K mengamati pria yang kini tengah membolak-balik buku catatan. Sesekali pria itu juga bergumam sendiri.
"Jadi kau bersembunyi di sini selama ini?"
Federick lalu menyapukan seluruh pandangannya di dalam rumah pohon. Tak ada perabotan apapun alias hanya ruangan kosong lah yang dia lihat.
Mata pria itu kini memancarkan harapan yang begitu besar saat melihat K.
Setelah berbulan-bulan mencari informasi, akhirnya dia menemukan salah satu senjata bernyawa yang kehebatannya begitu di sanjung-sanjung oleh Stein.
"Langsung ke intinya. Kenapa kau mencari ku?"
"Hmm.. Kau sangat tidak sabaran.. Bagaimana jika kau beritahu dulu namamu yang sebenarnya?"
"Pergilah."
"Ah.. Setelah kupikir-pikir, K juga nama yang unik. Ha ha ha.."
Secara kasat mata, umur Federick memang jauh lebih tua dari K. Walau demikian sorot mata pria muda itu rupanya sanggup membuat Federick menjadi gugup.
(Mata itu sungguh mengintimidasi walau si empunya tak berkata sepatah katapun!)
"Pertama-tama, bisakah kau menurunkan sedikit pandanganmu? Aku merasa kau seperti akan menerkam ku dengan mata itu."
"Aku tidak tertarik dengan pria tua."
"Ha ha ha.. Selera humormu sangat bagus!"
Tawa Federick langsung terhenti ketika K tak menanggapi ucapannya dan justru menatap pria tua itu dengan semakin tajam.
"Pergilah. Kau hanya membuang waktuku."
"Tunggu!"
Federick lantas menghalangi pintu dengan tubuhnya ketika K berjalan ke arah sana.
"Baiklah aku tak akan basa-basi lagi! Aku benar-benar butuh bantuanmu untuk menyelesaikan semua kekacauan yang terjadi di Astoria."
"Apakah kekacauan itu terlalu besar hingga sang komandan Astoria ini tak bisa menyelesaikannya sendiri?"
"Benar!"
"Ceritakan lebih jauh."
"Hmm.. Apakah itu menandakan kita sepakat? Kau mau membantuku Tuan K?"
"Akan ku pertimbangkan setelah kau menceritakan detilnya."
"Oke tidak mengapa! Setidaknya kau mulai tertarik. Aku akan menceritakan semuanya setelah aku menemukan orang yang nantinya akan menjadi partner mu."
"Aku tidak membutuhkan partner."
"Ayolah Tuan K.. Aku sama sekali tak meragukan kekuatanmu. Apalagi setelah kau menghancurkan bisnis penjualan organ manusia milik Walikota Xillia. Tapi percayalah! Kasus yang terjadi di Astoria kali ini tak bisa kau selesaikan sendiri mengingat kau akan berurusan dengan sebuah organisasi gila."
**
Federick menghela napas sesaat setelah tiba di sebuah bangunan kokoh yang dikelilingi kawat berduri.
Setelah negosiasi alotnya dengan K, pria itupun menuju pulau kecil yang berjarak cukup jauh dari tempatnya menemukan K.
"Federick!"
Seorang pria keluar menyambut kedatangan Federick. Mereka berdua pun saling berpelukan.
"Edzard sahabatku! Wow! tubuhmu semakin kekar setelah dipindahkan ke tempat ini!"
"Hei.. Kau lupa dimana kita sekarang? Aku harus berlatih setiap hari untuk mengatasi para penjahat gila di sini."
Keduanya pun tergelak.
"Bagaimana kabarmu?"
"Seperti yang kau lihat."
"Hmm.. Dan Vivian? Bagaimana kabar pujaan hatimu itu?"
Federick sontak terdiam mendengar pertanyaan itu. Dia menghela napas dan berusaha menguatkan hati saat mengingat kembali kematian tragis sang istri.
"A-ha ha ha.. Apa kau bisa menangkap pencuri?"
"Pencuri?"
"Lihat! Seekor kucing mencuri sepatuku. Bantu aku menangkapnya!"
"Pria gila.."
Keduanya pun kembali tertawa. Di sisi lain Edzard sebenarnya tahu bahwa sesuatu yang buruk telah menimpa Vivian.
"Jadi apa yang membuatmu jauh-jauh pergi ke Mounte kawan?"
"Q."
Senyum di wajah Edzard lenyap ketika Federick menyebut nama itu. Pria berotot tersebut mengusap rambutnya dengan raut wajah yang sulit di deskripsikan.
"Ah.. Aku rasa masalah yang sedang kau hadapi begitu pelik hingga perlu berurusan dengan Q."
"Begitulah.. Jadi apa aku bisa menemui salah satu tahanan mu itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments