"Mencari ini?"
K lalu mengeluarkan serpihan pisau yang tengah dicari oleh pria itu.
Melihat ekspresi terkejut dari sang pria, K yakin bahwa memang benda inilah yang tadi dicarinya. K lalu menghela napas dan mengulurkan tangan ke arah pria itu.
"Kembalikan dompet Tuan Oberoy yang kau ambil."
Bukannya mengembalikan apa yang diminta oleh K, justru sekarang terdengar suara senjata yang tengah di kokang.
Saat melihat sekeliling, K tak begitu kaget bahwa kini semua senjata tertuju ke arahnya.
Jleb!
Seorang pria tumbang ke atas tanah ketika sebuah pisau menancap di dadanya. Mereka menengadah untuk melihat Q yang sedang memegang dua pisau lain di tangannya.
"Aku masih punya ratusan pisau yang akan langsung menancap di tubuh kalian jika berani menarik pelatuknya. Lalu tuan-tuan, mengapa kalian merekrut orang lemah seperti dia? Pisau itu bahkan tak mengenai jantung atau paru-paru dan itupun sudah membuatnya pingsan?"
Q pun tertawa mengejek ke arah pria yang tumbang di tanah. Hal tesebut lah yang menyulut keberanian dari salah satu dari mereka untuk menarik pelatuk senjatanya.
Dor!
Segera saja darah merembes dari balik lengan baju Q ketika peluru bersarang di bahunya.
K yang melihat serangan itu sontak melayangkan sebuah bogem mentah ke pria yang telah menembak Q. Saking kuatnya pukulan itu, pria tersebut bahkan langsung pingsan dibuatnya.
"Pilihan yang salah."
Keributan pun tak terelakkan. Serangan datang bertubi-tubi dari segala penjuru untuk melumpuhkan K yang mengamuk.
Q pun turun dari langit-langit. Dibelainya bulu Lynn yang bersiap ikut menerjang kerumunan.
"Pergilah kawan.."
Setelah kepergian Lynn, Q pun terjun ke medan perang.
Satu, dua, tiga, dan orang-orang selanjutnya tak bisa kabur dari serangan gadis itu yang bahkan hanya menggunakan tangan kosong saat bertarung.
Namun seperti yang telah disepakati, Q tak akan mencampuri pertarungan K sehingga gadis itu memilih berlari ke luar dimana di sana tak kalah sedikit orang yang telah menunggunya.
Brakk!
Dengan terdengarnya suara tubuh yang terbanting ke tanah, K mengakhiri pertarungan dengan puluhan orang yang menyerangnya.
Pria tampan itu sedikit oleng. Namun salah satu kakinya masih memiliki tenaga untuk menahan tubuh K agar tak terjatuh ke tanah.
K mengatur napasnya yang terengah-engah. Dia lalu mengepalkan dan merenggangkan kedua tangannya untuk mendapatkan kekuatannya kembali.
Perlahan apa yang dia lakukan pun berhasil. Pandangannya yang semula kabur sedikit demi sedikit kembali. K kemudian berdiri dan berjalan keluar dimana terlihat Q sedang bermain-main dengan korek api dan pisau di tangannya.
"Sudah?"
K tak menjawab pertanyaan dari sang partner. Napasnya masih sedikit naik turun ketika dia menyapukan pandangan mengerikan di sekitar Q.
Tak ada seorang pun yang terlihat hidup di sana. Semua orang yang menjadi lawan Q roboh tak bergerak di atas tanah dengan pisau menancap di tubuhnya.
"Jangan kuatir mereka masih hidup. Kau baik-baik saja?"
Q menyadari bahwa K tak seperti biasanya. Wajah pria itu tampak layu di mata Q sehingga wajar jika dia menanyakan keadaan K.
Pria itu perlahan berjalan mendekati Q. Dilihatnya bahu gadis itu telah berlubang.
K lalu merobek baju Q dan melilitkan kain itu di bahu Q yang terluka.
"Kau tidak tahu bahwa di dunia ini ada orang yang ahli mengeluarkan peluru yang dinamakan dokter?"
"Untuk apa? Aku bisa mengeluarkannya sendiri."
"Bagaimana jika kau salah langkah saat mengeluarkan peluru itu yang justru akan memperburuk kesehatanmu? Bagaimana jika kau menggores sesuatu yang fatal ketika mengeluarkannya? Bagaimana jika.."
K lantas menghentikan ucapannya ketika Q memandang pria itu dengan tersenyum. Senyum yang begitu indah hingga membuat lidah K membeku secara tiba-tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments