Levin menatap lekat wanita itu dengan wajah seriusnya lalu berkata, “Matamu, suaramu, senyummu, caramu memanggil namaku serta caramu menatapku. Semuanya sangat mirip dengannya. Meskipun wajah kalian berbeda, tapi semua yang aku sebutkan tadi sangat mirip denganmu," jawab Levin dengan yakin, "sekarang aku tanya, benarkah kau tidak mengenaliku? Apa kau sudah melupakan Jen, mama dan papa sama seperti kau melupakan aku?”
Tangan wanita itu secara tidak sadar gemetar dan dengan cepat dia menggengam tangannya dengan satu tangan lainnya untuk menutupi kegugupannya. Wajahnya terlihat sedikit pucat, bibirnya juga bergetar serta matanya terlihat berkilau.
“Ada apa? Kenapa kau diam? Tidak bisa menyangkal?” Levin kembali membuka suaranya ketika melihat wanita di depannya itu tidak berkutik dan nampak kesulitan untuk menyanggah ucapannya.
“Celia, ada apa?” Seorang pria bermata coklat terang serta berambut kecoklatan menghampiri wanita yang sedang berbicara dengan Levin.
“Tidak apa-apa, Jef. Hanya ada kesalahpahaman sedikit,” jawab Wanita itu seraya menoleh kepada pria yang memanggil namanya itu.
Levin melirik sekilas pada pria itu kemudian menoleh kembali pada wanita itu, seolah tidak peduli dengan keberadaan pria itu, sementara Erzio yang mengenal pria itu langsung membuka suaranya.
“Tuan Jefry, kami dari perusahaan Tech Group Kenalkan ini adalah CEO kami Levin Hadinata Tjendra.”
Levin kembali melirik pada pria itu ketika mengetahui kalau pria itulah yang akan mereka temui. Dia semakin penasaran ada hubungan apa pria itu dengan wanita yang dia panggil Celia itu.
Pria itu langsung tersenyum. “Lebih baik kita bicara di dalam.”
“Ayo, Celia.” Pria itu mengulurkan tangan pada wanita itu lalu menggandengnya masuk ke dalam dan diikuti oleh tatapan dingin dari Levin.
Mereka berempat memasuki ruangan VIP yang sudah dipesan oleh Jefry. Levin dan Erzio duduk bersebelahan dan bersebarangan dengan Jefry dan Celia. Mereka terlihat saling memperkenalkan diri, kecuali Celia. Sedari tadi dia hanya diam sambil menatap ke arah samping.
Sejak duduk di dalam ruangan itu, Levin tidak hentinya terus menatap ke arah Celia. Bahkan saat Erzio dan Jefry sedang membicarakan masalah kerjasama, Levin terlihat hanya diam dan tidak berniat untuk ikut bergabung dengan obrolan mereka berdua. Padahal, seharusnya dia yang berbicara dengan tuan Jefry.
Pandangannya terus tertuju pada Celia dan hal itu disadari oleh Jefry. Meskipun dia sedang bicara dengan Erzio, tapi tatapannya lebih sering tertuju pada Levin yang sedari tadi menatap wanita yang duduk di sebelahnnya.
“Tuan Levin, sepertinya kau sedang tidak fokus membicarakan kerjasama ini. Apakah kekasihku memiliki salah padamu atau kau tertarik dengannya?” Jefry menyandarkan punggung seraya memangku tangannya dengan wajah datarnya.
Levin akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah Jefry. “Tuan Jef, bolehkan aku berbicara dengan kekasihmu sebentar?”
Erzio yang mendengar itu seketika menoleh pada Levin. Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu di depan kekasih wanita itu. Dia bahkan melupakan tujuannya datang ke restoran itu. Selama ini, Levin selalu fokus jika sudah berurusan dengan pekerjaaan. Dia tidak suka mencampuradukkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaannya.
“Levin, apa kau sudah tidak waras? Lupakan wanita itu dan fokuslah pada pembicaraan kerjasa sama ini. Papa akan marah besar jika sampai kerja sama ini gagal,” bisik Erzio.
Mendengar permintaan Levin, Jefry mengangkat salah satu sudut bibirnya, setelah itu berkata, “Tuan Levin, apa kau sungguh tertarik dengan kekasihku?”
Levin tidak menjawab, tapi tatapannya terus tertuju pada Celia. Wanita itu bahkan meremas kedua tangannya di bawah meja yang terlihat sedikit gemetar. Wajah juga terlihat tegang sedari tadi. “Aku tidak suka ini.” Jefry menggelengkan kepalanya dengan tatapan tidak suka.
Dia kemudian menoleh pada Celia, “Sayang, kau sungguh hebat. Mampu menarik perhatian Tuan Levin pada pertemuan pertama kalian. Sepertinya posisiku mulai terancam.”
Entah Jefry bergurau atau dia hanya ingin menyindir Levin, tapi tatapan Jefry mengisayaratkan kalau dia tidak suka dengan tatapan Levin pada kekasihnya.
“Kau tenang saja, Jef. Aku masih sangat menyukaimu. Aku tidak akan berpaling dengan pria manapun,” ucap Celia seraya tersenyum pada Jefry lalu memegang lengannya.
Setelah Celia selesai bicara, wajah Levin semakin dingin. “Tuan Jefry, jangan salah paham dulu. Begini... wajah kekasihmu mirip dengan adiknya. Mereka sudah terpisah sejak 10 tahun lalu. Dia hanya ingin memastikan kalau Nona Celia bukanlah adiknya,” terang Erzio.
“Begitu rupanya.” Jefry manggut-manggut, “biar aku perjelas agar kau tidak salah lagi. Dia bukan adikmu, Tuan Levin. Aku mengenalnya sejak kecil. Kami tumbuh bersama.”
“Dia memang bukan adikku,” jawab Levin tanpa menoleh pada Jefry. Tatapannya masih tertuju pada Celia.
“Begini saja, kita akhiri saja pembicaraan hari ini. Kita akan atur pertemuan di lain waktu. Aku masih ada urusan lain. Hubungi aku jika kalian sudah siap membicarkaan tentang kerja sama ini.”
Setelah kepergian Celia dan Jefry, Levin meremas kuat gelas yang ada di tangannya hingga pecah dan melukai tangannya. “Levin, kendalikan dirimu? Bagaimana bisa kau seperti ini hanya karena wanita yang tidak kau kenal?” ujar Erzio ketika melihat tangannya memerah karena darah mulai keluar dari telapak tangannya.
“Aku yakin dia adalah Celine. Akan aku cari buktinya sehingga dia tidak bisa mengelak lagi.”
Levin berdiri lalu meninggalkan Erzio. Setelah pintu tertutup, Erzio mengusap kasar wajahnya melihat sikap Levin.
Sial! Celine, sebenarnya di mana kau berada? Sampai kapan kau akan bersembunyi? Tidak cukuplah 10 tahun ini kau menyiksa Levin?
*******
Levin dan Erzio memasuki ruangan kerja Levin dengan wajah kusut. Pertemuannya dengan Celia membuat semua berantakan. Entah apa yang akan terjadi kedepannya jika Levin terus mengejar wanita itu. Wanita itu berhasil menjungkirbalikkan dunia Levin dalam sekejap.
Erzio duduk di sofa dengan wajah frustasi, sementara Levin tetap dengan wajah datarnya. Dia meraih ponselnya lalu menghubungi seseorang. “Josep, bantu aku selidiki seseorang.”
“Namanya Celia, aku tidak tahu siapa nama lengkapnya.”
Erzio menggelangkan kepalanya setelah mendengar permintaan Levin.
“Semalam aku bertemu dengannya di club malam tempatmu mengadakan pesta.”
“Baiklah, terima kasih.”
Levin mematikan ponselnya lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa seraya memejamkan matanya. Josep memiliki banyak koneksi di Paris karena orang tuanya merupakan salah satu orang yang memiliki pengaruh di kota Paris.
“Vin, bukankah kau bilang kalau dia berasal dari Swiss? Paman dan bibinya juga membawanya ke sana. Aku rasa wanita itu memang hanya mirip dengan Celine.”
“Aku juga tidak tahu. Papa dan mama tidak mungkin berbohong padaku. Lagi pula, papa sempat menemukan jejaknya di Swiss, tetapi menghilang setelah sebulan dia tiba di sana.”
“Kenapa kau tidak meminta paman Zayn untuk menyelidikinya?”
“Untuk saat ini, aku akan berusaha sendiri. Aku tidak mau melibatkan paman Zayn dulu.”
“Jadi, apakah kau masih ingin mencarinya di Swiss akhir minggu ini?”
Levin mengangguk dengan wajah datarnya. “Iyaa, aku harus tetap mencarinya di sana.” Seketika Levin teringat sesuatu. “Berikan aku data Jefry. Aku akan menyelidikinya juga. Aku rasa aku bisa menemukan sesuatu tentang Celia darinya”
“Levin, tuan Jefry, bukanlah orang sembarangan. Keluarganya juga memiliki pengaruh di negara ini. Kau tidak akan bisa melawannya jika seandainya Celia itu memang benar Celine. Ini akan menjadi sulit nantinya.”
Wajah Levin menjadi dingin. “Aku tidak peduli. Aku sudah berjanji pada mama akan membawa Celine pulang.”
“Kalau seandainya kita bertemu dengan Celine dan dia tidak ingin kembali. Apa yang akan kau lakukan?”
“Aku harus tahu, apa alasannya tidak mau kembali.”
“Seandainya, kehidupannya sudah bahagia, apa kau akan melepasnya dan menjalani hidup kalian sendiri-sendiri?”
Levin belum pernah berpikir kemungkinan itu. Dalam bayangannya, Celine adalah orang yang lemah. Kemungkinan dia mengalami kesulitan setelah mereka berpisah. Sejak kecil, Celine tidak pernah bisa melawan orang yang merundungnya. Dia terbiasa menerima apapun dan memendamnya sendiri. Levin hanya takut kalau Celine tidak hidup dengan baik setelah dia kembali ke negara asalnya.
“Aku tidak akan melepasnya.”
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Edah J
Ceritanya selalu menarik dan pastinya bagus 👍👍👍
2023-01-31
0