine
23
Bertemu dengan Jen & Alea
24
Pertanyaan Alea
25
Membuat Sarapan
26
Permintaan Jefry
27
Lebih Banyak Diam
28
Kegelisahan Jeniffer
29
Berita Mengenai Celia
30
Usul Levin
31
Ulah Nakal Jeniffer
32
Lamaran Mendadak
33
Peringatan Erzio
34
Penjelasan
35
Rencana Makan Malam
36
Pergi Dengan Josep
37
Melindungi Diam-diam
38
Vidio Call
39
Membantu Celine Berkemas
40
Pindah
41
Pergi
42
Menyerah
43
Pilihan yang Sulit
44
Berdebat
45
Ancaman Jefry
46
Menghabiskan Waktu Berdua
47
Sikap Kasar Jefry
48
Kecewa
49
Peringatan dari Levin
50
Cemburu
51
Cemburu part 2
52
Akhirnya Bertemu
53
Erzio
54
Sikap Ketus Jen
55
Mengobati Levin
56
Keinginan Zio
57
Mengikuti Jen dan Josep
58
Menemani Celine
59
Perasaan Levin
60
Nasehat Levin
61
Bukan Saudra
62
Keputusan
63
Menjadi Kakak yang Baik
64
Hubungan Levin dan Livia
65
Sebuah Pilihan
66
Memilih
67
Canggung
68
Larangan Levin
69
Sikap Dingin Zio
70
Mencari
71
Milik Erzio
72
Tidak Tenang
73
Pembicaraan Serius
74
Berpura-pura
75
Permohonan Brenda
76
Kekesalan Jeniffer
77
Perasaan Takut Kehilangan
78
Pilihan Sulit
79
Masuk Tanpa Permisi
80
Mengatakan yang Sebenarnya
81
Menolak
82
Mulai Hidup Baru
83
Bertemu Lagi
84
Meminta Bantuan Mama
85
Feylin Namanya
86
Menginap di Rumah Sakit
87
Wanita Cantik
88
Tidak Bisa Menahan Diri
89
Meminta Izin Menikah
90
Mengantar Pulang
91
Masa lalu
92
Melupakannya
93
Hari Bahagia
94
Bertemu dengan Semuanya
95
Berendam
96
Tertidur Pulas
97
Sekali Lagi
98
Tinggal Bersama Lagi
99
Ungkapan Hati
100
Bersama Lagi
101
Hal Mengejutkan
102
Rencana Pernikahan
103
Menolongnya
104
Bertanggung Jawab
105
Bercerita pada Celine
106
Sudah Pergi
107
Hari Pernikahan
108
Milikku
109
Meminta Hak
110
Memperkenalkan
111
Tidur Bersama
112
Perasaan Jefry
113
Akhirnya Setuju
114
Penyatuan Dua Insan
115
Mendapatkan Restu
116
Berendam
117
Pindah Kamar
118
Kebahagiaan (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!