"Baiklah kalau Nona Celia memaksa, tapi bagaimana kalau aku menginginkan yang lain sebagai balasannya?"
"Katakan, apa yang kau inginkan dariku?"
Levin menatap Celia dengan tatapan terbaca sambil berpikir. "Akan aku pikirkan nanti. Saat ini, aku tidak menginginkan apapun."
Diam-diam Celia menghela napas pelan. Dia pikir Levin akan meminta hal yang tidak-tidak padanya. "Tapi sepertinya, setelah ini, kita mungkin tidak akan bertemu lagi."
Levin tersenyum miring mendengar itu. "Benarkah? Kenapa aku merasa kita akan bertemu lagi setelah ini?" ujar Levin dengan yakin.
Celia mengalihkan pandangannya ke samping saat melihat tatapan lekat dari Levin. "Kau terlalu percaya diri, Tuan Levin," ucap Celia dengan senyum sinisnya.
"Terkadang, kita memang harus memiliki keyakin kuat akan sesuatu hal, Nona Celia. Aku hanya merasa kalau kita memang ditakdirkan untuk bertemu kembali."
Celia beralih menatap Levin dengan berani sambil mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Levin. "Apa kau tertarik denganku?"
Levin bungkam sesaat, kemudian menarik salah sudut bibir. "Kalau aku tertarik denganmu, apa kau akan memberikan kesempatan padaku untuk mendekatimu?"
Perasaan akrab setiap kali berdekatan dengan Celia membuat Levin semakin penasaran dengan wanita di sampingnya itu.
"Maaf, Tuan Levin, aku sudah memiliki kekasih. Kaupun tahu hal itu. Aku tidak tertarik denganmu." Setelah mengatakan itu, Celia memperbaiki duduknya serta meluruskan pandangannya ke depan.
Levin tidak berbicara lagi dan memilih untuk diam hingga mereka turun dari pesawat. "Apa kau masih penasaran dengannya?" tanya Erzio saat melihat Levin menatap kepergian Celia yang sedang berjalan ke arah pintu keluar bandara.
Levin menoleh kemudian berjalan ke arah salah satu coffee shop yang ada di dalam bandara. "Entahlah. Ada perasaan aneh setiap kali aku melihatnya," jawab Levin sambil duduk di kursi depan Erzio.
"Jangan bilang kau tertarik dengannya?" tebak Erzio dengan tatapan menyelidik.
Levin terlihat menatap dengan malas pada Erzio. "Tidak. Kau pikir aku semudah itu jatuh cinta pada seseorang yang baru aku temui?"
Erzio masih memicingkan matanya pada Levin karena merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu. "Aku hanya merasa tatapanmu padanya sangat berbeda," jawab Erzio.
Levin menampilkan wajah seriusnya. "Aku hanya merasa dia menyembunyikan sesuatu dariku. Setiap aku menatapnya, dia tidak pernah berani menatapku, seperti menghindariku. Dulu, Celine juga sering seperti itu, saat berbicara denganku, dia akan selalu menghindari tatapanku kalau sedang menyembunyikan sesuatu dariku."
Pada awalnya, Erzio mengira kalau Levin sangat penasaran dengan Celia karena dia pikir wanita itu adalah Celine, tapi setelah mereka menemukan alamat Celine, Levin sepertinya masih saja belum sepenuhnya percaya kalau Celine dan Celia adalah orang yang berbeda.
"Semuanya akan terjawab setelah kita pergi ke alamat Celine yang baru," ucap Erzio.
********
Pukul 3 sore, Levin dan Erzio nampak sedang berdiri di dekat pintu keluar bandara. Mereka berdua sedang menunggu kedatangan Alea. Mereka berdua memang sengaja tidak langsung pulang karena ingin menunggu Alea di bandara. Wanita itu meminta mereka berdua untuk menjemputnya.
"Kak Alea! Di sini." Erzio melambaikan tangan pada wanita yang sedang menarik koper di tangan kanannya. Wanita keturunan Swiss-Indonesia yang memiliki wajah campuran.
Wanita yang dimaksud oleh Erzio tersenyum ke arahnya. Wanita cantik itu mempercepat langkahnya. "Aku sangat merindukan kalian berdua." Alea memeluk Erzio dan Levin secara bergantian.
"Kami juga merindukanmu," jawab Levin setelah Alea melepaskan pelukannya.
"Kenapa wajahmu bertambah jelek saja, Kak? Apa kau habis dicampakkan oleh kekasihmu?" ujar Erzio dengan senyum mengejek.
Alea langsung melayangkan tatapan menusuk pada adiknya. "Erzio, berani sekali kau mengatakan kakakmu ini jelek. Sepertinya kau...."
Belum sempat Alea menyelesaikan kata-kata, tiba-tiba dari arah belakang ada seorang gadis berambut panjang, memakai topi dan berkaca mata hitam sedang berjalan ke arah mereka dan seketika menghambur ke pelukan Erzio.
"Kak, aku sangat merindukanmu."
Erzio nampak terkejut ketika melihat siapa gadis yang berani memeluknya. "Jen, kenapa kau ada di sini?"
Jenifer melepaskan kacamata hitamnya lalu tersenyum lebar pada Erzio. "Kejutan untukmu. Aku sengaja ke sini untuk bertemu denganmu."
Levin dan Erzion memang tidak tahu kalau Jeniffer akan ikut Alea ke Paris.
"Dia yang memintaku untuk merahasiakannya darimu," sela Alea ketika melihat Erzio sedang menatapnya dengan wajah bingung.
"Apa kau tidak suka dengan kedatanganku? Padahal, aku sangat merindukanmu, Kak," ujar Jeniffer dengan wajah kecewa.
"Lepaskan aku dulu, aku merasa sesak." Erzio berusaha menjauhkan tubuhnya dari Jeniffer, tetapi Jeniffer justru mengeratkan pelukannya pada Erzio.
Alea hanya tersenyum tipis melihat wajah risih Erzio. Jeniffer memang menyukai Erzio semenjak dia remaja. Jeniffer sangat dekat dengan Erzio sejak mereka masih kecil, melebihi kakaknya sendiri. Sikap lembut dan baik Erzio padanya membuat Jeniffer jatuh hati padanya.
Jeniffer bahkan terang-terangan mengatakan kalau dia menyukai Erzio, tetapi sayangnya, Erzio dari dulu hanya menganggapnya sebagai adik. Tentu saja Jeniffer tidak menyerah begitu saja. Dia dengan percaya diri mengatakan pada Erzio kalau dia akan terus mengejarnya sampai Erzio jatuh cinta padanya.
"Jangan mempermalukan aku di depan umum," ujar Levin seraya menarik kerah belakang adiknya agar adiknya mau melepaskab pelukannya pada Erzio.
Jeniffer terlihat melayangkan tatapan tidak suka pada kakaknya karena ditarik paksa oleh Levin. "Apanya yang mempermalukan? Aku hanya memeluknya karena merindukannnya. Di sini negara bebas. Bahkan aku melihat orang-orang di sini bebas berciuman dan bermesaraan di tempat terbuka."
Levin menatap adiknya dengan wajah malas. "Itu bukan budaya kita, Jen." Levin kemudian beralih menatap Alea. "Kak, seharusnya kau tidak membawanya ke sini. Aku tidak punya waktu untuk menjaganya."
"Tenang saja, Erzio yang akan menjaganya," ucap Alea sambil tersenyum tipis.
Levin dan Jeniffer memang tidak pernah akur. Mereka sering kali berdebat jika sudah bertemu. Itu sebabnya Jeniffer lebih dekat dengan Erzio.
"Kenapa harus aku, Kak? Aku sibuk jadi tdak bisa menjaganya," protes Erzio cepat.
Jeniffer nampak kesal karena baik Erzio dan Levin sama-sama tidak senang melihat kedatangannya.
"Kalau begitu, aku pulang saja. Tidak ada yang menginginkanku di sini." Jeniffer berbalik dan berniat untuk melangkah.
"Baiklah, aku akan mengawasimu, tapi kalau kau membuat ulah, aku akan langsung memulangkanmu ke Indonesia," ujar Erzio sambil menahan tangan Jeniffer.
Jeniffer berbalik. "Tenang saja. Aku akan patuh padamu," ucap Jeniffer dengan senyum lebarnya. Dia hanya berpura-pura ingin pergi, karena dia tahu, Erzio tidak akan tega membiarkannya pulang sendiri.
"Ayo pergi." Levin mengambil alih koper Alea kemudian berjalan ke arah luarbdiikuti oleh yang lainnya.
"Kak, apa aku boleh menginap di apartemenmu?" tanya Jeniffer sambil mengapit lengan kiri Erzio.
"Tidak boleh, kau tinggal saja dengan kakakmu."
"Tapi aku mau tinggal denganmu."
Erzio menatap malas pada Jeniffer, sementara Levin terlihat tidak peduli dengan drama adiknya. "Kita tidak bisa tinggal bersama. Meskipun aku sudah menganggapmu sebagai adikku, tapi kita tidak bisa tinggal di apartemenku."
"Bukannya di sini banyak pasangan kekasih yang tinggal bersama tanpa adanya ikatan pernikahan?"
Erzio menghela napas kasarnya. "Kau bukan kekasihmu. Lagi pula, aku sudah memiliki wanita yang aku sukai. Berhentilah menyukaiku, Jen. Aku tidak tertarik denganmu."
"Aku akan menyingkirkan wanita yang ada di dekatmu. Hanya aku wanita yang boleh berada di dekatmu dan menjadi kekasimu."
Sikap pemaksa Jeniffer yang satu ini sangat mirip dengan Dave, ayahnya.
"Terserah kau saja. Lakukan saja apa yang kau mau, tapi satu yang pasti, aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu. Kau tidak masuk kriteria wanita idamanku. Wanita yang aku sukai adalah wanita anggun dan dewasa. Bukan anak kecil sepertimu," ujar Erzio dengan wajah acuh tak acuh.
Erzio memang selalu mengatakan Jeniffer anak kecil karena sikap manjanya dan itu membuat Jeniffer sangat kesal.
"Kita lihat saja, sebelum aku pulang ke Indonesia, aku akan membuatmu jatuh cinta padaku."
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Edah J
Jangan gitu Zio nanti kalau Jen ada yg deketin kamu sendiri yg sensi😊
2023-01-31
0