Terdengar suara ketukan pintu beberapa kali di ruangan Levin. Dia terlihat sedang sibuk dengan kertas yang ada di tangannya. Tangan terlatih saat membubuhkan tanda tangannya pada kertas di hadapannya itu. Saat pintu terbuka, terlihat seorang pria berkulit putih dan berpakaian rapi masuk ke dalam ruangan Levin dengan senyum lebarnya.
“Tuan Levin, apa aku mengganggumu?”
Levin mendongakkan kepalanya, beranjak dari duduknya kemudian berjalan ke arah pria itu. “Apa kau sudah mendapatkan infomasi tentangnya?"
Sepertinya biasa, Levin tidak suka berbasa-basi, meskipun itu dengan temannya sendiri.
Dengan wajah santai Josep duduk di sofa panjang yang ada di ruangan Levin. “Kenapa terburu-buru sekali? Sepertinya Tuan Levin sangat tertarik dengan Nona Celia? Apa yang membuatmu begitu antusias padanya, aku sangat penasaran akan hal itu?” Senyum lebar pria itu membuat Levin kesal.
“Josep, berhenti bermain-main. Aku tidak memiliki waktu luang untuk berbicara omong kosong denganmu,” ucap Levin dengan sorot mata tajam dan wajah dingin setelah duduk di hadapan temannya itu.
Josep kembali tertawa melihat kekesalan Levin. Tiba-tiba Erzio masuk ke dalam dengan membawa map. “Ini periksalah, setelah itu kembalikan padaku.” Erzio menyerahkan map itu pada Levin setelah itu duduk di samping Josep.
“Ada kepentingan apa kau datang ke sini?” tanya Erzio.
Josep terseyum miring. “Temanmu ini memintaku mencari latar belakang wanita cantik bernama Celia.”
“Cepat katakan padaku, apa yang sudah kau dapatkan? Jangan membuang waktuku,” ucap Levin tidak sabar.
Josep tertawa santai lalu menyerahkan sebuah keras terlipat pada Levin yang dia ambil dari saku jasnya. “Namanya Selina Acelia. Dia supermodel yang berasal dari Jerman.”
Levin terlihat membaca dengan cermat kertas yang diberikan oleh Josep. “Dia bukan berasal dari negara ini?” tanya Erzio dengan wajah heran.
“Bukan, dia berasal dari Jerman. Namanya sangat dikenal di sana. Dia ke sini karena ada urusan pekerjaan. Dia adalah kekasih dari Jefry Rowsen. Kau pasti kenal dengan Jefry Rowsen, bukan?”
Levin meletakkan kertas tersebut dia atas meja dengan wajah dingin. “Aku tidak peduli dengan pria itu," ucap Levin dengan ketus, "aku ingin data detail wanita ini,” pinta Levin dengan wajah serius.
“Aku tidak bisa mencari lebih dalam lagi. Jerman, aku tidak memiliki koneksi di sana,” terang Josep, “kenapa kau tidak meminta bantuan pada Rendy? Keluarganya berkuasa di sana. Aku rasa tidak sulit baginya untuk mencari informasi tentang nona Celia.”
“Rendy sudah pindah ke Indonesia. Aku dengar setelah dia menikah, dia langsung mengubah kewarganegaraannya,” sahut Erzio.
“Jadi dia sungguh menikah dengan wanita Indonesia itu?” tanya Josep dengan wajah tidak percaya.
“Tentu saja. Seharusnya kau datang saat pernikahannya. Teman macam apa kau ini,” sindir Erzio.
“Aku tidak bisa meninggalkan urusanku waktu itu. Lalu bagaimana dengan Friska jika Rendi menikah dengan orang lain?” tanya Josep Lagi.
“Aku dengar dia sudah bertunangan dengan pria asal Indonesia yang memiliki kebangsaan Singapore, tapi Friska ada Jerman saat ini,” jawab Erzio.
Josep mengerutkan keningnya karena tidak mengerti. “Maksudmu?”
“Pria yang menjadi tunangan Friska, sebenarnya berasal dari Indonesia, hanya saja ketika dia remaja, keluarganya pindah ke Singapore dan menetap di sana. Status warga negaranya pun berubah setelah dia pindah ke sana. Kemudian dia kembali ke Indonesia lagi untuk mencari cinta pertamanya yang ternyata adalah istri dari Rendy dan kembali ke Singapore lagi setelah wanita yang dicintainya itu menikah dengan Rendy,” ungkap Erzio.
Josep manggut-manggut. “Nasibnya pria itu sama seperti Friska ternyata.”
Erzio mengangguk setuju. "Itu sudah menjadi takdir mereka. Terbukti mereka justru dipertemukan untuk saling menyembuhkan luka mereka dan saling mencintai kemudian.”
“Aku juga ingin memiliki kisah cinta yang dramatisir seperti itu. Sepertinya lebih menantang,” ucap Josep dengan seringainya.
Levin mendengus dingin. “Pria penikmat wanita sepertimu mana mungkin mengerti arti cinta. Kau bahkan menganggap mereka hanya sebagai mainan,” sindir Levin tanpa segan.
“Fu-ck you, Levin!” umpat Josep dengan wajah kesal.
Erzio langsung terkekeh mendengar hal itu. “Mulutmu sungguh tajam Vin, sama seperti Rendy. Tidak heran kalian sangat dekat.”
Levin terlihat acuh tak acuh. Dia berpikir sejenak kemudian menoleh pada Erzio. “Zio, apa kau memiliki kontak Friska yang baru?”
“Tidak,” jawab Zio, “lebih baik kau tanya pada Rendy saja. Dia pasti memilikinya. Apa kau berniat meminta bantuan Friska?”
“Yaa, mungkin saja dia bisa mencari infomasi tentang Celia, selain Rendy, bukankah keluarga Friska juga memiliki koneksi luas di Jerman?”
“Kau benar, tapi menurutku lebih baik kau langsung menghubungi Rendy saja. Meskipun, dia sudah pindah ke Indonesia, tapi keluarga besarnya masih Jerman, Ayahnya bahkan masih sering ke Jerman untuk mengurus perusahaan mereka yang ada di sana.”
Levin berpikir sejenak. “Baiklah. Aku akan menghubunginya nanti.”
Rendy dan Friska adalah teman kuliah mereka saat sama-sama menempuh pendidikan di Inggris. Josep, Erzio, Levin, Rendy, dan Friska mengenal satu sama lain dan berteman dekat. Kalau orang tua Levin adalah orang paling berpengaruh di Indonesia, lain halnya dengan Rendy, keluarganya memiliki pengaruh di Jerman, Sementara Josep di Paris.
“Sekarang katakan padaku, kenapa kau begitu tertarik dengannya? Pasti ada alasan khusus, bukan?” tanya Jefry dengan alis terangkat.
“Celia, mirip dengan cinta pertamanya,” jawab Erzio enteng dan langsung dihadiahi tatapan tajam dari Levin.
“Lebik baik tutup mulutmu Zio, sebelum aku sumpal dengan kertas ini,” tunjuk Levin pada kertas yang berada di atas meja.
Josep tertawa kecil. “Apa kau memiliki informasi tentang pekerjaannya selama dia di sini?” tanya Levin lagi pada Josep.
Josep menyeringai. “Kenapa kau tidak menggunakan koneksi ayahmu yang ada di sini? Aku rasa tidak sulit bagi ayahmu untuk mendapatkan jadwal tersebut."
"Benar, Vin. Kenapa kau tidak...."
"Aku tidak mau melibatkan keluargaku. Ini masalahku. Aku akan mencari tahu sendiri."
Dave pernah sempat kesal pada Levin karena melihat sikap Levin dulu pada Celine yang terkesan tidak mau menerima keberadaan Celine di tengah-tengah keluarga mereka. Maka dari itu, Levin tidak mau meminta bantuan ayahnya.
"Kau harus membayarku dengan mahal untuk infomasi penting seperti itu," ucap Jefry seketika.
“Katakan berapa yang kau mau?” Wajah Levin terlihat sangat serius.
“Aku tidak ingin uangmu, Levin. Aku tahu uangmu lebih banyak dariku, tapi yang aku inginkan bukan uang, tapi aku ingin adikmu.”
“Bang-sat! Kau mau mati!” Yang marah adalah Erzio. Dia mencekram kuat kerah baju Josep diikuti tatapan penuh amarah.
Levin terlihat hanya diam dengan wajah datarnya. “Kenapa kau jadi marah? Bukankah kau bilang tidak menyukai Jeniffer?” tanya Josep pada Erzio.
Josep memang mengenal Jeniffer karena dulunya Jeniffer beberapa kali bertemu dengannya. Jeniffer dan kedua orang tuanya memang sering menemui Levin saat dia masih kulaih di Inggris.
“Josep, aku bisa membuatmu terkapar hingga tidak sadarkan diri jika kau berani mengincar Jen. Dia adikku juga,” ancam Erzio.
Josep tertawa dengan wajah sinis. “Tenanglah. Aku hanya bercanda, Zio. Ayoolah kau seperti tidak mengenalku saja. Aku tidak mungkin bermain-main dengan adik kalian. Aku tidak pernah merusak wanita. Aku hanya bermain-main dengan wanita yang menginginkanku, tepatnya uangku.”
Zio melepaskan kerah Josep dengan kasar. “Aku tidak peduli kau mau bermain dengan siapa, Josep. Jika kau berani mengincar Jen, aku bersumpah akan membuatmu tidak bisa melihat matahari terbit lagi.”
Josep tersenyum miring melihat reaksi Zio. “Bagaimana kalau aku bilang aku mencintainya dan tidak main-main dengannya?”
“Kauu....!”
“Zio, behenti,” ucap Levin ketika melihat Zio akan melayangkan tinjunya pada Josep.
Zio akhirnya kembali duduk dengan wajah geram. “Josep, hilangkan pikiran bodohmu itu. Ayahku bisa menghancurkan keluargamu jika kau berani macam-macam dengan adikku.”
“Aku tidak main-main, Levin.”
“Sudahlah. Aku memanggilmu ke sini untuk membicarakan mengenai Celia, bukan adikku. Aku mau informasi tahu jadwal serta kegiatannya selama di sini.”
Josep berpikir sejenak. “Berikan aku waktu beberapa hari. Aku akan menghubungi pamanku lebih dulu.”
“Baiklah.”
******
Levin dan Erzio terlihat memasuki sebuah bar yang letaknya tidak jauh dari apartemen mereka. Merek berdua menghampiri pria yang sedang duduk di depan meja bartender yang sedang menikmati minuman di depannya. “Apa kau sudah mendapatkan informasi tentangnya?”
“Sudah, dia akan berada di sini selama dua bulan penuh. Dia memiliki kontrak dengan beberapa Brand yang ada di sini dan beberapa acara di sini,” jawab Josep, “aku akan mengirimkan jadwal lengkapnya padamu.”
“Baiklah, terima kasih. Aku akan mentransfer sejumlah uang padamu."
“Kau memang berbeda. Tidak pernah mau berhutang budi pada orang lain.”
Levin hanya diam. “Itu karena dia tidak ingin kau manfaatkannya untuk mendekati, Jen," sahut Erzio.
Josep berdecih. “Erzio, katakan padaku, Jeniffer, kau tidak menganggapnya sebagai adikmu, bukan?”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Edah J
Sepertinya Erzio itu suka sama Jenifer cuma dia belum jujur aja kali ya?😊
2023-01-31
0