Federick membolak-balik catatan yang dia pegang.
"215 korban jiwa? Manusia gila ini benar-benar sampah!"
"Kapten!"
"Haish! Jangan berteriak Josh! Telingaku masih berfungsi dengan baik!"
"Maaf kapten!"
"Kau minta maaf tapi masih dengan nada membentak ku, Josh?!"
"A-ahaa.. Maaf kapten. Ada kabar mengejutkan hingga aku tak bisa mengendalikan tinggi rendahnya suaraku."
Tanpa di suruh, Josh langsung mengambil kuda-kuda dan melakukan push up sepuluh kali di depan kaptennya itu. Dia lalu bergegas berdiri dan kembali melaporkan sesuatu.
"Kapten!"
Federick pun menghela napas panjang. Dia lalu merangkul Josh dan mengajaknya untuk duduk.
"Baiklah, tenangkan dirimu. Tarik napas..buang.. Sudah lebih baik?"
"Tentu.."
"Sekarang katakan apa yang kau temukan?"
"Amore, Vount, Coaca, dan Suiden. Itu adalah kota-kota yang dibom secara bersamaan semalam. Memang korban yang meninggal tidak sebanyak yang ada di Egras. Tapi kapten.."
"Tapi apa?"
Josh memainkan jemarinya. Dia mempertimbangkan haruskah melaporkan juga mengenai sesuatu yang lain yang dia temukan.
"Tapi apa Josh?"
"Hmm.."
Josh pun mengambilkan segelas air untuk sang kapten.
"Minumlah dulu kapten. Aku lihat bibirmu sudah mengering."
"Diam."
...
"Kenapa kau malah diam?"
"Kau yang menyuruhku untuk diam."
"Astaga.. Baiklah Josh yang baik, coba katakan apa lagi yang kau temukan."
"Kau sudah minum penguat jantungmu hari ini kan, kapten?"
"Josh.."
"Baiklah! Baiklah! Tidakkah kau mengingat sesuatu tentang kota-kota yang ku sebutkan tadi? Tentang prajurit kita? Tentang Astorian?"
Federick lalu menyilangkan kedua tangannya. Dia mencoba mengingat sesuatu tentang Amore, Vount, Coaca, dan Suiden.
"Hmm.. Kalau itu tentang Astorian, aku yakin ada beberapa Astorian yang tinggal di kota-kota itu."
"Tepat!"
"Lalu?"
Federick lantas meneguk air yang dia pegang sembari menunggu Josh bicara. Sungguh permainan tebak-tebakan ini adalah hal yang paling dia benci dari Josh.
"Ada dua puluh lima Astorian yang tinggal di empat kota itu dan mereka semua tewas."
Brush!
"Apa?!"
Josh hanya bisa menghela napas sambil mengelap wajahnya yang terkena semburan air dari Federick.
"Bagaimana bisa?! Mereka semua tewas karena bom?!"
"Itulah yang mengerikan kapten. Bukan karena bom, melainkan dibunuh."
"Hah?!"
"Aku dan Peter menyebar tim di empat kota itu dan kami menemukan ke dua puluh lima Astorian di sana tewas mengenaskan. Modus operasinya sama, yakni dengan memutar kepala mereka sehingga praktis tulang lehernya patah. Jadi aku bisa menyimpulkan bahwa ini dilakukan oleh orang yang sama."
Josh lalu memberikan catatan penyelidikannya.
Alis Federick mulai berkerut. Namun dia masih memikirkan segala kemungkinan yang terjadi dibalik insiden mengerikan semalam.
"Artinya orang itu memiliki tenaga yang sangat kuat hingga mampu membuat kepala seseorang berputar 180°. Kau yakin dilakukan oleh orang yang sama?"
"Aku yakin kapten."
"Aku justru berpikir sebaliknya. Jika melihat perkiraan waktu kematian, mereka dibunuh hampir dalam waktu yang bersamaan. Artinya tidak mungkin ada manusia yang bisa berpindah tempat sepersekian detik dari satu kota ke kota lainnya walaupun jarak kota-kota itu cukup berdekatan."
(Aha! Bagaimana aku bisa melewatkan informasi penting ini?!)
"Josh, lakukan penyelidikan kembali di empat kota itu. Temukan sesuatu yang mungkin bisa dijadikan petunjuk untuk mengungkap kasus ini."
Josh pun mengangguk dan segera pergi menuju tempat yang diperintahkan sang kapten.
Kapten Astoria itupun berpikir sejenak. Ada sesuatu yang masih janggal mengganggu pikirannya.
"Bom dan pembunuhan Astorian. Sudah pasti ini adalah kejahatan yang terorganisir. Tapi jika empat kota itu mempunyai kesamaan tragedi, lantas mengapa tragedi di Egras sedikit berbeda?"
Federick menyadari bahwa kota dimana dia berada sekarang mempunyai irama tragedi yang berbeda, dimana Egras adalah satu-satunya kota tanpa adanya kasus pembunuhan Astorian semalam.
"Kenapa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments