Tak bisa dipungkiri lagi, mata Q benar-benar memabukkan bagi siapa saja yang memandangnya tak terkecuali K.
Siapapun itu seolah terbawa ke dunia penuh kedamaian saat mata biru itu menatapnya. Ditambah lagi sang pemilik mata itu memperlihatkan lesung pipi yang begitu manis ketika tersenyum.
"Ah.. Apa kau mengkuatirkan ku, Tuan K? Sungguh?"
...
"Tuan K?"
...
"Aww!"
K seketika mengerutkan dahi saat Q menarik rambutnya.
"Mengapa kau suka sekali menarik rambutku, Nona Q?!"
"Karena kau selalu tiba-tiba terdiam seperti ini! Kalau tidak salah hitung sudah dua kali aku melihatmu terpaku secara mendadak. Kau jadi menakuti ku Tuan K! Jadi jangan salahkan aku jika lama-lama kepalamu menjadi botak!"
"Kalau begitu aku harus menjaga jarak darimu untuk mengamankan rambutku dari tanganmu yang usil itu."
"Terserah.. Lalu bagaimana? Kau mendapatkan informasi? Aku harap kau mendapatkannya karena aku tak bisa menanyakan itu ke orang-orang yang terkapar ini."
"Egras."
Q mengangguk perlahan. Dia sudah menduga bahwa disanalah tujuan mereka selanjutnya karena baik informasi dari toko pakaian maupun orang yang baru saja tumbang di tangan K mengarah ke jantung Astoria itu.
"Menurutmu apa kita bisa menemukan yang diinginkan Tuan Federick di sana, Tuan K?"
"Entahlah."
K lalu mengeluarkan serpihan pisau dan memasangkan benda kecil itu ke pisau pria yang dia hajar. Benar, keduanya cocok dan kini sebuah ukiran kepala singa muncul.
"Menghancurkan tempat kelahiranku saja rupanya masih belum cukup bagi mereka."
Q dengan jelas mendengar gumaman lirih itu walaupun hampir tak terdengar.
Dia juga memperhatikan tangan K yang tanpa sadar menggenggam mata pisau dengan kuat sehingga tetesan-tetesan darah pun jatuh ke tanah.
Gadis itupun menepuk bahu K yang membuat sang partner menoleh ke arahnya. Q lalu mengambil pisau dan memasukkannya ke dalam kantong. Setelah itu dilihatnya tangan K yang berlumuran darah.
"Bagaimana ini? Aku tidak punya perban dan aku tidak mau kau merobek bajuku lagi untuk membalut luka ini."
"Biarkan saja."
"Tidak! Kau sudah merawat lukaku jadi sekarang giliranku yang merawat lukamu."
"Kau tidak perlu.."
"Ssttt.." ucap Q sambil meletakkan jari telunjuknya di bibir K.
"Haruskah aku pergi ke toko obat untuk mencuri beberapa obat-obatan? Atau bagaimana jika.."
"Hei.."
"Oh! Kita pergi saja ke Mounte! Aku akan meminta Tuan Edzard untuk merawat lukamu!"
Q lantas berlalu begitu saja. Di sisi lain tingkah Q yang berjalan riang sambil bersenandung itu kembali mengguratkan senyum di bibir K.
(Dia bahkan tak mau mendengarkan ku..)
"Ayo Tuan K!"
**
Edzard menghela napas panjang berkali-kali sambil melihat kantornya.
Dokumen-dokumen saling berhamburan ke segala arah di ruangan itu. Belum cukup mengobrak abrik dokumen di lemari Edzard, Q kini menuju meja kerja pria itu yang segera dihentikan oleh pemiliknya.
"Tunggu sebentar! Sebenarnya apa yang sedang kau cari, Nona Q?!"
"Kotak obat."
"Argh..! Tidak bisakah kau bertanya terlebih dahulu sebelum mengobrak abrik ruang kerjaku?!"
"Bertanya itu memakan waktu. Lebih cepat jika langsung mencarinya. Kau sendiri yang mengajariku tentang itu kan, Tuan Edzard?"
Pria itupun langsung mengangkat tubuh Q dan mendudukkannya di kursi. Edzard kemudian menunjuk salah satu dinding dimana tergantung kotak berwarna putih di sana.
"Lihat? Yang kau cari tergantung tenang di sana."
"Mana kutahu, ini bukan kantorku. Jadi tentu saja aku tak tahu dimana kau meletakkannya."
"Tetap duduk diam di situ!" tunjuk Edzard pada Q yang sudah akan berdiri.
K pun merasa aneh melihat pemandangan itu. Interaksi antara Edzard dan Q terlihat seperti seorang ayah yang sedang memarahi putrinya.
Sangat bertolak belakang dengan keadaan sebenarnya dimana Edzard adalah kepala penjara tempat dimana Q ditahan selama bertahun-tahun di sini, di Mounte.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments