Sang komandan tertinggi di Astoria itupun lantas berdiri dengan mengepalkan tangan. Guratan urat nadi di lehernya juga mengencang.
Stein yang telah berteman cukup lama dengan Federick tentu sudah hapal dengan bahasa tubuh temannya itu.
"Haish.. Bukan begitu maksudku.."
Stein lalu menepuk bahu Federick seraya mengajak pria tua itu untuk kembali duduk. Tak lupa sebatang rokok dia suguhkan untuk bisa menenangkan Federick.
"Aku tahu kau tak akan berdiam diri. Aku pun tak meragukan kehebatan Astorian. Namun jika memang semua yang telah terjadi adalah ulah Salvador, berapapun banyaknya prajurit yang kau punya kau tak akan mampu melawan mereka. Salvador terlalu berbahaya untuk orang jujur dan naif seperti Astorian."
"Lalu apa yang harus kulakukan?!"
Stein lalu menghisap cerutunya. Mata pria itu menerawang jauh seolah dia tengah mengingat sesuatu di tempat yang jauh.
"Kau pernah mendengar tentang K & Q?"
"K & Q? Apa itu sejenis senjata?"
"Ya, senjata. Senjata yang memiliki nyawa."
"Hah? Apa maksudmu?"
"Senjata yang bernyawa, Federick! Manusia! Bukankah kau memiliki koneksi dari berbagai kalangan? Tapi tak kusangka kau tak pernah mendengar tentang K & Q!"
Seumur hidup dan sepanjang karier Federick di dunia militer, pria itu memang belum pernah mendengar apapun mengenai K & Q.
"Ceritakan lebih jauh."
"Kau ingin melawan Salvador bukan? Carilah dua orang yang telah ku sebutkan tadi. Aku tidak tahu siapa nama asli keduanya. Yang kutahu hanya inisial K & Q. Kau ingat kasus runtuhkan kerajaan bisnis penjualan organ manusia milik Walikota Xillia? Atau tentang penggagalan penyelundupan ratusan kilo opium ke dalam Astoria?"
"Tentu saja!"
"Kasus pertama adalah ulah K dan yang kedua ulah Q."
"Oh! mereka tidak melakukannya bersama?"
"Tidak. Itulah yang menakjubkan! Kedua kasus menggemparkan itu masing-masing diselesaikan oleh satu orang!"
"Tapi bukankah kedua kasus tersebut diselesaikan oleh tim khusus?"
"Justru itu yang mereka inginkan! Mereka menyelesaikan pekerjaan namun akan membiarkan orang lain yang mengklaim hasil akhirnya karena misterius adalah nama tengah dari mereka."
"Wow.."
Fedderick tak tahu lagi bagaimana harus bereaksi terhadap cerita Stein.
Diapun berpikir mungkin K & Q bisa menyelesaikan masalah yang terjadi di Astoria mengingat salah satunya pernah berhasil melakukan itu sebelumnya.
"Lalu dimana K & Q?"
"Aku tidak tahu."
**
"Cobalah!"
"Apa kau yakin akan berhasil?"
"Kita baru tahu jika sudah mencobanya."
Tiga orang wanita tengah berbincang sambil melirik ke arah pria muda yang duduk sendirian di sisi tergelap bar. Pria itu tampak acuh dengan keadaan sekitar sambil menikmati minuman.
Dia sempat menoleh ke arah ketiga wanita itu yang sontak membuat mereka tersipu malu setelah melihat mata abu-abunya yang menakjubkan.
Tok.. tok..
Pria itu menoleh saat meja diketuk. Rupanya salah seorang dari mereka sudah berdiri di sisi meja.
"Apa aku boleh duduk di sini?"
Pria itu tidak menjawab. Dia malah kembali sibuk dengan minuman di gelasnya.
Tak tinggal diam, dua wanita lainnya turut mendekat. Mereka sudah terlanjur tertarik dan sikap acuh pria itu justru semakin menarik di mata mereka.
"Sepertinya kau bukan berasal dari sini?"
"Apa yang kalian inginkan?"
"Astaga.. Kau sungguh dingin.. Kami hanya ingin menemanimu."
"Pergilah." ucap pria itu sambil meneguk minumannya.
Ketiga wanita itu tersenyum nakal. Mereka lalu pergi satu persatu seraya memberikan sedikit sentuhan di tubuh sang pria.
Sepeninggalan ketiga wanita tersebut, pria itu masih memutar gelas yang dia pegang untuk beberapa saat dan karena bosan, diapun beranjak pergi beberapa menit kemudian.
Syut..
"Ugh!"
Pria itu langsung bertopang di dinding ketika kepalanya sakit secara tiba-tiba. Dia lalu melihat ke arah gelas yang tadi dia minum.
"Sial.. Padahal aku sedang tidak ingin bermain.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments