Q menyunggingkan senyum terbaiknya untuk sang pelayan sebelum keluar dari toko itu.
Otaknya kini mulai merangkai informasi yang telah dia dapat dari pelayan toko sembari berjalan menyusuri jalan.
Ngingg..
Gadis cantik itu berhenti sejenak ketika seekor ladybug hinggap di bahunya.
"Kandang kuda, jl. Horasio tengah malam."
"Haish.. Dia mengirim elf untuk bertemu di kandang kuda? Ah.. Mengapa tidak di hotel atau restoran saja?"
**
Kriet..
Q dengan cepat menangkap benda yang tiba-tiba dilemparkan oleh K setibanya di kandang kuda.
Untung saja gadis itu memiliki gerak refleks yang sangat baik sehingga benda itupun tertangkap dengan mudah.
"Yang benar saja, Tuan K.. Tidak bisakah kau menemukan tempat yang lebih baik daripada di sini?"
"Minum."
Walau sedikit kesal, Q tetap menuruti perintah dari K. Dia meneguk kopi yang diberikan oleh K sambil terus mengerutkan kedua alisnya.
Gadis cantik itu memperhatikan keadaan sekitar sambil meminum kopi.
Hanya ada ruangan kosong tanpa ada seekor kuda pun di sana. Rupanya tempat itu sudah lama di tinggalkan sehingga tak ada suara gaduh dari hewan gagah tersebut.
K lalu mengeluarkan sebuah benda yang dibungkus oleh kain. Dengan hati-hati pria itu mengeluarkan isinya. Dia juga mengeluarkan manset di sakunya yang lain dan menjajarkan keduanya.
"Bagaimana menurutmu?"
"Kecil."
"Aku tidak bertanya mengenai ukurannya."
"Kalau begitu bertanyalah dengan lebih terperinci, Tuan K! Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaanmu jika kau hanya mengucapkan dua patah kata seperti itu?!"
"Apa kau sedang datang bulan? Kau menjadi cepat marah belakangan ini."
K pun tersenyum mengejek. Setelah beberapa hari bersama dengan Q, pria itu kini tahu bagaimana cara menggoda partnernya. Dengan kata lain sifat kakunya sedikit melunak sekarang.
Namun rupanya reaksi Q di luar dugaan. Gadis itu justru ikut tersenyum mendengar ucapan dari K.
"Ah.. Kau menggodaku? Aku tidak tahu bahwa kau semanis ini.. Apa kau mulai tertarik padaku, Tuan K?"
Sontak saja K kini yang menjadi kesal. Kalimat mengejek yang dia ucapkan ternyata tak serta merta menyeret Q ke dalam arus permainannya. Justru sepertinya pria itulah yang mulai terbawa arus oleh Q.
"Diam. Amati saja dua benda ini."
"Ya, ya.. Aku sudah mengamatinya dari tadi. Keduanya memiliki ukiran kepala singa di atasnya. Lalu?"
K pun terhenyak. Dia membutuhkan waktu beberapa jam untuk bisa menemukan kesamaan dari dua benda yang di pegangnya.
Sedangkan Q, bagaimana bisa gadis itu mengetahui bahwa ada ukiran yang sama di keduanya dengan sekali lihat?
"Kau yakin itu kepala singa?"
"Ya.. Kulihat ada sedikit mata dan kumis yang tertinggal di atas serpihan pisau itu. Untuk lebih memastikannya, bagaimana jika ku patahkan manset itu di bagian yang sama sebagai pembanding?"
K dengan cepat mengambil manset yang akan diraih oleh Q. Pria itupun menatap tajam sang partner yang baru saja akan merusak salah satu barang bukti.
Tentu saja Q tak peduli dengan tatapan itu dan memperhatikan K yang meletakkan serpihan pisau di atas manset.
"Lihat? Cukup letakkan seperti ini."
"Wah.. Kenapa tidak terpikirkan olehku? Kau memang cerdas Tuan K.. Aku rasa aku mulai menyukaimu."
"Gadis gila.."
K pun tersenyum tipis. Namun walaupun hampir tak tampak, Q mampu melihat senyuman itu dan kali ini dia tak berkomentar ataupun menggoda K. Gadis itu hanya menikmati guratan senyum dari si pemilik mata abu-abu di depannya.
"Baiklah! Kembali ke tujuan awalku memanggilmu ke tempat ini. Aku menemukan seseorang yang kurasa mengetahui insiden pengeboman di sini. Sayangnya aku kehilangan jejak saat mengejarnya tadi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments